08.HOME

236 12 2
                                    

[TELAH DIREVISI!]

Author POV.

Setelah tadi bermain basket dengan Clara dilapangan sekolah hingga jam sekolah usai Alex memutuskan langsung pulang setelah memastikan Clara aman tentu saja karena, tanpa orang lain termasuk Clara tahu. Alex, selalu mengikuti kegiatan Clara secara diam-diam dan memastikan Clara aman.

Setelah sampai dihalaman rumahnya Alex memarkirkan motornya dengan rapih tepat didepan pintu masuk, akan ada yang menaruhnya digarasi pikirnya.

Prang.....

Lagi, batin Alex meringis, dengan langkah santai ia memasuki rumahnya oh ayolah! Ini terjadi setiap hari dan Alex sudah tau apa yang terjadi bahkan sebelum ia melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.

"BERSAMA SIAPA KAMU KEMARIN HAH?!" dari suaranya ini perempuan, mama batin Alex. Ia semakin mempercepat langkahnya ke-asal suara, ruang keluarga. Ruangan itu adalah yang paling dekat menuju pintu utama selain ruang tamu tentu saja.

"APA PEDULI MU HAH?! KAU KAN HANYA TAU MENGAHABISKAN HARTAKU! JAL*NG!" Kali ini emosi Alex tak dapat lagi dibendung, ia mempercepat langkahnya jadi seperti berlari kecil.

"BERHENTI!" teriaknya ketika melihat tangan ayahnya sudah terangkat hendak menampar sang ibu, oh pantaskah ia disebut ibu jika merawat anaknya pun tak pernah?.

"Sudah puas saling berteriak?" tanya Alex santai, ia bahkan telah duduk di single sofa yang terletak tak jauh dari jangkauannya dan menaikan salah satu kakinya menindih kaki lainnya.

"Mengapa tak ada yang menjawab?" tanyanya sekali lagi sambil menaikan alisnya.

"Kamu terlalu kecil untuk mengetahui urusan kami" balas Ayahnya dingin.

"Oh benarkah Mr.smith?" ujar Alex dengan nada meremehkan.
"Kalau begitu biarkan anak kecil ini pergi dan tak mengetahui urusan kalian" ucap Alex lalu melangkah menjauh dari orangtuanya.

"Kamu tak akan bisa hidup tanpa uang saya." kembali, Ayahnya membuka suara membuat Alex membalikan badannya, dirogohnya saku celana belakangnya. Ditariknya dompet berwarna cokelat kulit itu lalu dibukanya. Berjalan mendekati meja yang berada didepan Ayah dan Ibunya berdiri, dikeluarkannya semua kartu pemberian Ayahnya.
Lalu diletakannya secara kasar diatas meja.

"Aku bahkan tak pernah memakainya, aku tak sudi!." ujar Alex lalu melangkah pergi, kedua orangtuanya tertegun, Alex yang mereka tahu tak pernah seperti ini Alex yang mereka tahu selalu berlaku sopan walau tak mereka anggap sekalipun, Alex yang mereka tahu, Alex yang berhati malaikat bukan Alex yang kejam dan tak berperasaan.

Sementara Alex menaiki anak tangga dengan cepat, semakin jauh ia melangkah, semakin sakit dadanya dirasa. Hingga ia berada didepan pintu kamarnya dibukanya kasar lalu mengambil koper yang telah ia siapkan. Entahlah, tetapi sedari tadi malam Alex susah mempunyai Feeling bahwa ia akan segera pergi, pergi dari rumah ini.
Ditariknya Koper tadi dan melangkah turun lalu berjalan kearah pintu utama, ia mengambil mobil pemberian kakeknya saat ulangtahunnya yang ke-17 tahun, hanya itu benda yang tak ia beli menggunakan uang orangtuanya.

Ia keluarkan mobil itu dari garasi dan melajulannya keluar pagar, Alex menoleh melihat rumah yang sedari kecil ia tempati, rumah yang selama ini melindunginya dari udara dingin menusuk dimusim salju, dan panasnya udara musim panas. Lalu sekarang masih pantaskah tempat itu ia sebut rumah jika yang ia dapat selama ini hanya penderitaan semata? Masih pantaskan tempat tersebut ia jadikan tempat berpulang jika ia saja tak pernah disambut hangat ketika menginjakan kaki disana? Tentu jawabannya Tidak. Devinisi rumah menurut Alex adalah tempat yang jika kau disana membuatmu merasa hangat dan bahagia, dan disambut dengan hangat bukan teriakan saling memaki ketika menginjakan kaki didalamnya.
Tempat itu bukan rumah melainkan neraka.

Tbc...

INSTAGRAM : mzsk_22

545 Words..
Pendek because selingan.
Ini adalah penyebab Alex menjadi psycho.

Oke oke....
Pai pai

Psychopath: Her Friends Secret [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang