tubuhku menggigil. bayangan itu mendahuluiku. bergerak jauh berlari di antara gelap lain.
hilang.
kusadari aku sendiri. kosong semuanya kosong. dinding dinding berlapis gulita itu tampak mewah. semegah gelap yang mengungkungku.
sepi aku tak dengar apapun, hingga derapan kaki membuatku ingin membungkam nafas. membisu.
tak ada yang datang.
tak ada yang datang.
tak ada yang datang.
cuma aku.
dan gelapku berkunjung.
selalu di sini. tak berubah, membuatku makin takut. semakin benci semakin ingin pergi. berkali kali bertemu pun aku takkan pernah merasa nyaman. tak sedikit pun merasa akrab.
kita tak biasa bercengkrama. dan aku biasa pergi lebih dulu, berlari.
tapi kali ini, ia berbeda.
lebih pekat, lebih besar, sangat besar dan aku merasa tenggelam dalam dasarnya. terkonsumsi oleh ilusi dalam bisikannya. membeku tubuhku pada dekap serupa rindu, seperti ingin, aku tak berlalu.
semua hilang. semua hilang. semua hilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelakon Abad
Poesíaperihal 20 tahun hidup. membersamai abad yang barangkali tak genap. [pelarian buat tetap waras] [ l o w e r c a s e m a a p ]