Bab 34

5.8K 293 0
                                    

                Setelah turun dari taxi, aku bergegas menuju tempat biasa Alexander dan teman-temannya balapan. Malam sudah semakin larut, namun aku tidak peduli. Rasa cemas yang terus membayangi pikiranku tentang keadaan Alexander sekarang membuatku menyingkirkan semua rasa takut dan lelahku akibat aktifitas seharian.

Aku mengatur nafas saat tiba di jalanan kosong ini. namun kenapa sepi? Apa aku salah tempat? Namun seingatku hanya ininlah satu-satunya tempat Alexander dan teman-temannya untuk balapan.

"Al.....Al.....!" panggilku berkeliling. Deru angin malam menyibakkan rambutku dan otomatis tubuhku langsung menggigil karena aku hanya menggunakan blouse tipis.

"Al...Bagas.....Samuel....!" panggilku sekali lagi, namun masih hening. Hanya ada gelap dan ini terasa mencekam.

"Halo Alisha.....akhirnya lo datang juga...." sebuah suara menguarkan keheningan.

Aku menoleh dengan cepat, namun bukan Alexander, Bagas atau Samuel yang kulihat melainkan wajah lain yang sedikit asing tapi....

Hei, aku kenal wajah itu. Dia Edgar!

"Gue nungguin lo lama banget Sha...." Edgar menyeringai, berjalan perlahan tapi pasti mendekatiku. Dia diikuti oleh beberapa orang di belakangnya.

"Lo...lo...ngapain di sini?" aku mundur beberapa langkah, mengikuti insting jika pria-pria di depanku ini mempunyai tujuan tidak baik padaku. "Di mana Alexander?!"

Edgar menoleh pada teman-temannya kemudian tertawa.

"Alexander?" dia mengedikkan bahu. "Tau....emang gue emaknya?!"

"Tapi katanya dia kecelakaan di sini. Dimana dia?!"

Edgar menyelesaikan tawanya.

"Menurut lo?"

"Dia dimana!?"

Edgar kembali terkekah, ia berjalan mendekatiku dengan tampang menyebalkannya.

"Lo jadi cewek polos banget sih?" ia mengelus lenganku, namun ku kibaskan begitu saja karena aku jijik. "Pantes aja Alexander cinta mati sama lo."

Aku tak menjawab.

"Yaudah, gue pulang!" aku berbalik badan namun lenganku sudah lebih dulu dicekal oleh Edgar.

"Pulang?" tanyanya penuh ejekan. "Hey...kita belum senang-senang sayang...." Edgar menyeringai. Ia terlihat seperti serigala kelaparan yang membuatku bergidik.

"Lepasin!" aku kembali mengibaskan tangan itu.

"Lo galak juga ya ternyata cantik?" desisnya tepat di sebelah telingaku. "Bagaimana kalau malam ini saja?"

Aku menatapnya nyalang. "Saraf ya lo?!"

Dalam hati mengutuki diriku sendiri kenapa dengan cerobohnya datang ke tmpat ini tanpa berfikir dua kali. Jikapun Alexander terkena musibah, pasti yang akan menelponku adalah Bagas atau Samuel, bukan orang asing yang bahkan sama sekali tak aku kenal.

"Mau lo apa sih?!" tanyaku kemudian. "Gue nggak ada urusan sama lo."

"Mau gue?" Edgar mengedikkan bahu. "Mau gue adalah jadi'in lo umpan, biar si brengsek Alexander itu mau datang kemari."

Aku mendengus.

"Sampai lebaran monyet dia juga nggak bakal datang ke sini." Cebikku.

iL Legame (tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang