"Jadi ketika terumbu karang itu dijaga di habitat aslinya—blablabla—maka ikan-ikan dan organisme lain—”
”Kalau aku putri duyung, pasti cocok ya jadi pacar kamu.”
”Ha?” Bright yang sedang serius menjelaskan soal pentingnya terumbu karang melongo kaget karena celetukan Metawin. Teman sekampusnya itu tadi menanyakan kenapa klub Pencinta Alam mau bikin kegiatan penggalangan dana untuk kampanye penyelamatan terumbu karang, dan Bright mencoba menjelaskan, tapi...
Metawin refleks nyengir. Lebih tepatnya meringis. ”Eh, sori, sori... maksudnya, kamu itu kan Pencinta Alam banget ya, kalau kamu ketemu putri duyung mungkin kamu bakal tertarik jadi pacarnya. Kan putri duyung hidup di laut, bisa sekalian bantu kamu ngawasin terumbu karang di sana.”
Bright makin melongo.
Duh! Win pengin menepuk jidat sendiri. Kenapa di waktu serius begini dia malah ngajak bercanda Bright—cowok yang jelas-jelas jiwa humorisnya cuma nol koma sekian dibanding jiwa pencinta alamnya. Habis gimana dong? Metawin grogi!
”E-eh, bercanda, bercanda, Bri. Itu karena aku takjub lihat keseriusan kamu memperhatikan lingkungan. Nggak usah putri duyung, aku juga bisa jadi pacar kamu—”
”Uhuk!” Bright terbatuk kaget.
”Aduh! Bukan, bukan, maksudku, nggak harus putri duyung yang jadi pacar kamu, manusia juga bisa. Tadi kan aku ngomong seolah yang bisa pacaran sama kamu cuma makhluk yang dekat sama alam. Itu perumpamaan ajaaa... Aku bercandaaa....” PLAK! Metawin nggak tahan dan akhirnya menepak jidatnya sendiri. ”Duh, ngaco nih aku! Aku balik ke base camp Budaya yah. Proposalnya aku bawa. Nanti aku kasih lihat ke anak-anak Budaya. Mereka pasti mau ikut nyumbang pertunjukan amal. Sudah ya.... Dah, Bri!” Win melambaikan tangan dan berlari keluar base camp Pencinta Alam dengan jantung nyaris pecah.
Bego! Bego! Bego! Bright bakal mikir apa ya soal aku? Genit?
Bisa dibilang barusan Win nyaris menyatakan cinta. Ya ampun! Kenapa sih Bright nggak kelihatan reaksinya Bright selalu bersikap ramah ke Metawin. Dan sebagai anggota klub yang base camp-nya bersebelahan, mereka lumayan dekat.
Win sangat menyukai Bright. Cowok kalem itu selalu tenang dan suka menggambar.Tapi... Bright suka nggak sih sama Metawin?
***
Bright masih tertegun menatap pintu base camp. Metawin sudah menghilang dari pandangan.
Bodoh! Bodoh! Bodoooh! Padahal tadi itu kesempatan bagus!
Tapi, kenapa waktu Win tergagap menjelaskan soal pacaran dengan putri duyung, Bright malah diam saja? Harusnya dia tangkap tangan Win, lalu bilang bahwa dia mau Metawin jadi pacarnya, meskipun dia bukan putri duyung?
Bright bahkan lupa sejak kapan, tapi dia jatuh cinta pada cowok ceria dan supel yang menggilai hal-hal romantis serta segala hal tentang bulan madu itu. Cowok itu bahkan punya album kliping khusus yang dia beri nama Honeymoon Dreams—album scrapbook berisi berbagai macam hal romantis dan bulan madu. Mulai dari foto-foto semua tempat indah dan romantis di dunia, cuplikan-cuplikan film romantis, kutipan-kutipan romantis... semua ada di album itu.
Bright menyukai aura ceria dan santai yang mengelilinginya setiap kali ada Metawin. Nggak heran dia punya banyak teman. Bright menutup proposal yang tadi dia bacakan untuk Win. Kenapa sampai hari ini nyali dan rasa percaya dirinya masih saja melempem? Dia sama sekali nggak berani menyatakan cinta.
Apakah cowok ceria dan gaul seperti Metawin bisa pacaran dengan cowok pencinta hutan kayak Bright?
Metawin memang salah satu dari segelintir manusia yang bisa akrab dengan Bright. Tapi Bright tentu nggak boleh ge-er. Itu pasti karena sifat Win yang mudah akrab dengan semua orang. Nggak ada yang istimewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
HONEYMOON EXPRESS [BrightWin] ✅
FanfictionBright Vachirawit bukan hanya sekedar teman lama, dia adalah laki-laki yang selalu sukses membuat jantung Metawin berdebar tak karuan sewaktu di kampus. Dan setelah sekian tahun, reaksi debar jantungnya masih sama. Tapi lamunan Metawin buyar seketik...