Dia adalah...
"Amel!" seruku saat wajahnya mendongak, kulihat juga wajahnya yang terkejut.
"Vi-vira," ucapnya terbata.
"Gimana bisa lo?" ucapanku terhenti saat dia kembali menunduk dan memilin ujung bajunya.
"Ikut gue!" titahku lalu pergi dari sana menuju keruanganku dengan Amel yang mengekor di belakangku.
"Duduk."
Ia pun duduk di kursi yang berada di depan mejaku.
"Gimana lo bisa kerja disini? Bukannya 'dia' udah tanggungjawab?!" tanyaku.
Kalian mungkin penasaran apa yang aku bicarakan, namun dia. Amel, sosok yang dulu seperti tidak memiliki rasa malu dan kesopanan ternyata hanya sebuah bingkai.
Dia, Amel anak bungsu keluarga Petter ternyata memiliki saudari kembar. Yang bernama Caramel.
Amel ini anak yang tidak diinginkan oleh ibunya, entah apa yang terjadi hingga seperti itu. Amel dan Caramel sangatlah mirip, hanya saja Amel memiliki mata yang lebih belo dan bulu matanya sangat lentik.
Waktu itupun, saat kejadian di parkiran. Dia adalah Caramel bukan Amel.
Dan jika Caramel melakukan kesalahan Amel 'lah yang selalu mendapatkan hukuman itu.
Aku dan Amel pun sudah berteman sejak berumur 14 tahun, saat dia dan keluarganya berlibur ke London karena kemauan Caramel.
Saat keluarga nya selalu memperhatikan Caramel dan melupakan Amel, menjodohkan Caramel dengan pria yang menjadi kekasih Amel.
Hingga saat itu, kesalahan fatal yang tidak sengaja terjadi. Amel hamil dan pria yang menghamilinya tidak bertanggungjawab, namun dengan paksaan tn. Mac yang selaku ayah Amel, satu-satunya yang menyayangi Amel akhirnya pria itu pun mau menikahi Amel namun setelahnya aku tidak mendapatkan kabar tentang Amel lagi, karena aku yang sibuk dengan perusahaan.
.....
"Jawab gue Amelia!" sentakku, inilah yang aku benci. Seorang wanita yang lemah!
Aku melihat badannya yang gemetar dan isakan tangis terdengar dari bibir Amel.
Aku bangun dari duduk ku, dan menarik lengan Amel dengan lembut menuju kearah sofa yang berada di ruanganku.
"Mau cerita?" Tanya gue lembut dengan senyum tipis diwajahku.
Perlahan Amel mendongakkan kepalanya, dengan air mata mengalir Amel menceritakan.
Dan ternyata, satu setengah tahun yang lalu Amel melahirkan dua bayi kembar. Laki-laki dan perempuan, namun sang anak laki-laki nya mengalami kebutaan sedangkan sang anak perempuannya sehat tanpa kekurangan apapun.
Rizki yang saat itu menjadi suami dari Amel merasa malu karena memiliki anak buta, dan akhirnya dia pun pergi dan menikah dengan Caramel. Beberapa bulan kemudian Rizki datang kembali dan menggugat cerai Amel dan membawa anak perempuan Amel. Karena Caramel yang tidak bisa memiliki anak.
Satu minggu setelah Amel menceritakan kehidupannya, Amel mengajakku untuk bertemu dengan anak laki-laki nya yang bernama 'Arsel'.
Aku tidak membutuhkan waktu lama untuk dekat dengan Arsel, namun sayang dua hari setelahnya. Amel meninggal dunia, karena penyakit kanker payudara dan mendonorkan matanya untuk sang anak. 'Arsel'.
Saat itu pula aku mengadopsi Arsel sebagai anakku, menjadikannya penerus ku.
Flasback off.
Ya, kurang lebih begitulah cerita yang aku jalani. Hingga lamunanku terbuyar karena suara tangisan Arsel yang sedang bercanda dengan Brian.
