"Gue masuk dulu ." Berita Auris meninggalkan Arkan yang masih sibuk dengan parkiran yang lebih ramai dari biasanya.
Mereka sudah tiba di sekolah Auris.
Gadis itu melangkahkan kakinya, menyusuri lorong yang mengarah ke ruangan tempat teman-temannya berkumpul.
Mata gadis itu tak lelah menyusuri pemandangan di depannya, tampak berbeda. Sangat ramai dengan lautan manusia, dirinya semakin gugup.
Ornamen colorful menambah nuansa ceria lapangan sekolah yang biasanya membosankan, beberapa stand di tata rapi yang sekarang juga sudah di penuhi lautan manusia."Ris tungguin !."
Auris menoleh. Vanya dan Jesi sedang berjalan cepat ke arahnya. Beruntungnya gadis itu tidak berjalan sendiri, entah mengapa bersama-sama lebih mengurangi rasa gugupnya.
"Gue ga mau bilang ini sih, tapi asli lo cantik ." Vanya berujar membuat pipi Auris bersemu merah. Sepertinya pria yang sejak pagi merecokinya memang banyak membantu.
Jesi menatap Auris lekat "hooh Ris. Setau gue lo paling ga bisa make up, dan paling ga peduli sama make up ." Celoteh Jesi menyetujui ucapan vanya sebelumnya.
Auris menampilkan cengirannya "karena seseorang ." Jawab gadis itu, kembali mengajak kedua temannya buru-buru berjalan.
"Siapa ?." Kompak Jesi dan Vanya. Mereka memang selalu penasaran dengan semua hal. Bahkan perkara kecil saja.
"Rahasia."
Gadis itu melenggang pergi. Mempercepat langkahnya meninggalkan kedua temannya, dengan senyum yang masih terpampang di bibirnya.
Sedangkan Jesi dan Vanya yang masih merasa penasaran tetap menekan Auris untuk membongkarkannya. Masalahnya memang di antara mereka Auris lah yang paling tertutup.
Bukan hanya soal asmara, Bahkan nilai hasil ulangan saja Ia tutup-tutupi."Gue mau perform kali ini ga ada yang buat kesalahan ." Vinia menatap satu per satu anggotanya. Auris sebenarnya sangat suka dengan sikap seniornya yang tegas itu, menurutnya jiwa kepemimpinan di dalam Vinia sangat besar, tidak salah mereka memilih Vinia sebagai kapten.
Seusai amanat singkat dari Vinia mereka buru-buru di sibukkan dengan hal-hal baru.
Mulai dari pemantapan koreo bahkan sampai menebalkan riasan yang dilakukan beberapa anggota.
"Ekhem ." Vinia berdeham. Membuat Auris menoleh ketika tadinya gadis itu sedang menatap pantulannya di cermin, meneliti setiap gerakannya."Ris gue pilih lo jadi centernya. Gue liat hari ini lo paling menonjol ."
Pipi Auris semakin memerah sama seperti tomat ranum. Dirinya tidak menyangka akan menerima banyak pujian dari orang-orang terdekatnya.
"Jangan puji terus gue malu ." Gadis itu menutup pipinya.Vinia tertawa melihat tingkah juniornya "gue tau. Abangnya Jesi kan ." Lanjut Vinia. Membuat Gadis di hadapannya kembali mengingat tujuan awalnya, bagaimana bisa dirinya melupakan tujuan yang sangat penting itu.
Acara pensi sudah di mulai. Dari mulai band sampai sekarang sudah parade ekskul, itu berarti Auris akan cepat perform sebentar lagi.
Vinia mengarahkan team nya untuk turun ke bawah menunggu giliran. Tiba-tiba saja tangan Auris berkeringat, dirinya kesal ketika jantungnya berdebar kencang seperti ini.
"Lo mau berhasil nggak ?." Arkan mendadak muncul di kepalanya, membuat Auris semakin bersemangat. Apalagi dengan embel-embel kata "berhasil".Setelah Mc memanggil timnya. Aurora cepat cepat menempatkan diri. Lantunan musik mulai terdengar di penjuru sudut.
Koreo mereka usai dengan baik, sampai sesi freestyle.
Sesi dimana satu per satu anggota menampilkan kemampuan freestyle nya.
Auris sebagai penutup gerakan Freestyle, dirinya memang sangat suka freestyle, tubuhnya selalu senang dengan sendirinya bergerak mengikuti iringan musik.
Banyak pasang mata menatap gadis itu kagum. Tak sengaja mata bulat milik Auris menatap Arkan dan Mike. Arkan yang sedang sibuk mengambil gambar dengan kameranya dan Mike yang sedang menatapnya dari samping lapangan."Keren lo Ris ." Ucap teman-temannya. Sekarang ini mereka sudah kembali duduk di ruang dance, tapi pensi belum berhenti.
Sepertinya akan sampai malam seperti tahun-tahun yang lalu. Padahal hari ini masih menginjak pukul 14.00 WIB, yang berarti waktunya masih panjang.Auris tersenyum mendengarkan pujian yang di lontarkan untuknya. Gadis itu tak lelah mengucapkan kata terimakasih.
"Gue ijin ke bawah dulu ya ." Auris berujar, lalu pergi setelah melihat temannya mengangguk menghiakan.
Pria yang berdiri di ujung tangga membuat Auris memberhentikan langkahnya. Siapa lagi kalau bukan Arkan.
"Sini ikut gue !." Perintahnya kepada gadis itu. Lagi pula Auris hanya nurut saja.
"Liat ." Lanjut pria itu menunjukan pemandangan di hadapan mereka.
Auris heran "itu Mike. Emang kenapa ?."
Arkan yang memiliki bakat menahan Amarah jika berhadapan dengan gadis itu hanya menggelengkan kepalanya.
Tanpa pikir panjang pria itu mendorong tubuh Gadis di sampingnya, membuat lutut Auris jatuh mencium lapangan."Shit." Gumam Auris ditujukan kepada sang tersangka, sedangkan Arkan malah pergi, sembari memberikan ucapan "bye bye" dan senyum mengejek.
"Lo gapapa ?." Tanya seseorang membuat Auris mengadahkan kepalanya. Gadis itu menatap pemandangan yang sangat indah baginya, apalagi kalau bukan Mike yang tengah mengulurkan tangan ke arahnya. Seperti di dunia halu.
"Gapapa pala lo. Sakit nih ." Ringis gadis itu yang malah dengan nada tidak santai.
Mike membantu gadis itu berdiri. Cepat Menempelkan hansaplast ke lututnya "nyesel gue udah nolong lo ."
Auris menatap pria itu penuh amarah "lo ngeselin ."
"Lo bego." Sambung Mike meninggalkan gadis yang sedang mencebikkan bibir menahan amarah. Wajah gadis itu memerah, membuat Mike tersenyum.
Auris memang di buat kesal dengan mulut cabe pria itu. Tapi dirinya tak menutupi rasa senang karena dapat bercakap singkat dengannya.
Gadis itu harus mengucapkan terimakasih lagi untuk Arkan, serta memberi umpatan karenanya lutut nya tergores.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMOR
Teen FictionPria tadi menoleh "badan lo gede, menuhin jalan." Auris tertohok kenyataan. -Michael Viorentino "gue harus cari tau tentang dia, kalo perlu gue jadiin pacar." Auris berkata sembari mengikat kuncir kuda rambutnya. -Auristela Arabelle "Ck sial." -Ret...