Bab 6

12.3K 643 12
                                    

                Beberapa hari setelah insiden beling, keadaanku sudah membaik. Malah dibilang aku sudah bisa berjalan seperti biasa. Mungkin karena penanganan dokter dan obat yang diberikannya, jadi aku sembuh lebih cepat.

Aku tersenyum, mengambil ipod, menggendong tas lalu meminum antibiotik terakhirku sebelum akhirnya berjalan keluar lalu menutup pintu kamar kos baruku.

Iya. Aku sudah pindah dua hari lalu. Tentu saja dengan pertolongan Abian. Jarak kos lama dan kos baru yang tak terlalujauh membuat kami tidak begitu kesusahan mengangkut barang-barang. Lagipula barang-barangku juga tidak terlalu banyak, jadi Abian tidak perlu bolak-balik.

Ku akui kos ini nyaman, bahkan selama dua hari ini aku tidur dengan nyenyak. Jauh dari kata bising, dan gangguan tetangga kamar sebelah. Mungkin karena seluruh penghuninya wanita, dan semua tertutup. Jadi sejak kemarin aku juga tak melihat batang hidung mereka di tempat ini. hanya terdengar pintu di tutup atau di buka, namun tak pernah bertegur sapa. Seolah mereka punya dunia yang lebih indah di kamar daripada harus ngobrol di ruang depan.

senyum ceriaku mengembang, saat melihat beberapa bunga mawar, melati dan krisan yang bermekaran indah di halaman. Apalagi sisa hujan semalam membuat daun-daun dan bunga-bunga itu terlihat segar. Aku hendak kembali mengayunkan langkah, saat sebuah pesan masuk di ponselku.

Tere : GAWAT Sha, GAWAT!

Aku : Why?

Tere : (link video terkirim)

Aku menaikkan alis, segera membuka tautan yang dikirimkan Tere kepadaku. Baru saja dua detik menonton video itu, mataku terbuka lebar. Segera ku ketik balasan untuk sahabatku tersebut.

Aku : Ini maksudnya apa Ter?

Tere : Lo cepet ke kampus sekarang. Video ini lagi jadi trending topik di kampus!

"Gila, ini kan?!" aku mengusap wajahku dengan cemas.

Tak menunggu lama, aku langsung bergegas pergi. Dan sepertinya pagi indahku juga sampai sebatas ini, karena setelah ini aku tidak tahu apa yang akan terjadi.

***

Tere menungguku di depan kelas dengan wajah tegang yangtak bisa disembunyikannya. Saat melihatku mendekat, ia bergegas menyusul dan menarikku menjauhi kerumuman mahasiswa yang siap mengikuti perkuliahan.

"Jelasin sama gue, maksud video tadi apa?" Aku menatap Tere lekat, minta penjelasan. Sebab sejak aku menginjakkan kaki masuk ke lingkungan kampus, aku terus mendegar cicit mahasiswa yang terus membicarakan masalah video panas antara Alexander dan perempuan yang entah siapa. Dan yang lebih membuatku tidak enak, jelas video yang tersebar itu adalah video yang kuambil beberapa hari lalu. Padahal seingatku, jelas hanya Tere yang tau video itu.

"Video itu nggak sengaja kesebar Sha!" jawabnya penuh penekanan, sedang matanya tampak nanar melirik kiri dan kanan. "Dan lo tau nggak kalau sekarang video itu sudah sampai Rektor!"

"Apa?!" aku melebarkan mataku. Merasakan gugup yang tiba-tiba menyerangku. Kalau Alexander tau bahwa aku yang mengambil video itu, dia pasti akan membunuhku.

"Tere, gimana ceritanya itu video sampai nyebar ke mahasiswa seluruh kampus? Lo yang nyebarin ya?!" tudingku kesal.

Tere menunduk dalam.

"Maafin gue." Desisnya kecewa.

Aku membuang nafas kesal. Ku alihkan pandangan ke tempat lain, mengusir deru nafas penuh emosionalku.

iL Legame (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang