Dia Shafira

144 10 2
                                    

kegiatan di ruang kelas ini sudah dimulai sejak dua jam lalu namun pemilik kursi di barisan kedua itu belum muncul. seisi kelas tidak lagi peduli dengan kebiasaan pemilik kursi itu. Dia Shafira. Nama penting yang selalu menduduki peringkat pertama di bidang akademik angkatan 48. semua warga sekolah ini pasti mengenal dia. perempuan dengan wajah manis dan sederhana amat melekat untuk menggambarkan seberapa cantik dirinya.

Anak perempuan yang menarik perhatian selama tiga hari ketika kegiatan MPLS diselenggarakan. Dan beberapa hari lalu semuanya berubah. semenjak kepergian ibunya, wajah itu selalu enggan menampilkan kesan ramah. Awalnya hanya beberapa orang yang mulai menjaga jarak kemudian frekuensinya bertambah dan semakin bertambah. Sampai pada akhirnya pemilik nama itu tidak terlihat berteman dengan siapapun.

" Permisi Pak, maaf saya terlambat." Pintu kelas itu terbuka dan menampilkan sosok Shafira.

" Dari mana kamu Shafira? Jam pelajaran saya sudah hampir habis dan kamu baru masuk kelas.  " Guru Bahasa Indonesia itu memasang tatapan mengintimidasi.

" Saya terlambat pak." perempuan bernama Shafira itu kembali bersuara.

" Saya tahu kamu terlambat Shafira! maksud saya kamu darimana saja? mengurus kepentingan organisasi? mengurus formulir pendaftaran lomba? atau kamu baru saja menjalankan hukuman dari guru piket? " Suara Bapak Guru itu meninggi. 

" Maaf kan saya pa," 

" Kamu ini, ini terakhir kalinya kamu terlambat di jam pelajaran saya. silahkan duduk, saya tidak akan melanjutkan pelajaran. Kamu bisa bertanya dengan teman sebangkumu Eli tentang materi hari ini. Terimakasih." Pa Gun, guru bahasa indonesia itu meninggalkan kelas lebih cepat. 

Shafira menghela nafas. Melihat seisi kelas sebentar. menyeret tubuhnya yang sudah lelah karena telah menyelesaikan hukumannya dari guru piket. ia menghempaskan tubuhnya kemudian pandangannya melirik Eli yang tidak berkomentar atas aksi terlambatnya hari ini.

Shafira menghela nafas dan memilih menenggelamkan wajah di meja.

Dia adalah Shafira yang mulai nyaman dengan kesendiriannya. 

***



Bagaimana untuk kabarnya hari ini? Terimakasih yang sudah mau membuka awal baru dan membaca cerita ini.
Sebenarnya cerita ini sudah ada di draft saya semenjak bulan Juli 2019. Hanya saja saya takut buat publikasi cerita ini.
Setelah mempertimbangkan beberapa hal, saya akhirnya memberanikan diri buat publikasi. Meskipun gak punya ekspetasi yang tinggi,

Gpp,

Semuanya perlu awal untuk mencapai akhir yang luar biasa. Tetap semangat untuk harinya ❤

Peluk hangat dari Na:)

ShafiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang