14

26 5 0
                                    

Auris berdiri termanggu di gedung kelas 10. Dirinya sama sekali tidak takut meskipun hanya seorang diri, lagi pula apa yang mesti ditakutkan. dari pada sepi gadis itu lebih takut dengan perasaan kehilangan.
Pukul 22.00 WIB dan acara pentas seni sekolahnya belum kunjung usai. Sebenarnya juga tidak masalah bagi Auris, hanya saja dirinya termakan bosan dengan suasana ramai, dirinya tak terlalu senang berdesakan, Juga tak terlalu senang dengan suara yang terlalu brisik.

"Ngapain lo disini ?."

Auris menoleh, tersenyum ke arah Mike yang mengarahkan kaki mendekat kepadanya "liat bintang ." Jawab gadis itu pendek.

"Lo ngapain?." Tanya gadis itu balik.

"Bosen ."

"Lo tau ga ?." Tanya Auris. Gadis itu kembali melihat suasana langit yang masih penuh bintang gemintang.

"Lo belom ngomong, mana bisa gue tau ."

Gadis itu tertawa. Benar juga apa yang di katakan pria di sampingnya "katanya kalo ada orang suka sama seseorang, terus tulis namanya ke bintang, nanti perasaannya bakal di balas ." Terang Auris mengingat kepercayaan yang sejak smp sudah di percayainya, dirinya kerap kali melukis nama seseorang dalam bintang.
Bahkan setiap kali Aksel atau temannya lain mengajaknya keluar dengan motor, pasti saat itu juga Auris masih sempat melakukan kebiasaannya.

Pria itu malah tersenyum seakan mengejek pemikiran Auris "kuno lo."

Gadis itu mencebikkan bibir "lo ga pernah baca buku sih ." Ketusnya

"Gue cuma baca fakta, bukan mitos kaya lo. Emang lo nya aja yang antik ." Auris sudah menyesali membagikan mitos yang di percayainya kepada Mike.
Gadis itu melupakan fakta mengenai mulut cabe pria itu.

"Kalo lo ga mau, gue coba sendiri aja ." Auris mengarahkan jari tangannya membentuk sebuah nama, apa lagi kalau bukan nama pria di sampingnya.

Mike mengamati gerak-gerik gadis itu "lo nulis apaan?." Tanyanya ternyata juga penasaran, membuat Auris bangga.

"Kepo. Katanya mitos, sana main-main sama fakta aja ."

"Rese lo ." Sungut Mike.

Gadis itu mendekatkan wajahnya ke arah pria di sampingnya "emang ." Sinis nya. Dirinya melupakan fakta bahwa pria di sampingnya sedang sibuk mengendalikan debar jantung yang semakin cepat saja.

Suara dentuman kembang api terdengar di telinga Auris, membuatnya reflek menutup telinganya. gadis itu memang takut dengan suara keras, tapi senang melihat warna-warni yang memenuhi langit malam.

"Lo tau ga ?." Auris kembali membuka keheningan di antara keduanya.

Mike hanya membuang napasnya malas, bukankah Auris belum memberi tau nya, bagaimana cara pria itu tau.
"Iya gue belom selesai ngomong ." Lanjut gadis itu seakan mengetahui tatapan Mike yang seakan meminta penjelasan.

"Kata nya kalau ada bintang jatoh. Lo bisa ajuin permintaan, nanti di kabulin ."

"Tau apa lo selain mitos bintang. Mending belajar yang rajin, IQ lo rendah ." Sarkas Mike yang membuat Auris ingin memukul pria di sampingnya. Bagaimana tidak dirinya sudah di hujat masalah IQ oleh dua orang pria yang menyebalkan setengah mati.

"Tau ga. Jangan terlalu ambis belajar, nanti lo nyesel ."

"Belajar ga akan buat gue rugi ." Pria itu tetap kukuh pada pendiriannya. Memang dirinya hanya fokus terhadap segala sesuatu tentang pelajaran, sama sekali tidak tertarik dengan segala hal di luar pelajaran, termasuk juga seni.

Gadis 17 tahun itu menoleh "lo kan ga tau nantinya. Awas nyesel ." Terang Auris, bernada menakuti seperti di film horor.

"Hm" pria itu berdeham sebagai jawaban. Lalu pergi meninggalkan gadis berambut hitam bergelombang khusus untuk hari ini.

Auris menatap kepergian pria yang punggungnya sudah termakan tembok.
"Ekhem ." suara membuat Auris tiba-tiba merinding. Apa lagi suasana di sekitarnya yang sepi, membuat aura yang semakin mencekam.

"Gue bukan setan ." Terang suara itu. Membuat Auris menoleh mencari sumber suara. Arkan muncul dari kolong meja di belakangnya, membuat gadis itu terlonjak terkejut.

"Ngapain lo di situ ?." Tanya gadis itu melihat Arkan yang masih melakukan peregangan. Khas seperti orang bangun tidur.

"30 menit jadi nyamuk capek juga ."

"Lo nguping ya ." Sungut gadis itu.

Awalnya Arkan memang berniat mengistirahatkan tubuh penat nya di tempat sunyi. Hanya saja hal tersebut malah membuat dirinya menjadi nyamuk dadakan.
Sejak tadi dirinya menunggu waktu yang tepat untuk ke luar dari persembunyiannya, menyesal telah memilih tempat yang salah.

"Lo tau ga. Katanya kalo seseorang nulis nama orang yang di cintainya di bintang, perasaannya bakal dibalas ." Ucap pria itu tiba-tiba menatap bintang, dengan tatapan yang dibuat-buat seakan mengejek gadis berambut hitam di sampingnya.

Auris sontak memukul lengan pria itu "ck ngeselin ."

Pria itu malah tertawa melihat tingkah Auris "tapi lo tau ga ?." Ucap Arkan tiba-tiba. Membuat kegiatan Auris yang tadinya memukul pria itu kesal menjadi berhenti.

"Ga tau ." Jawabnya sinis.

"Gue juga percaya mitos itu ." Ucapnya datar, lalu pergi meninggalkan gadis yang sekarang tengah melamun. Pasalnya gadis itu masih tidak percaya, pria yang di kenalnya angkuh malah mempercayai mitos sama sepertinya.

"Lo ga mau balik?. Gue tinggal ." Lanjut pria itu membuat Auris buru-buru mengikuti langkah kaki yang sudah mendahuluinya.

"Gue masih ga nyangka lo bisa percaya mitos ." Langkah kaki Auris sudah sejajar dengan Arkan, pastinya dengan sedikit berlari. pria itu memiliki kaki yang panjang, tentu saja langkah nya lebih lebar.

"Hm ." Jawab pria itu. Sekarang Auris sudah menyesal mengajaknya bicara dengan normal. Memang pria itu hanya mengetahui bahasa non pribumi.

-28 april

AMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang