Tragedi di Pertandingan

41 6 0
                                    

Setelah Shafira memutuskan untuk berteman dengan Andre malam itu, Shafira lebih sering menghabiskan waktunya bersama Andre. Ketika jam kosong, Andre dengan senang hati menghampiri Shafira dibanding ikut menonton dengan yang lainnya. Shafira pun sama. Ketika jam istirahat tiba, Shafira lebih sering membeli makanan bersama Andre. Terkadang Rio, teman sebangku Andrepun ikut menemani Shafira membeli makanan. Mulai hari itu Shafira sedikit berubah. Dia tidak lagi sendiri dan menolak orang - orang yang mau berbagi meja dengannya ketika makan dikantin. Shafira tidak lagi duduk sendirian untuk membaca buku atau menulis pelajaran. Dari pertemanan barunya dengan Andre dan Rio, Shafira tidak lagi canggung untuk bergabung bersama teman perempuan satu kelasnya. Baik Eli maupun Rani saat ini sudah bersikap baik pada Shafira.

Shafira merasa hari - hari disekolahnya tidak lagi dipenuhi asap yang membuat sesak. Shafira dulu dalam dirinya kian memulih dan kembali.

Toni dan Arya meskipun mereka tidak satu kelas dengan Shafira, namun kini lebih sering berkunjung ke kelas Shafira. Entah itu untuk sekadar menanyakan tugas atau meminta Shafira ikut belajar bersama. Shafira tidak mungkin bisa menolaknya. Planetnya seakan - akan punya banyak pelangi dan bunga - bunga manis. Tidak lagi pohon - pohon berduri yang tinggi.

Semakin lama bumi berevolusi, Shafira semakin mulai mempunyai teman - teman baru. Perubahannya memang tidak terlalu melonjak. Tetapi Shafira kini sudah bisa berbaur dengan teman satu kelasnya. Bisa berbagi cerita dengan Eli dan mengerjakan tugas bersama Rani. Ruang kelas yang dahulu merupakan penjara gaib baginya, saat ini sudah menjadi taman bermain yang dipenuhi rasa bahagia.

Reyhan? Shafira tidak lagi melihat Reyhan sebagai manusia yang paling menyebalkan. Setiap ada pertandingan futsal yang melibatkan Andre, Shafira dengan senang hati mengajak Reyhan untuk ikut bersamanya menonton pertandingan. Meskipun Shafira sebenarnya hanya duduk di bangku paling depan karena bagian belakang dipenuhi asap rokok dan teriakan - teriakan yang membisingkan.

" Udah penuh semua Rey, gimana dong? " ucap Shafira cemberut ketika mereka baru sampai.

" Yaudah di bagian belakang aja Shaf,"  Reyhan menarik tangan Shafira. Menempati undakan tangga bagian belakang yang sebenarnya sudah penuh sesak juga. Hari ini adalah babak semifinal bagi tim futsal sekolah Shafira. Dan Andre ikut bermain dalam pertandingan ini. Alhasil Shafira harus menerima berdesak - desakkan untuk melihat Andre meskipun mungkin Andre tak bisa melihatnya dari lapangan. Hanya sekadar memastikan, Shafira akan selalu ada untuk Andre seperti hadirnya Andre untuk Shafira.

Pertandingan kali ini benar - benar ramai. Tim sekolah yang menjadi lawan pertandinganpun membawa suporter yang sangat banyak. Sudah tidak bisa dibedakan mana pendukung tim futsal sekolah Shafira dan tim lawan.

Shafira mulai gelisah. Tangannya mulai berkeringat tetapi bukan karena kepanasan. Perempuan berbaju cukup terbuka mulai merapatkan tubuhnya ke arah Shafira. Sepertinya dia juga terdesak karena orang lain di sebelahnya. Tepat ketika suasana di sekitar Shafira mulai tak kondusif, Reyhan pergi karena urusan mendesak. Shafira hendak menahan Reyhan namun perempuan di sebelahnya sudah lebih dulu menginjak kaki Shafira. Alhasil Shafira menjerit sambil berusaha menyelamatkan kakinya dan ia kehilangan Reyhan.

Shafira berusaha menghindar. Firasatnya sudah tidak baik. Dia mundur beberapa langkah dan menginjak kaki seorang perempuan. Perempuan itu terlihat marah sambil mengaduh kesakitan.

" Maaf kak, Shafira gak sengaja. " Shafira meminta maaf

" Apaan lo? Lo kira kaki gue bisa sembuh sama maaf dari lo ? Sayang, liat dia nginjak kaki gue " Perempuan itu membentak Shafira dan merengek kepada laki - laki disebelahnya.

" Eh, lo  jadi cewek harus tau tempat dong! Ini tribun bukan punya lo ! Gak bisa mundur - mundur sembarangan. " laki - laki itu ikut membentak Shafira.

Shafira menunduk. Shafira benar - benar takut. Shafira tidak bisa berteriak untuk menyebutkan nama siapapun yang Shafira kira dapat menolongnya.
Shafira gemetar. Nafasnya mulai gusar. Dia benar - benar ingin menangis ketika laki - laki itu meraih dagu Shafira.

" Oh, ternyata lo ini anak sekolah lawan kita. " Laki - laki itu menerbitkan seringgai diwajahnya.

Aku harus apa?

Shafira menyebut semua nama yang menjadi temannya dalam hati Berharap seseorang saja bisa menengok ke belakang dan menolong dirinya. Namun tidak ada satupun yang menolongnya. Yang ada teman laki - laki itu mulai mendekat seperti ingin melihat apa yang temannya dapatkan.

Dengan penuh ketakutan Shafira menepis tangan yang memegang dagunya kemudian dia menginjak kaki laki - laki itu. Perbuatan Shafira sedikit membuat laki - laki itu mengaduh sakit beberapa detik. Shafira berlari dengan gemetar. Tujuan Shafira hanya satu.

Shafira ingin pulang.

Namun Shafira tidak dibiarkan pergi begitu saja. Perempuan yang diinjak kakinya oleh Shafira mencakar pipi Shafira dengan kukunya yang panjang. Shafira ingin berhenti ketika pipinya terasa perih namun ia menggelengkan kepalanya. Menguatkan diri sendiri bahwa dia mampu berlari sampai benar - benar keluar.

Shafira ingin pulang.

***


Semuanya pernah kecewa. Saya juga. Mungkin sekarang kamu yang merasakan itu.
Kecewa dengan segala harap yang dulu kamu bangun untuk menguatkan diri kamu.
Kecewa dengan manusia yang kamu taruh di tempat paling istimewa.
Tak apa, semuanya perlu kecewa untuk melatih diri. Agar nanti, tidak lagi mengecewakan orang lain.

Tetap semangat untuk kamu❤

Peluk sayang dari Na ❤

ShafiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang