Rupanya ada hikmahnya juga hujan yang tak berhenti seharian ini. setidaknya air asin ini membantuku untuk menyamarkan air mata yang terus menerus turun membasahi pipiku sejak aku keluar dari kelab tadi.
Akh, pikiranku melayang ke beberapa bulan yang lalu saat aku pulang ke Bandung untuk bertemu dengan mama. Langsung pikiranku menangkap sepotong kenangan di kamar mama. Tentang album foto yang belum pernah ku lihat itu, serta foto-foto yang ada di dalam sana. Antara mama dengan beberapa lelaki.
Hingga akhirnya aku tahu, jika salah satu pria di foto itu adalah papanya Alexander!
"Jadi intinya, mama lo adalah seseorang yang udah ngehancurin keluarga gue!" teriakan Alexander yang melengking seperti sebuah belati yang menancap tajam di jantungku. Belum puas sampai disitu, belati itu mengoyak jantungku hingga menjadi serpihan kecil sampai aku tak bisa bernafas.
"A...aapa...?" Aku mundur satu langkah. Foto-foto yang kupegang jatuh berserakan begitu saja di lantai. Mataku berkaca-kaca, dadaku kembali terasa sesak.
"Jadi ini yang ngebuat kamu ninggalian aku?"
Dia tidak menjawab.
"Nggak..nggak mungkin!" elakku. "Nggak mungkin mama sekejam itu!"
"Mama lo yang udah ngehancurin hidup mama gue. Sampai mama harus menghabiskan sisa hidupnya di atas kursi roda dengan jiwa-nya yang sakit!"
Kini kepalaku terasa pening. Kenangan waktu SMP muncul tiba-tiba di kepalaku tanpa kompromi. Layaknya sebuah dentuman bom yang tak terduga. Aku kembali mengingat kejadian masa lalu itu, saat papa dan mama bertengkar hingga akhirnya aku jatuh dari tangga dan melukai pahaku. Ingatlah aku jika saat itu papa dan mama sedang bertengkar karena mama selingkuh. Dan itu dengan papa Alexander, pacarku, satu-satunya lelaki yang aku cintai.
"Enggak!!!" Aku menutupi kedua telingaku dengan telapak tangan. Suara music disko semakin melemah, yang ada kini hanyalah suara pertengkaran papa dan mama serta suara cacian Alexander yang melayang-layang di kelapaku. Adegan di hadapanku tiba-tiba berubah menjadi slow motion.
"Enggak....enggak...enggak mungkin!" jeritku lagi dengan air mata yang terus menerus turun. . Tanpa aba-aba aku langsung berlari melesat keluar, menerobos lautan manusia yang tengah asyik dengan dunia semunya. Menubruk mereka bahkan sampai ada beberapa yang jatuh. Namun aku tak peduli. Berlari saat ini adalah hal yang terbaik.
Hingga akhirnya, sampailah aku di tempat ini. tanpa tujuan menyusuri trotoar sepi di tengah hujan dengan mata kosong dan hati yang sesak.
Tuhan....kenapa hidup sebercanda ini? kenapa harus aku yang menerima konsekwensi yang mama lakukan di masa lalunya? Dan kenapa harus Alexander yang terluka dengan apa yang dilakukan oleh mama?
Jadi sekarang, siapa sebenarnya yang jahat? Aku atau dia?
*****
"Astaga Sha...gue cari'in dimana-mana ternyata lo disini?!"
Suara Tere membuyarkanku yang terkantuk-kantuk kedinginan di pos ronda dekat kompleks kos-kos'an.
Aku mendongak pelan. Kulihat Tere berjalan tergopoh bersama Abian di belakangnya.
"Kamu nggak apa-apa 'kan?" cewek itu lantas duduk di sampingku. "Astaga lo basah kuyup lagi! Gue nyari'in lo dari tadi Sha.... Dan udah berapa lama lo di sini? Ini udah hampir subuh!" dia ganti memandang Abian yang berdiri di depanku dengan pandangan iba.
KAMU SEDANG MEMBACA
iL Legame (tamat)
RomancePintu di depanku berderit perlahan, bersamaan dengan daun pintunya yang membuka sedikit demi sedikit. Menyembulkan sosok cowok bertubuh tinggi berkulit kuning langsat, berhidung mancung, bermata tajam serta beralis lebat. Sebelah kiri telinga cowok...