Ken
Dari sini gue bisa lihat bahwa Caca menerima lamaran Denan. Harusnya gue seneng tapi nggak tau kenapa sepertinya ada sesuatu yang mengganjal.
Iya gue ngikutin mereka, terserah kalian mau nganggep gue nggak sopan atau gimana, terserah. Ya mau gimana lagi, gue kan tugasnya ngejagain Caca masa gue ngikutin Wendy Red Velvet? Gue sih mau, tapi kan disini tugas gue ngejagainnya Caca.
Yang gue liat sekarang sepertinya Denan tulus sama Caca dan Caca juga mulai membuka hatinya buat Denan, padahal gue rasa hati Caca udah ke buka buat Denan cuma Caca aja yang menutupi kebenarannya.
Setelah memasangkan cincin ke jari Caca, Denan mendekatkan wajahnya ke Caca yang kemungkinan besar ya gitu deh. Tapi yang gue liat Caca malah pergi ke toilet.
Si Caca kenapa sih? Lagian si Denan juga, baru deket lagi masa udah mau kiss aja. Eh disini gue ngebela siapa sih? Ya nggak ada lah, gue nggak memihak siapapun hahaha.
Setelah ngerasa nggak ada lagi hal yang perlu gue awasi, akhirnya gue memutuskan buat pergi dari situ.
Tapi sebelum pergi Denan sempat mengacungkan jempolnya sama gue. Iya, kita kerja sama. Lagian kita bakalan sama-sama dapet keuntungan kok, Denan lebih gampang deketin Caca dan gue lebih cepet nyelesain tugas gue.
Setelah sampe rumah gue cuma rebahan, muter-muter ga jelas banget deh pokoknya.
Gue mengacak rambut gue, serius gue bosen banget. Eh ponsel gue bunyi dan menampilkan nama Caca di situ. Iya sebelumnya gue udah chat Caca buat minta save back.
"Ken."
"Iya kenapa Ca?"
"Ehm... Lo sibuk nggak?"
"Nggak kok, kenapa?"
"Gue mau ketemu sama lo, bisa?"
Gue berpikir sebentar, tapi gue rasa Caca ini nggak sabaran atau gue yang terlalu lama mikir.
"Bisa nggak ken?"
"Bisa kok, bisa."
"Gue ke rumah lo aja?"
"Jangan deh gue bosen banget di rumah."
"Gue malah lagi mager. Lo aja deh yang dateng ke apart gue. Nanti gue share loc."
Belum sempat gue merespon Caca ngomong lagi.
"Eh. Gue kurang ajar banget nggak sih? Gue yang butuh malah nyuruh-nyuruh."
"Nggak pa-pa kok Ca, santai aja. Share loc aja."
"Ehm. Okey. Bye, gue tunggu ya."
"Bye."
Setelah itu gue langsung ke apartment Caca yang sebelumnya udah dia share lokasinya.
Gue menekan bel dan nggak lama Caca keluar.
"Masuk yuk Ken." Gue mengangguk dan mengikuti langkah Caca.
"Maaf ya ngerepotin lo mulu." Kata Caca saat kita lagi duduk di sofa yang kek nya sih di living room.
Gue cuma senyum terus berdehem "Haus, Ca."
Caca menepuk jidatnya " Lupa. Hehe. Sorry."
Terus dia lari gitu aja. Gemes banget si ini anak.
"Thanks." Kata gue setelah Caca meletakkan gelas yang isinya jus jeruk, tapi kayaknya ini minuman kemasan gitu soalnya cepet banget dia nyiapin ini.
"Sebenernya gue minta lo ke sini, gue mau curhat sama lo."
Seperti nggak membiarkan gue merespon dulu, Caca langsung melanjutkan.
"Padahal gue ketemu lo belum lama, tapi nggak tau kenapa gue selalu ngerasa pengen cerita semuanya ke lo."
Caca menunduk "Kalo lo nggak keberatan."
Gue mengubah posisi duduk gue jadi lebih deket sama Caca lalu memegang pundaknya "Nggak pa-pa kok Ca. Kadang semuanya bukan tentang siapa yang dateng lebih dulu, tapi siapa yang selalu ada."
"Ehm. Gue nerima lamarannya Denan. Gue rasa nggak ada salahnya buat mencoba mencintai dia, lagian sepuluh tahun itu bukan waktu yang singkat."
"Seenggaknya lo bisa mencoba dulu Ca."
Caca tersenyum pada gue, sialnya dia cantik banget. Gue menatap dia cukup lama, begitupun dengan Caca. Gue nggak tau apa yang ada di pikiran gue saat itu, gue menciumnya. Cuma sebentar dan gue cuma menempelkan bibir gue pada bibir Caca, nggak lebih. Nggak tau gimana gue bisa ngelakuin itu.
Setelah gue menjauh dari Caca, dia cuma mematung bahkan gue rasa dia nggak berkedip.
"Sorry, Ca. Gue-"
Caca menggeleng "Nggak pa-pa kok. Lo tau nggak, di Paris orang ciuman ehm- sebagai gantinya salaman gitu." Katanya ragu-ragu.
"Kalo gitu gue mau jadi orang Paris Ca."
Caca cuma mengerutkan keningnya, dia pasti kebingungan.
Gue mencium dia lagi, kali ini lebih lama dari yang tadi. Gue nggak tau apapun yang membuat gue melakukan itu.