Ken
"Biar gue aja." Kata gue sambil merebut kunci di tangan Caca, nggak ada penolakan.
Di jalan gue nggak ngomong apa-apa, takut tambah merusak suasana hatinya.
"Gue mau ke rumah papa." Gue cuma mengangguk.
Dari tadi Caca cuma ngelamun sampe kayaknya dia nggak sadar kalo udah sampe.
"Ca." Kata gue sambil memegang pundak Caca.
"Udah sampe." Caca ngangguk lalu keluar.
"Gue tunggu ya." Kata gue tepat sebelum Caca keluar.
Gue melihat Caca membuka pintu rumah dengan kasar dan setelahnya gue nggak tau, tapi gue dengan beberapa kali ada teriakan lalu nggak lama dia keluar dengan berlari sambil menangis.
Gue nggak menanyakan dia kenapa. Kadang orang nggak butuh di tanya kenapa, mereka cuma mau kita dengerin.
Gue melepas sabuk pengaman biar gue lebih mudah bergerak. Gue mendekatkan tubuh gue ke Caca lalu memeluknya. Bisa gue denger beberapa kali Caca terisak, cukup lama gue memeluk Caca sampai gue bisa merasakan pundak gue basah.
Setelah merasa cukup memeluk gue, gue memasangkan sabuk pengaman karena sepertinya Caca nggak ada niatan memakainya.
Gue anterin Caca ke apartment-nya cuma sampe lobby karena sepertinya Caca butuh waktu buat sendirian.
"Mobilnya lo bawa pulang aja nggak pa-pa, udah malem gini." Kata Caca sebelum keluar dan gue cuma mengangguk. Lagian kalo mau nolak, gue pulangnya gimana?
Gue nggak langsung pulang, gue mau pergi ketemu Denan. Rasanya cowok kayak dia harus dapet pelajaran. Nggak tau kenapa rasanya gue marah banget tadi, mungkin karena harusnya gue buat Caca nerima perjodohan itu tapi ternyata malah cowoknya kurang ajar. Gue juga nggak tau kenapa gue segitu marahnya.
Parahnya lagi pesta tadi tetep lanjut, udah gila kali ya. Nggak ada rasa malunya sama sekali. Gue sih yakin banget kalo aslinya si cewek juga udah tau kalo cowoknya udah tunangan dan kayaknya dia sengaja mau nunjukin semuanya dengan mengundang Caca ke acaranya.
Pas masuk gue langsung ambil segelas minuman dan menjatuhkannya, biar semua orang mengalihkan fokusnya ke gue.
"Heh, lo! Nggak tau diri banget, ya! Nggak punya rasa malu lo?!"
Denan mendekat ke arah gue.
"Kenapa gue harus malu?" Katanya, udah gila itu cowok.
"Lo juga, jadi cewek nggak ada harga dirinya banget lo! Murahan!"
"Apa urusannya sama lo sih?" Kata cewek itu yang gue belum tau namanya dan gue nggak mau tau.
"Lo siapanya Caca, hah! Mau sok jadi pahlawan, iya?!" Kata Denan sambil mendorong pundak gue.
"Lo nggak tau ya? Caca itu cinta mati sama Andra! Sekarang yang murahan siapa? Ngejar-ngejar cowok yang nggak cinta sama dia." Kata cewek tadi.
"Diem nggak usah ikut campur lo! Sayangnya gue nggak bisa kasar sama cewek."
"Kalo gitu, ayo. Mau berantem sama gue, hah?!"
"Ayo!" Kata gue sambil menarik kerah kemeja Denan.
Gue memukuli Denan tanpa ampun, begitu juga dengan Denan. Ya, intinya kita berantem. Kita berdua sama-sama babak belur, nggak ada yang menang disini.
Setelah puas berantem, gue pergi dari situ. Sebenernya setelah berantem sama Denan, gue udah berniat buat ketemu Caca. Tapi, apa bisa gue ketemu saat kondisi gue sekarang gini? Berantakan, yang ada mungkin dia bakalan marah sama gue.
Saat itu, gue bener-bener marah sama sendiri. Tugas gue juga melindungi Caca, tapi malah gini. Gue nggak tau harus melakukan apa, gue udah nggak peduli soal perjodohan itu. Gue nggak akan bisa memaafkan diri gue sendiri kalo sampe Caca nikah sama laki-laki kayak dia.
Kenapa hidup harus nggak adil gini buat Caca? I mean, bisa kita tau kalo Caca anak broken home. Mana ada sih seorang anak broken home yang bahagia? Okey, kalo bener ada kan nggak banyak. Orang tuanya emang nggak bercerai, tapi apa itu jadi jaminan bahwa dia bahagia? Gue rasa, nggak. Ayolah, lo bayangin aja tau kalo papa lo selingkuh dan lo nggak tau harus lakuin apa pada saat itu.
Rasanya dengan kalian liat Caca sendirian dengan wajah sedihnya di malam pergantian tahun, kalian bakalan tau gimana perasaannya.
Bahkan, dia sendiri nggak tau kalo dia sedang nggak baik-baik aja. Karena apa? Ya, karena dia terbiasa nggak baik-baik aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Girl | Wendy × Jae
FanfictionAbout lonely girl met angel. ⚠️ kiss scene ⚠️