Ken
"Ca... Hey, kenapa?"
Pas gue pulang, Caca nangis. Nggak tau karena apa. Bahkan saat gue tanya, dia malah menghindar.
"Jangan gini, Ca. Ada apa?"
Gue membawa Caca ke pelukan gue.
"Okey, nangis sepuas lo. Gue disini, lo nggak sendirian. Lo punya gue."
Tangis Caca makin kencang, gue takut. Dia kenapa?
"Jangan tinggalin gue, Ken. Gue nggak mau sendirian lagi. Cuma lo yang gue punya."
"Gue nggak akan ninggalin lo, Ca."
"Bohong!"
Iya, gue bohong. Gue sendiri nggak tau apakah bisa sama Caca terus.
Caca mendorong gue.
"Ca, lo kenapa? Gimana gue bisa tau kalo lo nggak cerita."
"Gue takut kehilangan lo!"
"Gue nggak akan ninggalin lo, Ca."
Caca terduduk lemas sambil menangis, gue kembali membawanya ke pelukan gue.
"Gue takut kehilangan lo."
Gue mengusap puncak kepala Caca lembut, gue cuma diam membiarkan Caca mengeluarkan semua yang ada di pikirannya.
"Gue ngerasa murahan, Ken."
Apa gara-gara semalam?
"Segitu gampangnya ngasih semuanya ke lo."
Gue menangkup kedua pipi Caca.
"Lo nggak murahan, Ca. Lo harus tau itu."
Caca kembali memeluk gue.
"Jangan tinggalin gue, gue bener-bener takut."
Setelah Caca udah tenang, gue ajak dia ehm-- semacam nge-date.
Nggak tau sih bisa di bilang date atau nggak, kita jalan-jalan nggak jelas aja.
Pertama, kita ke tempat pertama kali kita ketemu.
"Lo tau kenapa malam itu gue disini, sendirian."
Gue menggeleng.
"Dulu, setiap ada libur gue, mama, dan papa selalu dateng ke sini. Cuma buat liat pemandangan, tapi gue bener-bener bahagia. Disini tempat kesukaan gue, tempat gue bisa merasakan punya keluarga yang lengkap. Dulu, gue merasa gue adalah manusia paling bahagia di dunia ini karena punya mama dan papa. Ternyata salah, selama ini gue menutup mata."
Caca menghapus air mata yang tanpa izin jatuh ke pipinya.
"Saat tau papa sama perempuan itu, jujur saat itu juga gue sempat berpikiran buat bunuh perempuan itu. Gila ya? Gue bener-bener marah. Gue ngerasa di bohongi. Mama selalu kasih kesempatan papa, sialnya papa selalu mengulangi kesalahan yang sama. Bodohnya gue nggak pernah tau. Gue nggak bisa bayangin, gimana sedihnya mama. Dia pura-pura bahagia biar gue nggak tau."
Gue memeluk Caca.
"Gue bakalan cari kebahagiaan yang lain buat lo, walau kebahagiaan itu nggak akan bisa tergantikan sama apapun."
"Ca..."
"Hemm?"
"Kalo misal ternyata nggak ada cara buat gue selalu disini, gue minta maaf ya."
Caca tersenyum, itu bohong. Dia senyum biar nggak nangis.
"Nggak pa-pa. Semua orang di hidup gue selalu datang dan pergi, gue udah terbiasa. Seenggaknya, gue pernah merasakan di cintai sama lo sampai gue merasa jadi manusia paling bahagia. Nggak semua orang kan bisa merasakan di cintai sama malaikat." Caca mengacak rambut gue.
"Lo nanti nggak usah mikirin gue, Ken. Bahkan setelah lo pergi, gue bakalan tetep bahagia. Gue mohon jangan hilangkan ingatan gue tentang lo ya, biar kebahagiaan itu bisa gue simpan buat selamanya."
"Ken, gue minta satu hal. Boleh?"
Gue mengangguk.
Caca menangis, hati gue rasanya sakit. Rasanya, gue marah sama diri sendiri.
"Di kehidupan selanjutnya, kita harus ketemu ya. Apapun yang terjadi."
Gue tersenyum "Gue bakalan cari lo sampe ketemu, lo tunggu aja. Gue bakalan dateng dan memeluk lo."
Caca memeluk gue. Dia menangis di pelukan gue.
"Maaf buat lo susah, Ca. Gue sayang sama lo, tapi bikin lo susah. Gue cinta sama lo, tapi buat lo sedih."
Caca menghapus air matanya dengan kasar.
"Gue nggak mau nangis lagi! Ini first date kita kan? Ayo jalan-jalan lagi!"
Random banget, habis ini kita nonton konser gitu. Konser day6 yang kebetulan ada calo yang ngejual tiketnya, padahal konser kurang tiga puluh menit.
Malam itu kita bener-bener menghabiskan waktu bareng. Nonton konser juga seru. Walaupun gue harus jaga Caca terus karena kita kebagian tiket yang standing. Rasanya pengen gendong Caca di pundak gue kek bayi, tapi katanya malah kayak lagi nonton konser dangdut. Lagian dia malu.
Seenggaknya dengan ini gue bisa buat dia bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely Girl | Wendy × Jae
FanfictionAbout lonely girl met angel. ⚠️ kiss scene ⚠️