Aku berjalan gontai masuk ke dalam kelas dengan mata yang berat dan mulut yang tak henti menguap sejak tadi. Ku sibak beberapa gerombol mahasiswa yang menghalangi jalanku, lalu kupilih tempat duduk paling belakang di samping jendela. Setidaknya tempat ini nanti bisa sedikit mendistraksiku dari rasa kantuk, atau mungkin malah membuat kantukku semakin menjadi karena angin sepoi-sepoi dari luar sana.
Baru saja aku berniat mengambil buku pelajaranku di dalam tas saat kudengar gedebuk langkah menuju kearahku sambil berteriak.
"ALISHA!"
Aku mengangkat dagu, menatap Tere dengan rambut berantakannya dan nafas yang naik turun tanpa terkendali. Suara cewek itu cukup nyaring, mampu membuat banyak pasang mata langsung menatap ke arah kami dengan pandangan ingin tahu.
"Alexander.....Alexander....." ia membuangtelunjuknya ke luar kelas dengan nafasnya yang masih memburu.
"Alexander kenapa?!" sontak aku berdiri, menatap sahabatku itu tanpa berkedip. "Dia kenapa?!" aku menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Hari ini dia masuk kuliah lagi!" jawab Tere kemudian masih sambil mengatur nafas.
Tanpa peduli lagi dengan kalimat lanjutan Tere, aku segera berlari keluar kelas. Menerobos barisan siswa yang hendak masuk, bahkan aku sempat berpapasan dengan dosenku pagi ini, namun aku tak peduli. Dua hari tanpa Alexander benar-benar membuatku bingung. Makanya, hari ini aku ingin bertemu dengannya, dan menanyakan banyak pertanyaan yang sudah kusimpan.
*****
Aku menaiki tangga fakultas kedokteran hewan dengan sisa-sisa tenagaku. Jarak antara fakultasku dan fakultas kedokteran hewan memang bisa di bilang lumayan jauh. Fakultasku berada di gedung B, dan fakultas kedokteran hewan berada di gedung J. Bisa dibayangkan bukan bagaimana aku harus berlari melewati gedung-gedung lain sebelum akhirnya sampai di gedung J?
Alexander duduk di depan kelasnya saat aku datang, meskipun dia tak menyadari kedatanganku karena dia membelakangiku. Ada Bagas dan Samuel, dan beberapa cewek yang aku tidak kenal. mereka terdengar saling melempar candaan, tanpa menyadari bahwa aku semakin mendekat.
Jantungku berdebar keras saat langkah kecilku semakin menuju ke arahnya. Bahkan dari jarak beebrapa langkah, aku sudah bisa menghirup parfum favoritnya. Membuat rinduku semakin tak terkendali. Aku ingin memeluk tubuh berbalut kemeja hitam itu dan menumpahkan segala perasaanku padanya.
"Eh Sha..." Samuel yang pertama kali menyadari kedatanganku. Ia menatap kearahku, disusul semua orang yang berada disana termasuk Alexander sendiri.
"Al....." panggilku setelah kami saling berhadapan. Aku melihat sorot matanya sedikit terkejut saat melihatku. Namun itu tidak lama, dalam sekejap saja pandangannya berubah dingin.
"kamu kemana? Dua hari nggak kasih kabar?" aku meremas ujung kemejaku. "Ini udah ketiga kalinya lho kamu ngilang nggak bilang-bilang."
Dia tak menjawab, malah membuang pandang ke arah lain.
"Al!" panggilku lagi sedikit lebih keras. "Kamu dengerin nggak sih aku ngomong apa?!"
Alexander menghela nafas, lantas kembali menatapku dengan senyum sinis yang tak ku ketahui artinya.
"Cukup Sha!" katanya kemudian.
Aku mengerutkan kening. Cukup? Apa maksudnya?
"Cukup?"
Dia mengangguk.
"Iya...." jawabnya datar, mengayunkan langkahnya untuk meninggalkanku namun berhasil ku cekal lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
iL Legame (tamat)
RomansaPintu di depanku berderit perlahan, bersamaan dengan daun pintunya yang membuka sedikit demi sedikit. Menyembulkan sosok cowok bertubuh tinggi berkulit kuning langsat, berhidung mancung, bermata tajam serta beralis lebat. Sebelah kiri telinga cowok...