Bagi Shafira, sebagian mata pelajaran di sekolah sangat membosankan. Dirinya akan mudah mengantuk jika terlalu fokus mendengarkan. Padahal baginya, menyampaikan materi pembelajaran harusnya tidak disamakan dengan menyeramahi orang.
Menurut shafira, belajar tidak harus selalu mendengarkan. Kadang para pelajar juga harus menemukan jawaban atas pertanyaan mereka sendiri. Misalnya, mengapa langit berwarna biru bukan merah muda? Mengapa kita harus makan untuk punya energi? Mengapa hewan tidak bisa bicara? Ah, banyak sekali pertanyaan yang bisa membuat pelajar sesungguhnya cerdas.
Namun ada satu pertanyaan yang masih mengusik diri Shafira. Kenapa saat ini, semua manusia disekelilingnya selalu membutuhkan sosok teman.
Shafira melihat Eli yang selama hampir satu tahun ini duduk disampingnya. Dia perempuan yang ceria jika tidak bersama Shafira. Shafira tahu itu. Shafira selalu memperhatikan Eli yang lebih mudah tertawa dengan teman yang lain dibanding ketika berada di samping shafira. Ada sesuatu yang sakit di hati shafira. Ingin sekali shafira berteman baik dengan Eli. Karena sepertinya hanya dia yang tidak terlihat akrab dengan teman sebangkunya.
" Shafira, dipertemuan selanjutnya kamu yang menjelaskan tentang sistem eksresi bagian ginjal ya. " Bu Dina mengagetkan lamunan Shafira
" Iya bu, " Shafira hanya menjawab patuh. Bagi Shafira, menjelaskan materi pembelajaran bukanlah hal yang sulit. Dia hanya perlu membaca materi itu kemudian menyampaikannya dengan bahasa shafira sendiri dan itu tidaklah sulit. Namun ada yang lebih sulit bagi shafira, tatapan sinis dari temannya. Tatapan itu seakan - akan membunuhnya dan mengajaknya berperang. Dan Shafira tidak suka itu.
" Tapi bu, " Shafira bersuara
" Iya, ada apa Shafira? " Bu Dina melihat Shafira yang sedang tertunduk.
" Apa hanya Shafira yang akan menjelaskan bu? Di kelas ini bukankah ada anggota tim olimpiade sains bidang Biologi bu? " Shafira masih menunduk. Menatap jemarinya. Semoga ia tak salah bicara.
" Ah iya, kalau begitu Rani, kamu bisa menjelaskan materi bagian Kulit " Bu Dina tersenyum setelah melihat sosok yang dibicarakan Shafira.
" Baiklah, terimakasih anak - anak, kita akan bertemu lagi di pertemuan selanjutnya." Bu Dina membereskan buku kemudian pergi meninggalkan kelas menyisakan keheningan.
" Shafira, kalau lo mau menjatuhkan gue, gak begitu caranya Shaf! Lo mau mempermalukan gue dihadapan Bu Dina? " Teriak anak perempuan bernama Rani itu.
Shafira tahu. Rani akan marah padanya. Tapi Shafira tidak mengira Rani akan semarah ini. Rani tidak pandai berbicara di depan umum seperti Shafira. Namun tidak ada pilihan lain, Shafira tidak ingin sendirian dimakan hidup - hidup oleh seluruh penghuni kelas. Setidaknya ketika Rani juga ikut menjelaskan, Shafira tidak terlalu terlihat ingin menguasai semuanya.
" Gila ya lo Shafira? Sama teman sendiri lo berani kaya gitu. Apa si yang udah Rani perbuat sampai lo bersikap seperti ini?" Teman sebangku Rani menimpali.
Kalian salah, aku gak bermaksud mempermalukan Rani. Ingin sekali Shafira berteriak seperti itu. Namun Shafira bungkam. Shafira menelan ucapan batinnya sendiri.
" Shafira gak bermaksud seperti itu Rani. Shafira hanya menghargai kamu sebagai anak biologi kebanggaan sekolah. " Shafira menunduk menatap mejanya.
" Menghargai seperti apa maksud Lo?" Rani meninggikan suaranya.
Shafira diam. Ia kehilangan kata untuk membela dirinya.
" Alah, sombong sih ya. Egois. Jadi nyari alasan terus. " ucapan itu berhenti diakhiri gebrakan meja.
Umpatan kecil dari Rani masih bisa didengar Shafira. Kelas ini kembali hening, semuanya pergi meninggalkan shafira.
Shafira melihat Eli yang hanya diam dan berdiri untuk pergi meninggalkannya juga.***
Semoga kamu tetap baik - baik saja ya. Setelah membaca bagian ini, saya harap kamu mengerti satu hal,
Tidak selamanya yang kita perbuat satu makna dengan apa yang orang lain pikirkan.Tetap semangat menjalani harinya ❤
Peluk kasih dari Na ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Shafira
Novela JuvenilShafira tahu, dia bukan siapa- siapa. Dia tidak pandai menari. Dia tidak pandai dalam pelajaran olahraga. Dia sendiri dengan hatinya yang patah. Harusnya Shafira juga tahu, setiap hati yang patah butuh teman untuk pulih, bukan hanya ruang baru untuk...