Shafira merasa, malam ini Shafira akan tidur dengan nyenyak. Setelah Toni dan Arya pamit pulang terlebih dulu kemudian disusul Reza dan Rendi yang ikut pamit pulang sehingga menyisakan Andre yang terduduk di lantai teras rumah Shafira. Entah rasanya Shafira terlalu sulit mengusir kepergian manusia bernama Andre, Shafira memilih ikut duduk disamping Andre. Menikmati langit malam yang menurut Shafira masih sama seperti hari - hari sebelumnya.
Kegiatan belajar bersama mereka sebenarnya sudah selesai dari pukul setengah sembilan namun Toni lagi - lagi membagikan ceritanya yang menurutnya paling berkesan. Setelah Toni, Arya juga ikut bercerita dan menambah frekuensi gelak tawa yang lahir. Reza juga tak mau kalah. Meskipun ceritanya tak semenarik Cerita Arya, namun cerita Reza membuat Shafira dapat tersenyum lebar. Rendi sempat diam beberapa saat ketika Reza bercerita namun dirinya mulai bersuara ketika Reza menyinggung hal - hal konyol yang pernah dilakukan dirinya.
Ramai sudah rumah Shafira malam ini. Meskipun tante Aruni tidak menemani Shafira juga Ayah Shafira yang ternyata belum juga memberi kabar pukul berapa beliau akan pulang, namun Shafira merasa rumahnya menjadi hangat.
Shafira memberanikan diri memecah keheningan diantara dirinya dan Andre dengan berdehem beberapa kali. Namun manusia disampingnya tidak memberikan tanda - tanda bahwa ia akan merespon kode Shafira. Shafira menghela nafas. Mengikuti arah pandang Andre yang melihat hamparan langit malam sambil memeluk lututnya.
"Kenapa Ndre?" Tanya Shafira tiba - tiba.
"Kenapa apanya?" Andre melirik Shafira yang duduk di sebelahnya
"Kenapa Andre ngeliat langit sebegitu lamanya? Gak ada yang spesial menurut Shafira disana." Ucap Shafira menunduk
Andre sedikit tersenyum. Kemudian membawa pandangannya ke langit lagi. Hening beberapa detik.
"Disana ada ayah Andre." Ucap Andre
Shafira tidak mengerti. Dilihatnya langit itu sekali lagi dengan mata yang memicing. Ia tidak menemukan apapun disana. Lagipula manusia seperti apa yang berdiam diri di langit?
" Ayah Andre kan udah pergi Shaf, dulu kata ibu kalau Andre rindu sama ayah, Andre bisa liat langit karena Ayah Andre ada disana. " ucap Andre menjelaskan.Shafira terdiam. Kemudian mengalihkan pandangannya ke langit malam. Ternyata Andre kehilangan Ayahnya dan Shafira baru tahu saat ini. Shafira kira keluarga Andre masih lengkap karena rumah itu selalu terlihat hangat. Itukah penyebab sorot mata Andre terasa berbeda ketika membahas tentang orang tua?
Lalu bagaimana dengan dirinya? Setelah kepergian ibunya, Shafira enggan memiliki urusan dengan siapapun. Shafira memutuskan untuk tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Ketika ibunya masih satu rumah dengan dirinya, Shafira masih merasa kesepian. Dan sekarang ketika ibunya memilih pergi, Shafira juga masih merasa kesepian. Sama saja. Tidak ada yang berbeda.
Lalu bagaimana rasanya kehilangan? Bahkan jika ayahnya merasakan itu, kenyataannya saat ini ayah menemukan tante Aruni yang katanya lebih perhatian daripada ibunya.
Sesederhana itukah mengobati kehilangan?
Shafira menatap langit itu sekali lagi. Shafira mulai merasa gelisah. Seperti apa rasanya kehilangan? Apa sekarang ia tengah merasakannya? Karena kepergian ibunya atau karena sesuatu yang lain?
Yang Shafira tahu dirinya akhir - akhir ini lebih nyaman untuk bernafas sendiri. Tidak ingin merepotkan siapapun. Meskipun Shafira kerap kali merasa kesepian namun dia tidak mau mengeluarkan rupiah untuk membayar seseorang menjadi teman atau memaksa Eli teman sebangkunya menjadi teman akrabnya. Baginya sesuatu yang tidak mau tinggal, biarkan saja untuk pergi. Shafira tidak mau salah berucap hingga menyakiti hati orang lain meskipun Shafira tahu orang lain belum tentu memikirkan itu.
Shafira melihat Andre yang terlihat tidak memalingkan pandangannya sedikitpun.
" Aku mau istirahat Ndre. " Ucap Shafira memotong lamunan Andre.
"Oh iya, aku pulang sekarang. " Andre bergegas bangkit dari duduknya.
" Emmm Ndre.. " panggil Shafira pelan.
" iya, kenapa Shaf?"
" Apa enaknya punya teman?"
Andre tampak heran dengan pertanyaan Shafira.
" Ya, bukan seberapa enaknya si Shaf. Bagi Andre berteman itu bukan untuk mencari kesenangan saja, kadang kita juga harus belajar dari seorang teman."
" Kalau gitu, Mulai malam ini, kita berteman kan? " ucap Shafira menunduk.
Tidak ada jawaban. Shafira terlalu takut melihat Andre yang saat ini berada dihadapannya.
" Kita sudah berteman, semenjak aku pindah kerumah Om Geri. " ucap Andre.
Shafira tersenyum. Hatinya benar - benar senang. Dirinya diterima menjadi seorang teman untuk Andre.
" Aku pulang ya Shaf, Selamat malam" Andre melambaikan tangannya yang dijawab dengan anggukan kepala dan lambaian singkat dari Shafira.
Selamat malam juga.
Malam itu Shafira ingin belajar menjadi seorang teman.
***
Selamat malam untuk kamu yang hari ini masih mencoba bertahan.
Kamu kuat meskipun yang lain meremehkan kamu.
Setidaknya kamu hebat karena menjadi kuat untuk dirimu sendiri.Tetap semangat untuk kamu❤
Peluk Cinta dari Na ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Shafira
Teen FictionShafira tahu, dia bukan siapa- siapa. Dia tidak pandai menari. Dia tidak pandai dalam pelajaran olahraga. Dia sendiri dengan hatinya yang patah. Harusnya Shafira juga tahu, setiap hati yang patah butuh teman untuk pulih, bukan hanya ruang baru untuk...