Why, Oh why

8.1K 960 162
                                    




"APA?! Jadi lo dulu serius suka sama Bright? Lo beneran jatuh cinta sama dia?!" pekik Love, bagai tukang ayam mengobral dagangan di pasar.

"Ssst! Nyebelin lo!" desis Win keki. Gini nih kalau punya sahabat yang terlalu dekat. Padahal

setelah resepsi Tawan, Win mati-matian menyembunyikan soal Bright. Toh semuanya sudah lewat. Tapi bukan Love namanya kalau nggak kepo. Nenek bawel yang satu itu berhasil mengorek semuanya, hanya dengan memulai lewat pertanyaan basa-basi saat mereka membaca- baca menu di Satelicious tadi.

Win nyaris membekap mulut Love pakai serbet. Enak banget dia menjerit di restoran yang penuh minta ampun pas jam makan siang kayak begini. Win berhenti menggigit sate dan menatap aneh ke arah tisu yang disodorkan Love. "Buat apa?"

Love menjawab sambil pasang muka serius, yang nggak bisa dideteksi itu ekspresi serius apa ngeledek. "Buat menghapus air mata lo, Win. Kalau lo pengin nangis meraung-raung dengan segenap perasaan, nggak apa-apa, darling. I'm here. Kalau lo perlu lagu India buat backsound, gue bisa cariin." Love mengangguk meyakinkan, dan menyebalkan.

Hampir aja Win tersedak sate kalau nggak buru-buru minum. Dengan penuh dendam, Win menggumpal-gumpalkan tisu yang disodorkan Love, lalu menimpuk Love sambil melotot—yang dia bayangkan berkekuatan super untuk mengubah Love jadi kentang. "Ngasal ya lo! Ngapain gue nangis meraung-raung segala?!"

"Lo memendam perasaan buat Bright selama bertahun-tahun. Dan pas ketemu lagi, lo mengira ada kesempatan, tapi tahu-tahu... dia malah udah mo kawin, dan mau pakai jasa Honyemoon Express. Itu kan pasti...," Love menunjuk- nunjuk dadanya dengan muka penuh drama, "menusuk-nusuk hati banget. Sakit. Perih. Hidup memang keras, Jenderal!" katanya cekikikan.

Dasar norak!

Betul-betul sahabat yang perlu dijitak pakai ulekan batu. Hidup Love itu kayaknya nggak bisa tenang kalau nggak bercanda atau ngeledek orang. "Sembarangan! Ngapain pakai sakit segala?"

"Pasti sakit lah. Yang sudah jadian terus putus aja sakit kalau patah hati. Apalagi kayak lo gini, cinta yang nggak kesampean, pasti lebih sakit."

Win cuma bisa geleng-geleng mendengar analisis sok tahu Love. "Ngarang bebas lo, Siapa juga yang patah hati?! Waktu mikir, siapa tahu ketemu Bright itu takdir, itu cuma lucu-lucuan aja, nggak seserius itu juga sampe patah hati segala."

"Bohong!" tukas Love, sangat menyebalkan.

"Serius! Kan gue juga lagi deket sama Luke. Gimana sih lo?" balas Win, nggak mau kalah. Alis Love mengernyit dan matanya menyipit menatap Win. "Jadi... lo beneran bakalan ngambil job dari Bright?"

"Ya iyalah! Kenapa harus ditolak? Profesional ajalah sekarang. Dia nanti jadi klien gue. Beres, kan? Lagian, belum tentu jadi. Kan belum ada deal apa-apa. Siapa tahu dia berubah pikiran atau kemarin itu cuma basa-basi."

Tahu-tahu Love menatap Win serius. "Win, kenapa sih dulu lo nggak jujur sama gue kalau perasaan lo itu sebenarnya buat Bright? Kalau kayak gitu kan gue nggak bakalan nyuruh lo jadian sama Tawan. Gue pasti bakal mendukung pilihan lo."

Pih! Win langsung mencibir. "Mendukung? Love Pattranite Limpatiyakorn bukannya lo yang rajin banget nyebut dia kutu kertas raja hutan? Yang kata lo nggak bisa memenuhi harapan-harapan romantis gue. Lo kan tim Tawan sejati."

Love cekikikan. "Yaaa, itu kan karena gue nggak tahu kalau perasaan lo sedalem itu buat Bright. Ah, tapi lo jadian sama Tawan juga nggak rugi, kan? Dia romantis banget. Cinta banget pula sama lo. Sampe setahun lalu kan dia masih ngejar-ngejar lo. Ya, kan?"

HONEYMOON EXPRESS [BrightWin] ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang