Perlu Bicara

50 8 1
                                    

Hari ini Shafira memutuskan untuk kembali pergi ke sekolah. Awalnya Shafira ingin menunggu sampai bekas cakaran di pipinya hilang, namun ulangan kimia membuatnya harus bangun pagi - pagi dan bersiap - siap.

Shafira berangkat sendiri pagi ini. Ayahnya kembali mendapat tugas pagi dan Andre, Shafira bahkan tidak melihatnya setelah hari itu.

Mungkin Andre terlalu sibuk.

setelah mengunci pintu, Shafira berjalan menghampiri ojek online yang sudah menunggunya di depan gerbang. Shafira tersenyum kemudian memakai helm dan pergi meninggalkan pekarangan.

hari ini Shafira tidak berangkat terlalu pagi sehingga koridor jurusan IPA sudah mulai tampak ramai dengan lalu lalang murid sebayanya. Yang berpapasan memberi senyuman namun Shafira hanya tersenyum canggung sambil berusaha menyembunyikan pipi kirinya. kakinya memasuki ruang kelas yang sudah tampak ramai. Eli yang sedang membenarkan rambutnya sambil bercermin, membalik badannya ketika bayangan Shafira terpantul di cermin.

" Hai Shaf,kamu udah baikan?" Eli menghampiri Shafira. Pertanyaannya membuat seisi kelas menatap Shafira ingin  tahu.

Shafira mengangguk kecil kemudian menaruh tasnya di mejanya. belum sempat ia duduk,satu pertanyaan lagi muncul.

" Memangnya kamu sakit apa Shaf? Pa Hendra gak bilang kamu sakit apa" Eli ikut duduk dikursihnya.

Shafira diam.

aku gak tau aku sakit apa. Yang aku rasain cuman  takut sampai - sampai aku susah nafas. Aku gak berani keluar rumah apalagi sekolah. Shafira menatap Eli.

" Shaf?" Eli menyentuh tangan Shafira.

" Aku... Em, bukan penyakit serius" Shafira cepat - cepat memalingkan pandangannya.

Eli tahu. Shafira, teman sebangkunya ini tidak mudah terbuka kepada siapapun. Shafira akan menatap lawan bicaranya jika ia akan melanjutkan pembicaraan namun ia juga akan memalingkan pandangan jika ia sudah tak nyaman dan Eli mengerti itu.

Mata Eli mencari keberadaan Andre. Setidaknya mungkin Shafira bisa berbicara dengan Andre lebih leluasa dibanding dengan dirinya. Bagaimanapun hari ini Shafira terlihat lebih murung. Eli tidak mau teman sebangkunya kembali menjadi pribadi yang menutup diri. 

Eli langsung berjalan menuju pintu kelas ketika Andre sampai di bibir pintu.

" Andre"

" Kenapa El?" Tanya Andre heran

" Kamu tahu Shafira kenapa? Maksudnya dia sakit apa?" Eli bertanya pelan.

Andre diam. Dilihatnya Shafira yang tengah menatap lurus ke arah papan tulis yang masih kosong.

Andre menggeleng dan melangkah masuk. Dihampiri Shafiranya sebelum ia menuju tempat duduk miliknya.

" Shaf, kamu.." Andre berucap namun Shafira memalingkan pandangannya. Mengusir secara halus.

Shafira tidak ingin diganggu.

Namun Andre perlu bicara.


ShafiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang