Apa yang membuatmu menyerah? Satu sebabnya, adalah kata menyerah yang kamu tanamkan di dalam hati dan otakmu.
-Bintang"Awwww," keluh gadis bermata jernih itu.
Matanya mencari-cari siapa yang menendang batu pas mengenai kepalanya.
"Tang, lu nggak apa?" Reyna bertanya cemas.
"What? Astaga, WOY KAKI SIAPA YANG TENDANG KERIKIL?" teriak Reyna lantang.
Merasa ada yang tidak beres, Langit menoleh ke arah suara. Mengernyit heran, ke arah gadis itu. Benaknya menyadari sesuatu, kerikil? Batu? Ah? Astaga. Sedikit berlari, Langit menghampiri gadis itu, dan memapahnya ke UKS.
"Maaf, gue nggak sengaja," ucap Langit lembut.
"Hm, yaudah gapapa," balas Bintang.
"Kok gitu sih, Tang? Jidat lu berdarah astaga, karena cowok aneh ini. Btw, Kak? Gue ga pernah lihat elu?"
"Gue maba," ucap Langit tertawa pelan.
"Dih ngelucu, bilang aja murid baru. Gitu aja repot!" seru Reyna jengkel.
Langit menganggukkan kepalanya, menyetujui ucapan gadis di depannya.
"Langit Anggara," celetuk Langit sambil menyodorkan tangannya ke arah Bintang.
"Heh, siapa juga yang mau kenalan sama, Kakak?" sinis Reyna.
"Memangnya gue terlihat se-me-nye-bal-kan itu di depan mata lu?" tanya Langit heran.
Tangan Reyna sibuk membersihkan luka di dahi Bintang seraya berkata, "Kalo gue bilang iya kenapa? Kalo gue bilang nggak kenapa?"
"Maaf, ya eyang, nenek, emak eum cewek aneh, gue ngajak kenalan temen lu. Bukan elu!" seru Langit pelan, namun penuh penekanan.
"Oh aja sih."
Langit mendengkus jengkel, lalu memperhatikan gadis yang sempat menarik perhatiannya. Dia tak menyangka gadis itu berada tepat di depannya. Sayang, momennya tidak pas. Gadis itu tengah terluka, karenanya. Langit tersenyum tipis, kembali tangannya terangkat, mengajak kenalan gadis di depannya.
"Langit Anggara," ucap Langit, lagi.
"Woy Bambang, lu nggak ada niatan minta maaf gitu?" tanya Reyna, mengabaikan raut kesal Langit. Dua kali cewek itu mengacaukan acara perkenalannya.
"Bintang, Kak," balas Bintang pelan.
"Hai Bintang," sapa Langit seraya memamerkan senyuman terbaiknya.
"Sok manis banget biji salak," umpat Reyna kesal.
"Siapa yang lu maksud biji salak?" tanya Langit menaikkan alisnya heran.
"Noh gue bilang sama cowok yang seruangan sama gue."
"Gue dong?" Langit menatap gadis di depannya tak percaya.