Bab 12

10K 541 12
                                    

                Semenjak hari itu aku tak pernah melihat lagi alexander di kampus. Dia hilang begitu saja seperti terhisap bumi. Padahal aku sangat ingin bertemu dengannya, menanyakan maksud dari ciuman itu. batinku memberontak, sekali waktu ingin menemui sahabat-sahabatnya dan bertanya keberadaannya, atau setidaknya nomor teleponnya. Namun siapa aku? Bahkan tak ada satupun dari orang-orang dikampus yang tau jika aku dan Alexander bisa sedekat itu.

"Lo akhir-akhir ini kenapa sih?" Tere membuka snack kentang yang dipegangnya lalu menyodorkannya padaku namun kutolak dengan gelengan.

"Emang gue kenapa?" tanyaku penasaran, menoleh pada Abian yang duduk di sampingnya dengan jidat berkerut. Awalnya cowok itu sibuk dengan buku-nya, namun saat sadar jika aku telah memperhatikannya, dia mengangkat dagu.

"Lo nggak sakit kan?" tanyanya kemudian, lalu menyandarkan tubuhnya pada bangku semen yang berada di taman kampus, dan menutup bukunya, menyusunnya rapi dengan beberapa bukunya yang lain.

Aku mendengus.

"Enggak. I"m fine!" jawabku tegas, menoleh pada serombongan anak basket yang bersiap menuju lapangan dan bercericit tidak jelas.

"Gue rasa lo kelihatan nggak seger gitu." Tere menggeser tubuhnya mendekatiku lalu memeluk pinggangku. "Soalnya lo 'kan anak mama. Jadi kalau kenapa-kenapa kan kita khawatir. Ya nggak Bi?" Tere mengedikkan matanya ke arah Abian dan hanya dijawab cowok itu dengan cengiran.

Aku tak menjawab.

"Atau mau gue belikan vitamin?" Abian menimpali.

Aku menggeleng tegas. "Nggak perlu!"Seruku ngotot. Terkadang mereka berlebihan dengan menganggapku seperti anak kecil.

Tere dan Abian saling pandang.

"Sorry.....gue nggak maksud bentak lo." Aku menyadari kesalahanku.

"Tak apa. Mungkin lo kurang istirahat aja."jawab Abian lalu berangsur dari duduknya. "Oke girls, gue pergi dulu ya. ada kuliah sepuluh menit lagi. See you...." dia melambai lalu meninggalkan kami berdua.

Sebelum dia benar-benar jauh, ia menoleh dan berkata. "Oh ya Sha, kalau lo butuh bantuan gue atau ada apapun itu, tolong hubungi gue."

Aku mengangguk pasti. Kemudian memandang punggung Abian yang menjauh.

"Lo udah makan Sha?" tanya Tere lagi setelah Abian hilang dari pandangan.

Aku menggeleng. Seingatku sejak tadi pagi aku hanya makan sepotong roti tawar dan kopi. Akh, kopi! Kenapa aku mulai suka dengan minuman itu sekarang.

"Mau makan bareng?" Tere mengemasi barang-barangnya. "Makan snack saja tidak membuat gue kenyang."

Aku mengangguk. "Oke. Ke cafe depan aja ya?"

Tere mengangguk.

Kami berdua berjalan beriringan keluar kampus, menuju cafe yang biasa kami kunjungi. Siang tak begitu terik, namun suasana cukup ramai. Lalu lalang kendaraan seakan tak terbendung. Ramai dan sarat dengan polusi. Ingatanku kembali melayang pada rumah gerbong yang ku kunjungi dengan Alexander beberapa hari yang lalu. Tempat itu nyaman dan jauh dari polusi. Andai saja ada kesempatan lagi, aku ingin bergi ke sana.

Saat hampir masuk ke dalam cafe, aku menghentikan langkah. Mataku nyalang menatap ke arah minimarket di seberang jalan, melihat seseorang yang kukenal bersama seorang cewek. Cantik lagi, dengan rambut panjang dan kakinya yang jenjang.

iL Legame (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang