3

50 8 2
                                    

Auris menampilkan senyum lebarnya. Sudah sejak satu jam tadi dirinya sibuk membuka akun instagram milik Mike.

Semilir angir membuat sejuk wajah Auris yang sekarang tengah duduk di sofa yang sengaja di letakkan di balkon kamarnya.

Di sudut kamar Auris terdapat gitar akustik yang terbalut tas berwarna hitam dengan tulisan sky di tengahnya, di sudut lainnya pula terdapat meja belajar yang nampak bersih, sudah pasti jarang dipakai. Juga terdapat lemari etalase sedang yang berisi semua novel milik Auris, dirinya memang gemar membaca.

"Ganteng juga tu cowok."Auris terkikik geli menyadari kebodohannya memuji cowok bermulut pedas itu.

"Gue emang ganteng. Baru nyadar lo?." Bangga Aksel. Yang tiba tiba muncul dihadapan Auris, untung saja dirinya tidak terkejut dan mengira abang sepupunya itu maling yang sedang mengendap endap di dalam kamarnya.

"Bukan lo. Pede bats." Sinis Auris tidak terima.

"Emang lo bisa suka cowok." Heran Aksel, mengikuti langkah Auris yang beralih duduk di kursi putih yang berada di kamarnya.

"Lo kira gue kelainan?." Geram Auris.

"Siapa tu cowok?." Tanya Aksel yang sekarang tengah gabut membolak balikkan asal salah satu novel milik Auris.

"Kepo lo. Mending gih keluar, ngapain juga lo nginep rumah gue, abang gak tau diuntung ya gini nih." Celoteh Aurin panjang.

Aksel melangkahkan kakinya keluar dari kamar ber cat merah jambu itu "Setan lo Ris." Sungutnya kesal.

Auris sekarang tengah sibuk menari nari di depan kaca riasnya, dengan lantunan lagu intentions milik justin yang kebetulan sedang diputar di siaran radio kesukaannya.

Tak lama ponselnya berbunyi, memperlihatkan layar bergambar seorang perempuan yang tengah tersenyum menghadap kamera, siapa lagi kalau bukan dirinya sendiri.

"Napa?." Tanya Auris berhenti menari-nari. Sekarang gadis itu tengah duduk manis di kasur sembari mengipas ngipaskan kertas tepat di wajahnya.

"Galak amat lo ris." Geram Jesi.

"Ck. Iya iya ada apa nyonya?." Sinis Auris.

"Lo masi mau info soal Mike kan?."

"Iya lah. Info apa lagi?, jangan bilang akun Ig nya. Gue udah dapet."

"Jl panglipuran rumah no 12. Besok jam 9 lo pergi kesitu ."

"Mau ngapain gila apa, mending juga molor gue."

"Itu tempat latihan Mike bego. Katanya lo mau info. Pokonya besok jam 9 jangan lupa. Bay, pulsa gue habis. Besok senin lo harus traktir gue!." Perintah jesi. Tak lama sambungan telepon terputus. Menyisakan Auris yang kebingungan dengan maksud dari kawan nya itu.

"Tempat latihan Mike. Latihan apa coba?." Batin Auris bertanya tanya. Tapi dirinya enggan bepikir panjang.

Bunyi bel rumah Auris membuat nya malas berjalan menuju pintu. Memang orang tua Auris sedang tidak dirumah, bekerja di luar kota.

maka dari itu Aksel kakak sepupunya menginap di rumahnya, itu perintah dari mamanya, meskipun sebenarnya Auris percaya bisa menjaga dirinya dengan sangat baik.

Auris melangkahkan kakinya gontai. Berpikir tamu macam apa yang mendatangi rumahnya di jam yang sudah menginjak pukul sepuluh malam.

"Kok bajunya item item. Jangan- jangan maling." Tanya Auris menduga-duga, setelah melihat sang tamu dari celah jendela rumahnya.

"Tapi masa maling sih, kok rame rame an." Gumam Auris masih enggan membukakan pintu.

Memang di halaman rumah Auris sepertinya lebih dari satu tamu, terlihat dari motor yang terparkir lebih dari satu.

"Ris. Ada tamu bukanya di bukain pintu." Abangnya itu membuat Auris terlonjak kaget.

"Ck. Bikin kaget aja lo. Ati-ati gelagat tu tamu aneh." Saran Auris.

"Aneh pala lo, mereka temen gue." Pernyataan Aksel membuat Auris membelalakkan matanya.

"Suruh balik, ngapain juga maen jam segini. Anak malam emang." Geram Auris.

"Tamu adalah raja. Mending lo bikinin minum." Perintah Aksel yang menambah geram Auris. Tapi juga nurut saja membuatkan minum untuk teman-teman Aksel.

Auris di dapur. Sibuk memanaskan air untuk menyeduh teh. Sedari tadi menggumam entah kepada siapa, sepertinya masih kesal dengan sifat bossy kakak sepupunya.

Auris melangkahkan kakinya menuju ruang tamu "nih minum." Ketusnya membuat ruangan itu seketika sunyi, dengan beberapa pasang mata menatap Auris.

"Apa?." Tanya Auris polos.

Aksel mengikut lengan Auris "galak bats lo ."

"Biarin ." Jawab Auris meninggalkan ruang tamu, yang beberapa pasang mata belum mengalihkan pandangannya.

"Adek lo?." Tanya Arkan yang sedang meminum teh buatan Auris.

"Iya" ucapan Aksel menggantung "emang jutek ." Lanjutnya singkat mengerti arti tatapan dari temannya itu.

"Jutek jutek gue juga mau ." Celetuk Rio asal. Beberapa saat kemudian sebuah tangan memukul kepalanya.

Rio mengaduh "sakit njir."

Aksel tersenyum bangga ternyata tangannya ini berguna juga untuk menyiksa orang, sedangkan Arkan tersenyum tipis, seperti biasa sifatnya sangat dingin dan arang berbicara.

Auris sudah berbaring di kasur berwarna pink di kamarnya. Membuka grup chat Aurora.

Vinia: Ris tadi lo kabur latihan kemana?

Jesi: hala sok gatau lo vin. Vanya tadi kan udah ngomong

Vinia: abang lo itu kan jes

Jesi : yup


Auris: brisik

Auris: awas lo van

Vanya: gue juga yang kena


Auris memilih menutup laman aplikasi chatnya. Daripada dirinya dongkol dengan mulut ember vanya. Siap- siap saja besok senin dirinya ditanyai macam-macam oleh teman-temannya.
untung saja besok masih ada hari minggu, dirinya masih malas ditanyai ini itu.

Auris memilih meletakkan hpnya di atas nakas. Lalu tidur, setelah memasang alarm pukul tujuh pagi. Dirinya masih mengingat rencananya esok pagi.

AMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang