Sunny dan Langit

14 4 2
                                    

Apa sih arti teman? Pemanfaatan situasi dan kondisi? Sebagai kambing hitam? Atau sebagai kedok agar tidak ada kata nolep di antara kita?

-Langit

"Lang, tumben tadi lu telat?" bisik Andre pelan, saking pelannya Langit tidak mendengarnya.

"Apaan sih, Ndre? Gue nggak dengar lu ngomong apa!" seru Langit.

"Tumben lu telat, abis dari mana?"

"Oh itu, nganterin Sunny," jawab Langit, matanya fokus mengerjakan soal matematika yang terdampar di mejanya.

"Sani? Sania? Merk minyak goreng? Lu tinggal bilang, kalo di suruh Bunda lu beli minyak aja susah amat, Lang."

Langit mengerutkan dahinya bingung, masalahnya dia tidak sedang membicarakan minyak goreng.

"Lu ngelindur?" tanya Langit, matanya tidak teralih seinci pun dari lembaran di depannya.

Kelas mereka tengah ada ulangan dadakan, di jam pertama. Tak lain tak bukan, ulangan matematika. Pelajaran absurd yang paling horor seantero anak SMA.

"Ya, gue nanya kenapa lu telat?" tanya Andre, mengulang pertanyaannya.

"Nganterin Sunny," ketus Langit, mulai kesal.

"Ah, masa gue kudu ngulang lagi sih." Andre mendengkus frustrasi.

"Astaga Andre, S-U-N-N-Y, dibaca Sunny."

Langit menatap Andre kesal, baru kali ini ada orang yang mempertanyakan nama Sunny, alias nggak tahu pelafalan Sunny. Ini malah di sangka merk minyak goreng.

Andre membulatkan bibirnya, ber oh ria. Mulai mengerti yang dikatakan Langit.

"Langit Anggara, Andre Wicaksana! Kerjakan soal di papan tulis! Se-ka-rang!"

Teriakan lantang itu berasal dari arah depan, tepatnya Bu Mimin meneriaki mereka berdua. Langit mengusap wajahnya, rasa kesalnya berganda. Andre menatap Langit bingung, asyik berbisik di telinga Langit. Bertanya kenapa dia disuruh ke depan. Langit diam, enggan menjawab.

"Kenapa masih di sana? Sekarang! Kalian pikir, Ibu nggak sadar? Enak aja ngobrol tadi, Ibu cantik kayak gini dianggurin!"

"Siap, Bu!" seru Langit, berdiri tegap. Kakinya berderap ke arah papan tulis. Mulai mengerjakan soal yang dititahkan gurunya.

•~•

Bel istirahat berdering nyaring, melengking. Membuat seluruh siswa SMA Permata Bangsa bertebaran di area kantin, mayoritas melarikan diri ke sana. Ada beberapa siswa dan siswi, memilih untuk menyepi di perpustakaan, taman serta rooftop sekolah.

"Lang, ngantin?" tanya Ivan, tangannya sibuk merapikan buku di dalam tas kesayangannya.

Cowok bertubuh jangkung itu diam, perutnya tidak lapar. Kakinya malas melangkah ke kantin, andai saja ini film anime. Dia akan mencari sahabat seperti Ohta-kun, siap mengangkatnya kemana saja. Seperti Tanaka-kun.

SiriusWhere stories live. Discover now