Rumah Shafira kembali ramai malam ini. Toni dan Arya membawa kedua temannya yang sama - sama mempunyai kenangan buruk bersama pa Ridwan. Ditambah Andre yang tiba - tiba datang dengan alasan yang sama.
Sebenarnya pelajaran pa Ridwan identik dengan mata pelajaran khusus jurusan IPA. Pa Ridwan juga tergolong seorang tenaga pengajar yang rajin dan bertanggungjawab. Beliau akan memberikan soal ulangan sesuai dengan apa yang telah beliau ajarkan. Hanya saja kadang kasusnya, pa Ridwan membuat soalnya sendiri dengan ilmu sakti yang menurut Toni dan Arya tidak sembarang orang yang punya.
Raut wajah Shafira saat ini benar - benar bersinar. Alasan pertama karena rumahnya kembali ramai dan alasan kedua karena ada yang mau menemaninya makan malam.
Tante Aruni segera pulang ketika Shafira selesai mandi. Katanya adiknya sudah menunggunya dirumah. Alhasil hanya Shafira dan teman - temannya yang saat ini sedang duduk menghabiskan makanan.
Sesekali Toni memecah keheningan dengan menyinggung materi yang diberikan pa Ridwan. Kemudian disahuti oleh arya yang ikut - ikutan menyalahkan pa Ridwan. Katanya, pa Ridwan lebih cocok jadi dosen bukan menjadi guru SMA. Sedangkan kedua teman Toni dan Arya yang tidak satu kelas dengan Shafira hanya tertawa atau mengakui kebenaran.
Shafira sesekali tersenyum sedikit dan menggeleng. Baginya menyalahkan seorang guru karena ketidakberhasilan dirinya memahami pelajaran adalah hal yang tidak dibenarkan. Meskipun memang fakta di lapangan seperti itu namun tetap saja tidak bisa dibenarkan. Shafira tidak mengutarakan pendapatnya pada Toni dan Arya yang terus menerus menilai pa Ridwan dari kacamata mereka. Shafira hanya menjawab jika mereka meminta.
"Jadi menurut kamu gimana Shaf? " untuk yang kedua kali Arya mengajak Shafira ikut serta dalam pembicaraan.
"Apanya yang gimana?" Shafira balik bertanya.
"Menurutmu, pa Ridwan itu lebih cocok jadi guru SMA atau jadi Dosen?" Toni menimpali.
"Emm, ya menurut Shafira si cocok - cocok aja kalau pa Ridwan mau jadi guru SMA atau jadi dosen." Ucap Shafira
Toni dan Arya memasang ekspresi cemberut.
" Ya iyalah. Shafira ini kan pintar. Mau pa Ridwan jadi guru SMA atau jadi Dosenpun, bukan masalah buat dia. Yang jadi masalah itu kalian. Katanya mau belajar tapi malah ngegosip tentang pa Ridwan." Timpal Andre.
Shafira tertawa kecil disambung dengan cengengesan Toni dan Arya.
"Oh iya, Shaf hari ini Toni bawa temen. Dia anak futsal juga. Yang ini namanya Rendi, yang itu namanya Rindu. " ucap Toni tertawa.
"Kamu bener namanya Rindu?" Tanya Shafira pada laki - laki yang duduk disamping Arya.
"Ya enggaklah Shaf, Toni ini emang mulutnya harus masuk sekolahan TK. Nama aku Reza." Ucap laki - laki yang bernama Reza.
Shafira hanya ber oh ria kemudian melirik Andre yang berada disebelahnya.
" Kalau kamu, diundang sama siapa kesini?" Tanya Shafira.
Andre tampak terkejut. Baik Toni ataupun Arya tidak ada yang memasang ekspresi akan membantu dirinya yang sedang ditodong pertanyaan seperti ini oleh Shafira.
"He he he gak perlu diundang Andre mah Shaf, tadi Shafira kan panggil - panggil nama Andre, Jadi Andre datang deh" entah ide darimana Andre punya keberanian untuk menjahili Shafira.
Shafira mengernyit heran. Memangnya kapan dia memanggil nama Andre?
"Ah masa si Ndre, emang Andre ini Jalangkung ?" Timpal Reza yang sudah gregetan melihat wajah heran Shafira.
"Jalangkung itu apa?" Tanya Shafira polos
" Boneka yang lucu Shaf" ucap Rendi.
" memangnya Andre mirip boneka Jalangkung?" Tanya Shafira lagi yang dihadiahi tawa meledek dari setiap yang mendengar.
***
Bagaimana kabarnya setelah melewati hari ini? Saya harap kamu masih baik - baik saja setelah mendengar kabar buruk.
Saya percaya kamu manusia kuat.
Jadi, tetap berikan senyummu pada semesta esok pagi.
Saya suka senyum kamu, jadi jangan sampai senyumnya kamu sembunyikan :)Tetap semangat untuk kamu❤
Peluk Penuh kasih dari Na❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Shafira
Teen FictionShafira tahu, dia bukan siapa- siapa. Dia tidak pandai menari. Dia tidak pandai dalam pelajaran olahraga. Dia sendiri dengan hatinya yang patah. Harusnya Shafira juga tahu, setiap hati yang patah butuh teman untuk pulih, bukan hanya ruang baru untuk...