Ulangan Kimia menjadi sarapan pagi untuk murid kelas IPA 1. Kelas unggulan di sekolah yang terkenal dengan potensi non akademiknya yang gemilang.
Bu Rida sebagai guru kimia hanya duduk sambil membaca sebuah buku. Begitulah beliau ketika mengawasi ulangan di kelas unggulan. Karena suasana selalu hening. Tidak ada bisikan - bisikan yang diawali dengan suara batuk atau sejenisnya. Bahkan suara helaan nafaspun tidak terdengar. Semuanya fokus mengerjakan selembar soal yang berdiam manis di meja masing - masing.
Namun yang berbeda dilakukan oleh Andre. Laki - laki itu fokus memperhatikan gerak - gerik Shafira yang sedang menulis jawaban. Tidak bermaksud menyalin jawaban milik Shafira, Andre hanya penasaran mengapa Shafiranya tidak mau bicara dengannya tadi pagi. Pikirannya menerawang. Setelah dirinya menemukan Shafira dengan bekas cakaran di pipinya hari itu, Andre tak mengunjungi Shafira lagi. Andre kira Shafira ingin sendiri, seperti yang diucapkan Shafira hari itu.
Jujur saja, Andre merasa lega ketika ia menemukan Shafira sudah kembali bersekolah hari ini. Namun perasaan leganya tergantikan dengan sebuah tanda tanya besar.
Apa yang sudah terjadi lagi dengan Shafiranya
Alhasil ketika Shafira berdiri dari duduknya dan berjalan ke meja guru untuk menyerahkan jawaban, Andre dengan segera menuliskan jawaban terakhirnya dengan cepat kemudian bergegas menyusul Shafira.
" Shaf.." Panggil Andre setelah menjauh dari bibir pintu.
Shafira yang merasa namanya dipanggil berhenti. Membalikan badan.
" Mau ke kantin? " Andre yang sudah dekat kembali bertanya.Shafira menggeleng. Tujuan dirinya keluar kelas bukan untuk pergi ke kantin.
" Terus, mau kemana? Aku temani deh "
" Gak kemana - kemana." Shafira melanjutkan langkahnya meninggalkan Andre yang masih diam mendengar ucapan Shafira.
" Kamu kenapa si Shaf ? Ada yang ganggu kamu?" Andre menahan tangan Shafira.
Gak ada. Gak ada yang ganggu aku. Aku berhasil mengatasi rasa takut aku sendirian.
" Kalau ada yang ganggu kamu, kamu bisa cerita sama aku Shaf. Kita kan teman. " Andre Berdecak pelan.
" Kalau gitu, kamu kemana selama aku gak pergi ke sekolah?" Shafira akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Tangannya mulai berkeringat.
" Aku,.." Andre menggantungkan kalimatnya. Tampak berfikir.
" Aku gak perlu teman buat mengatasi masalah aku Ndre. Sekalipun itu kamu."
" Tapi Shaf, aku kemarin fokus latihan buat pertandingan final nanti. Lagipula hari itu kamu bilang mau sendiri. " Andre tampak kesal. Baginya sifat Shafira yang ini terlalu kekanak - kanakkan.
" Kamu buat aku khawatir Shaf. Aku takut kamu kenapa - kenapa. Repot Shaf punya perasaan kaya gini" lanjut Andre. Memang benar. Meskipun Andre disibukkan dengan jadwal latihannya, pikiran Andre sering kali tertuju pada Shafira. Ketakutan itu selalu hadir tanpa dipinta. Andre takut, hal buruk terjadi dengan Shafiranya.
Shafira memilih diam. Dia kembali melangkahkan kakinya untuk menjauh dari manusia bernama Andre.
Beberapa langkah Shafira berhenti.
" Kalau bagimu aku merepotkan. Kita gak usah berteman Ndre." Ucap Shafira tanpa melihat manik mata Andre.
Kemudian Shafira pergi dengan setengah hatinya yang kembali retak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shafira
Teen FictionShafira tahu, dia bukan siapa- siapa. Dia tidak pandai menari. Dia tidak pandai dalam pelajaran olahraga. Dia sendiri dengan hatinya yang patah. Harusnya Shafira juga tahu, setiap hati yang patah butuh teman untuk pulih, bukan hanya ruang baru untuk...