18

18 4 0
                                    

Matahari bersinar terang masuk dari celah kamar Auris, dirinya beranjak membuka gorden yang menutup jendelanya.
Kembali duduk di kamar tidur, membuka pesan yang masuk di ponselnya.

Arkan: sore gue ke rumah lo

Gadis itu melihat pesan dari Arkan, buru-buru dirinya membalas pesan pria itu.

Auris: aye aye captain 😀

Gadis 17 tahun itu mulai heran, pasalnya dirinya melihat notifikasi pesan dari Mike, lantas membuat gadis itu tersenyum senang.

Mike: hari ini ada waktu?

Auris sedikit heran, apakah dirinya di ajak nge date. Tapi itu masih sebuah ke haluan di pikirannya.

Auris: kenapa?

Mike: gue minta bantuan lo buat ngerjain tugas seni.

Auris akhirnya tau, alasannya memang bukan seperti bayangan di kepalanya.

Auris: oke. Siang aja !

Mike: gue bisanya sore

Gadis itu menepuk jidatnya, pasalnya dirinya sudah ada janji bersama Arkan.
"Halah gapapa lah ngajarin barengan ." Gumam gadis itu.

Auris: oke

Auris menyibakkan selimut yang masih tergeletak di kasurnya, melipatnya sehingga tampak rapi dari sebelumnya. Merapikan guling, bantal, dan juga beberapa koleksi bonekanya.
Kebanyakan memang boneka beruang berwarna putih, hal itu cukup membuktikan seberapa besar kesukaannya kepada ice bear.

"Ris ntar sore gue pergi ." Berita Aksel yang melihat adiknya itu lompat-lompat keluar dari kamarnya, memang gadis yang sedikit aneh, bukan sedikit sepertinya memang aneh.

Auris menatap Aksel dengan mata berbinar-binar "beneran lo?, syukur deh ." Jawabnya kembali melompat-lompat sampai dapur. Aksel menatap adiknya itu takut, mungkinkah kerasukan, atau sejenisnya, pikir pria itu.

Auris mengambil segelas air putih, meminumnya sampai habis. Dirinya mengambil roti dan mengoleskan selai coklat dan keju sangat banyak, memang dirinya gemar sekali dengan hal yang berbau coklat juga keju.

"Heh. Anterin gue ke supermarket !." Perintah Auris lebih mirip pemaksaan kepada kakak sepupunya.

Lelaki itu menoleh. Menatapnya tajam yang tetap tidak membuat gadis 17 tahun itu merasa bersalah "hah heh hah heh. Lo kira gue apa ?."

Gadis itu tersenyum "lah lo manusia kan. Emang apaan ?."

Aksel menatapnya tajam yang malah di tatap balik gadis itu sama tajamnya "untung adek gue ." Gumam Aksel tak terdengar oleh gadis itu.

Aksel mengambil kunci yang tergeletak di meja ruang tamu, memanaskan mesin motornya.

"Ris, buruan !." Pria itu kesal, pasalnya dirinya sudah di babukan , tapi malah sekarang di suruh lagi untuk menunggu.

Auris menghampiri pria itu "sabar napa ."

"Ga ada kata sabar buat lo ."

AMORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang