Suara gegap gempita dari motor yang menyalak-nyalak itu memekakkan telingaku. Mungkin dari banyak manusia di sini hanya aku yang tidak nyaman dengan keadaan seperti ini. balapan, alkohol dan jugawanita-wanita dengan pakaian sexy itu jelas bukan duniaku. Duniaku sebenarnya adalah di kamar jam segini, mengerjakan tugas atau membacabuku. Satu-satunya alasanku bisa berada di sini, berkumpul dengan kerumuman-kerumunan manusia tak dikenal ini hanya satu, yaitu menemani kekasihku.
"Apa kamu tidak nyaman?" Alexander melingkarkan tangannya di pinggangku dan memelukku dengan erat.
Aku tak menyahut, pertama karena suara bising ini membuat suaaku tidak jelas, kedua aku rasa Alexander juga sudah tahu dengan jawabanku.
"Maafkan aku Alisha...." lanjutnya, menarik tubuhku untuk menghadap ke arahnya dan mengelus ujung kepalaku dengan pelan. Aku tersenyum tipis, merasakan dadaku yang menghangat dengan perlakukannya.
Aku menggeleng pelan."Tak masalah, aku akan menunggumu disini." Aku menyusupkan kedua tanganku di pinggangnya. "Pulanglah dengan kemenangan, mengerti?!"
Alexander tertawa mendengar kalimatku.
"Gimana, udah siap belum?!" pria bertato yang kutahu bernama Mark itu muncul dari balik kerumuman, bersama Samuel, Bagas dan Natasha. "Tuh udah ditungguin Edgar!" ia menunjuk ke arah jalanan yang sudah berjejer dua motor. Salah satunya motor yang sudah di naiki Edgar. Di pinggir jalan itu ada dua buah drum dengan api yang berkilat-kilat.
"Hai kakak ipar...." Bagas melambai kecil ke arahku dengan senyum mengembang.
Aku tersenyum kaku. Panggilan kakak ipar terlalu berlebihan menurutku.
"Sweety...are you ready now?" Natasha menghambur, hendak mencium Alexander. Namun tak seperti waktu itu, Alexander menepisnya dengan lembut.
"Sorry....i have a girlfriend now, Natasha." Alexander mengedik ke arahku.
Natasha melirikku, lalu tersenyum. "Sorry....udah kebiasaan."
Aku mengangguk saja.
"Mulai sekarang lo cium gue aja." Samuel merangkul Natasha."gue free.....lo bebas cium gue semau lo."
Natasha berdecak sebal, ia menyikut perut Samuel sampai cowok itu mengaduh.
"Gue mending nyium sapi, daripada nyium lo!"
Kami semua yang berada di sini tertawa.
"Eh....emang lo napsu lihat sapi? Tuh liat jigongnya banyak!"
"Lo apa'an sih?" Natasha mengeryit tak suka.
"Udah...udah...." Mark menengahi."Gimana Al, udah siap buat hari ini?"
Alexander mengangguk. "Gue siap. Tapi gue harap dia lebih siap karena udah nantangin gue."
"Alaaah....palingan juga kalah lagi." Timpal Bagas melirik ke arah Edgar dan teman-temannya.
"Ho'oh. Emang orang nggak ada bakat sebenernya dia. Giliran kalah ngamuk-ngamuk!" Samuel menambahi.
"Biarin deh,gue ladenin aja orang kayak begitu mah." Jawab Alexander.
"Oke deh manis....gue bawa Alexander dulu ya?" Mark merangkul Alexander dan mengedik ke arahku.
Aku mengangguk saja.
"Tunggu ya." Alexander mengelus rambutku, memintaku untuk setia menunggunya sampai permainan berakhir.
"Jangan sampe kenapa-kenapa!" pesanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
iL Legame (tamat)
RomancePintu di depanku berderit perlahan, bersamaan dengan daun pintunya yang membuka sedikit demi sedikit. Menyembulkan sosok cowok bertubuh tinggi berkulit kuning langsat, berhidung mancung, bermata tajam serta beralis lebat. Sebelah kiri telinga cowok...