Andre tahu, akhir - akhir ini ada yang berbeda dengan Shafira, teman satu kelasnya. Shafira menjadi lebih pendiam akhir - akhir ini ditambah aksi terlambatnya Shafira tadi pagi. Biasanya, jika Shafira terlambat, Shafira akan menjelaskan kepada guru yang mengisi pelajaran mengenai alasan dirinya terlambat mengikuti pelajaran. Namun pagi ini, Shafira hanya meminta maaf.
Andre tahu bahwa Shafira baru saja kehilangan ibunya. Mungkin Shafira merasa sedih. Lagipula, siapa yang tidak merasa sedih jika kehilangan pahlawan hidupnya bukan?
Tidak hanya kebiasaan Shafira yang akhir - akhir ini terlambat masuk kelas, sendirinya Shafirapun menjadi sesuatu yang aneh bagi Andre. Hampir tiga angkatan di sekolah ini mengenal Shafira. Murid perempuan yang cantik dan pandai. Bahkan Andre masih mengingat bagaimana bahagianya dia ketika namanya berada dalam satu absensi kelas bersama Shafira. Kegiatan MPLS angkatan 48 menjadi saksi seberapa menyenangkannya Shafira. Anak perempuan itu selalu datang dengan gaya rambutnya yang hanya memakai jepit disamping kanannya. Wajahnya selalu ceria, bibir mungilnya selalu mengukir tawa dam membaginya dengan orang - orang yang berada di sekitarnya. Tidak heran bukan? Jika Shafira menarik perhatian teman sebayanya dan kakak kelasnya.
Lagi pula pikir Andre, siapa yang tidak mau berteman dengan murid pandai seperti Shafira. Jika kata bijak orang dahulu, Kalau kamu berteman dengan penjual minyak wangi, maka kamu juga akan tertular wanginya. Itu artinya jika kamu berteman dengan orang pintar, maka kamu juga akan terbawa pintar. Namun mungkin Andre harus merevisi kalimat bijak itu. Akhir - akhir ini, meskipun Shafira masih menduduki peringkat pertama bidang akademik di sekolahnya, Shafira masih sendirian menghabiskan makanannya.
Ingin sekali Andre menghampiri Shafira dan menemaninya. Hanya saja, Siapa Andre sehingga dia berani duduk di samping Shafira? Ah ya, teman satu kelas harusnya bisa jadi alasan yang tepat.
" Makanan lo tuh ada di meja Ndre, bukan di depan. " Teman sebangku Andre bernama Rio itu menepuk pundak Andre yang tengah menatap lurus memperhatikan Shafira.
" Eh, enggak kok, gue gak merhatiin Shafira" Andre cengengesan.
" Lah, emang siapa yang nuduh lo lagi merhatiin Shafira?" Rio tertawa renyah. Semenjak kapan Andre jadi salah fokus seperti ini.
Dan yang ditertawakan hanya memasang ekspresi datar menahan malu.
" Eh Ndre, gue liat nih ya, Shafira tuh akhir - akhir ini kaya lebih sering sendiri, lo ngerasa gitu gak si Ndre?" Rio menyenggol sikut Andre
Gue juga berpikiran seperti itu juga si
Batin Andre"Mungkin karena lo ngeliat Shafiranya pas dia sendiri kali " Andre menjawabnya singkat sambil melanjutkan makannya yang tertunda.
"Em, masa sih? Eh Ndre siapa tuh nyamperin Shafira?"
Yang ditanya hanya mengangkat bahu tidak tahu. Dari yang ia dengar namanya Risya.
Jujur saja Andre merasa lega ketika ada yang menghampiri Shafira. Setidaknya prasangka Rio, temannya ini salah. Shafira tidak pernah sendirian. Raut wajah Andre terlihat kecewa ketika ekspetasinya ternyata hanya asumsi belaka. Murid perempuan itu tidak menemani Shafira. Andre dapat mendengar secara jelas apa yang mereka bicarakan. Murid perempuan itu meminta Shafira untuk memeriksa tugas Kimianya dan Shafira menyanggupi itu.
Setelah murid perempuan itu pergi, sebuah celetukan terdengar dari arah belakang kursi yang di duduki Shafira. Dia Reyhan. Murid laki - laki yang lalu dikabarkan mencoba menjadi teman dekat Shafira. Shafira hanya melempar senyum sebagai tanda penghargaan dan Andre merasa ada yang bergemuruh di tubuhnya ketika netranya menangkap sebuah senyuman milik Shafira.
***
Saya gak tahu harus berkata - kata apa untuk menyemangati kamu. Karena kamu sendiri yang tahu apa yang kamu butuhkan.
Semua kesedihan memang tidak selalu butuh kata atau nasehat penenang.
Kadang kali kesedihan juga hanya butuh tempat untuk ada. Diberi sandaran atau ditemani misalnya.Tak apa, kamu juga butuh sedih untuk merasa sebagai manusia. Hanya saja, sedihmu jangan berlarut. Karena saya tahu kamu manusia terkuat yang pernah saya temui.
Tetap semangat ❤
Peluk rindu dari Na ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Shafira
Teen FictionShafira tahu, dia bukan siapa- siapa. Dia tidak pandai menari. Dia tidak pandai dalam pelajaran olahraga. Dia sendiri dengan hatinya yang patah. Harusnya Shafira juga tahu, setiap hati yang patah butuh teman untuk pulih, bukan hanya ruang baru untuk...