Brian, dia temanku. Dia disisiku hanya untuk menjadi pelengkap kata 'orang tua', dan tidak lebih. Lagi pula, Brian pun sudah menikah satu tahun lalu dan sudah memiliki anak perempuan yang sangat menggemaskan.
Aku menatapnya dengan tajam yang sedang menenangkan Arsel, namun bukannya mereda tapi sebaliknya. Hingga akupun bersuara, dan setelahnya kami kembali bercanda dan tertawa bersama, bukan kami sih. Namun hanya Arsel dan Brian, sedangkan aku hanya sesekali tertawa dengan hambar.
"VIRA!!!"
Suara itu terdengar tidak asing di telingaku, seperti sesuara. Aku menolehkan kepalaku untuk melihat siapa yang baru saja memanggilku dan apakah tebakan ku benar atau tidak.
Dan ternyata, tebakan ku benar. Dia!
"Naya," lirihku terkejut.
Naya mendekat dan disana dia tidak sendiri namun bersama bang Kevin yang sudah menjadi suaminya, jangan lupakan aku yang selalu mengawasi mereka dari kejauhan.
Terlihat sekali wajah mereka yang terkejut begitu pula aku dan Brian yang tidak kalah terkejutnya, namun berbedanya aku dengan cepat menyembunyikan keterkejutan ku.
Naya menubruk ku dengan pelukannya dan berucap lirih pemanggil ku, "Vira."
Kurasakan pula badannya yang gemetar aku baru melihatnya menangis kembali.
"Vira, ini beneran Vira sahabat gue kan? Hiks... Ini bukan hantunya Vira kan? Hiks..." Dia ini menganggapku hantu? Hei! Enak saja!
"Enak aja, gue cantik kaya gini di anggap hantu." Sewotku.
Naya melepaskan pelukannya dengan terkekeh kecil dengan bersamaan bang Kevin kini yang memelukku tanpa mengucapkan apapun.
Ku lihat mata Arsel menyipit dan seterusnya.
"Uncle! Lepasin mommynya Arsel!!! UNCLE!"
Ya, begitulah dia. Jika ada yang memelukku pasti dia selalu menangis.
"Mommy?" Alis Naya berkerut bingung.
"Biarku jelaskan, kalian duduklah." Mereka menurut dan duduk di kursi yang kebetulan masih ada dua untuk mereka.
Setelahnya aku menceritakan tentang kenapa Arsel memanggilku mommy begitu pula dengan 8 tahun lalu karena Naya yang memaksa.
"Trus, Brian ini siapa kamu?" Bang Kevin bertanya dengan alis terangkat satu.
"Dia temen doang sih." Jawabku santai.
Brian sudah pulang beberapa menit yang lalu karena anaknya yang selalu menangis dan mencarinya.
Dan sekarang aku, Arsel, Naya, dan bang Kevin masih berada di restoran. Dengan Naya yang mencoba dekat kepada Arsel begitupula bang Kevin. Hatiku menghangatkan melihat itu tanpa sadar aku tersenyum.
Dan, sudah. Yey...
Maaf ya, telat kan update nya. Kemarin tuh aku jam 11 malem udah ngetik trus tinggal setengah lagi. Eh, ketiduran. Mohon maaf ya.
Btw, udah puasa ya! Ada yang lagi sahur. Ayo, SAHUR! SAHUR! Wkwkwk.
Dan aku mau bilang, mohon maaf kenapa kalian semua karena janji aku belum tercapai satupun. Kayanya.
Dan cerita ini tamat tanpa ending yang jelas. Masih ada 1 atau 2 part lagi gaes, jadi ditunggu ya!!!!
Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang melaksanakan.
Typo bertebaran!
Vote dan Komen.
24 April 2020.

KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Nerd (End)
Novela JuvenilSelamat membaca! Gadis berusia 16 tahun dan sejak di umur 9 tahun sudah memulai karirnya, untuk dirinya diusia yang masih terbilang remaja sudah mempunyai perusahaan sejak berumur 10 tahun. Gadis yang di usir dari rumahnya karna kesalafahaman 10 tah...