Bab 21

6.9K 320 8
                                    

            Perjalanan ke Bandung menggunakan travel jauh lebih cepat daripada menggunakan bus. Waktu belum beranjak petang saat mobil itu berhenti tepat di depan rumahku. Sudah beberapa bulan ini aku tak bersua dengan halaman dan bunga-bunga mawarku, ikan-ikan mas yang kupelihara sejak kecil dikolam belakang rumah dan tentu saja dengan kamar mungilku di lantai dua.

Pintu rumahku tertutup rapat. Namun tak terkunci. Kebiasaan mama selalu menutup pintu meskipun di dalamnya ada orang. Kata mama, takut jika ada pencuri atau pengemis yang rese lalu masuk gerbang saat mama sedang masak di dapur. Apalagi sekarang yang ada di rumah cuma mama dan Mbok Sumi asisten rumah tangga kami. Otomatis rumah kami tambah semakin sepi.

"Ma...." panggilku saat aku sampai di ruang tamu. Kuletakkan tas ranselkusembarangan.

"Eh...mbak Alisha sudah datang ya?" Mbok Sumi tergopoh menyambutku. Wanita yang berusia lebih dari setengah abad itu masih mengenakan apron sambil membawa pisau.

"Iya mbok, naik travel cepet. Dianter sampe depan rumah lagi." Jawabku. "Lha mama kemana?"

"Mungkin lagi mandi mbak." Mbok Sumi melirik kamar mama yang terbuka separuh. "Mau dibuatin minum?"

Aku mengangguk.

"Boleh. Aku pengen es teh buatan mbok yang super enak itu."

Mbok Sumi tertawa.

"Iya...iya non. Tunggu ya!"

Aku mengangguk. selepas mbok Sumi kembali ke dapur, aku melangkah menuju kamar mama untuk menunggunya di dalam sekaligus memberi kejutan.

Suara pintu kayu jati itu berderit saat aku membukanya dengan lebar. Mama tidak ada di dalam, namun aku mendengar suara deburan dari dalam kamar mandi. Mungkin benar kalau mama sedang mandi sekarang.

"Ma..." panggilku. Namun tak ada jawaban karena mungkin mama tidak mendengar.

Aku beranjak menyusuri kamar besar itu, lalu duduk di pinggiran kasur untuk menunggu mama. Padanganku teralih pada setumpuk album foto yang berada di atas kasur. Kuambil salah satu yang berada di tumpukan paling atas. Kubuka selembar demi selembar. Foto-foto itu berisi fotoku masa kecil, foto pernikahan papa mama, foto liburan kami dan foto-foto lawas lainnya. Kuambil salah satu album lagi, kali ini terlihat foto-foto mama dengan teman-temannya.

Aku mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, mama menyembul dari sana dengan rambut basah dan selembar piyama mandi menutupi badannya.

"Alisha!" mata mama membulat, namun sekejap kemudian ia melebarkan senyumnya dan berjalan cepat menyambutku.

Aku berdiri, memeluk tubuh ramping mama yang masih terasa dingin. Bahkan titik-titik air dari rambut basahnya menetes di punggung tanganku.

"Kapangdatang?" tanyanya."Mama sangat merindukanmu!"

"Baru aja ma." Aku melepaskan pelukanku. "Alisha naik travel. Tuh tadi dianterin sampai depan."

"Kenapa nggak bilang mama kalau naik travel?" tanya mama. "Mama pikir kamu mau naik bus."

"Kan surprize ma."

Mama mendesis.

"Ngasih surprize kok sama orangtua."

"Lha siapa lagi dong. Kan yang ada di rumah Cuma mama sama mbok Sumi. Mbok Sumi tadi udah kaget waktu ketemu Alisha di depan pintu, ya sekarang gentian mama dong."

iL Legame (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang