Bab 14

8.4K 410 1
                                    

                "Kenapa dengan wajah lo?" Alexander menatapku sekilas sebelum akhirnya mengambil rokok dari saku jaketnya dan mengambilnya satu lalu memantiknya.

"Tidak ada." Jawabku lugas lantas merebut puntung rokok yang bahkan belum berhasil dia sesap.

"gue enggak suka cowok perokok." Ku buang sisa rokok itu ke dalam tempat sampah, tanpa peduli dengan ekspresinya.

Untuk beberapa saat Alexander menatapku bingung, sebelum akhirnya mengikuti langkahku membuang sisa rokok di tangannya ke dalam tempat sampah.

"Loh, kenapadi buang?" kini giliran aku yang terlihat bingung.

"Lo bilang nggak suka cowok perokok." Jawabnya santai sambil memainkan pucuk rambutku.

Aku menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya tawaku berderai begitu saja. aku pikir cowok berwajah kaku di sampingku ini tak akan senaif ini. tapi nyatanya, saat aku membuang salah satu rokoknya, ia justru membuang semuanya. Tanpa bertanya protes apapun, dan tanpa memperlihatkan perasaan kesalnya.

"Ya maksud gue, nggak harus lo buang sekarang 'kan?" kataku kemudian, memiringkan kepalaku dan bersandar di pundak bidangnya.

Aku melihatnya meliriku dan seulas senyum hadir di bibirnya.

"Hanya saja, gue nggak bisa untuk mengatakan tidak sama lo." Jawabnya kemudian dengan mengguman tak begitu jelas. Namun cukup terdengar di telingaku.

Aku tersenyum, meraih tangannya dan menautkan jemariku di antara jemarinya yang panjang-panjang.

"Ada apa dengan wajah lo hari ini Alisha?" ia mengulangi petanyaannya yang belum sempat aku jawab.

Aku menggeleng pelan.

"Nothing." Jawabku bohong. "Apa gue terlihat menyedihkan?"

"Sangat!"

Aku menghela nafas.

"Ayolah cerita sama gue. Lo bukan tipe cewek yang bisa menyembunyikan perasaa semudah itu." ia mengelus rambutku dari belakang, dan sedetik kemudian merasakan jika bibirnya sudah mengecup pucuk kepalaku dengan penuh kasih sayang.

"Tidak. Hanya ada sedikit masalah dengan Tere."

"Tere? Your best friend's?"

Aku mengangguk saja.

"Gara-gara gue?" tanya Alexander tiba-tiba.

"Akh....bukan!" jawabku menutupi. Namun sekali lagi, seperti yang Alexander katakan padaku tadi, aku adalah tipe manusia yang tak bisa bermain drama. Ekspresi mukaku jelas bisa terbaca. Apalagi oleh seseorang seperti Alexander, yang sering bertemu dengan bermacam-macam karakter manusia di hidupnya.

"Ayolah.....guetidak suka lo berbohong." jawabnya. "Apa sahabat lo itu enggak suka sama gue? Apa mereka marah karena lo pacaran dengan cowok brengsek kayak gue?!"

"SStt.....!" aku menutup mulutnya dengan telunjuk. " Jangan bicara macam-macam!" protesku.

"Mereka hanya tidak tau saja nilai positif yang lo miliki." Aku membelanya. Bahkan saat yang mengatakan hal buruk seprerti itu adalah dirinya sendiri, aku tetap merasa tidak terima. "Jika mereka tak bisa melihatnya, cukup gue aja yang tau. Mereka tidak usah."

Alexander terkekah.

"Santai Sha..." katanya. "Jikapun mereka tidak suka ya biarin aja. Gue kan pacarannya sama lo, bukan sama mereka! Jangan terlalu lo ambil pusing."

iL Legame (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang