12. Pengecut

428 59 5
                                    


Ken

"Minum dulu Ca." Kata gue sambil memberikan segelas air putih.

Caca baru bangun tidur.

Gue ikut duduk di samping ranjangnya dia.

"Malem ini gue mimpi aneh banget, tau ga?"

"Masa gue mimpi lo jadi malaikat, aneh banget ya? Mana rasanya nyata banget lagi." Gue mengacak rambut Caca, gemes banget.

Tiba-tiba Caca memeluk gue "Gue nggak mau kehilangan lo."

"Kok hari ini lo banyak diemnya, kenapa?" Gue menggeleng.

"Lo laper kan? Sarapan yuk." Caca mengangguk lalu mengikuti langkah gue.

"Kalo kamu itu batu~ aku ngerti kamu bisu~" Gue ketawa, gemes banget sih ini anak.

"Lo kenapa Ken? Are you okay?" Tanya Caca sambil mencubit pipi gue.

"Nggak pa-pa, Ca..."

"Katanya kalo cewek bilang nggak pa-pa itu ada apa-apa, tapi kan lo cowok ya. Jadi lo beneran nggak pa-pa kan?" Gue mengangguk buat meyakinkan Caca.

Caca lagi makan sarapan yang gue siapin. Gue cuma ngeliatin aja, gue ngerasa bersalah, rasanya gue bener-bener pengecut.

Gue bohongin dia.

Caca, if you read this, I'm sorry.

Soal yang kemarin Caca liat buku 'ke-malaikat-an' gue. Gue nggak punya keberanian buat jujur, gue takut kehilangan dia setelah jujur. Walau nggak jujur pun sepertinya gue bakalan tetep kehilangannya. Tapi seenggaknya gue bisa mengulur waktu.

Setelah gue tau kalo Caca baca buku itu, gue menghilangkan ingatannya di hari itu. Semua ingatan dia di hari itu hilang. Iya, gue pengecut.

Mimpinya semalem adalah gambaran yang gue kasih, biar seandainya dia tau nantinya, seenggaknya dia nggak akan terlalu kaget.

Gue tau kok, satu kebohongan untuk menutupi sebuah kebohongan, maka akan ada kebohongan lainnya.

Ribet kan? Tapi mau gimana lagi, gue terlalu takut buat jujur.

"Ken kalo mimpi gue beneran kenyataan gimana?" Tanya Caca tiba-tiba yang bikin gue tersedak karena saat itu gue lagi minum teh.

"Sorry sorry..." Katanya sambil menyodorkan sekotak tisu.

"Lagian nggak mungkin kan ya? Aneh banget."

Gue melanjutkan kegiatan sarapan gue.

"Tapi kalo beneran gimana?"

"Nggak mungkinlah ya." Lagi-lagi Caca tanya sendiri, mikir sendiri, terus menyangkal sendiri.

"Jalan-jalan aja yuk, biar lo nggak kepikiran terus."

"Kemana?"

"Nggak tau, yang penting jalanin aja dulu."

"Cih. Gaya lu." Kata Caca sambil mentertawakan gue.

"Ayoo jalan-jalaaan." Ajak gue.

"Ngeliat senja." Kata gue becanda.

"Sok-sokan lu! Tapi boleh juga. Gue siap-siap dulu ya." Kata Caca terus meninggalkan gue sendirian di ruang makan.

Gue merasa berdosa banget bohongin Caca gini, padahal gue sendiri tau kalo dibohongin adalah hal yang paling nggak dia suka. Tapi yaudah, gue janji kok bakalan jujur sama dia, nunggu waktunya tepat. Sebenernya itu cuma alasan cowok pengecut kayak gue.

Lonely Girl | Wendy × JaeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang