Win mengetuk-ngetukkan ujung jari ke ujung meja coffee shop tempat dia, Mix, dan Love duduk sekarang. Tadinya mereka janjan makan siang lalu kembali ke kantor masing-masing. Tapi tiba-tiba Foei menelepon, bilang ada yang penting. Jadi Win suruh Foei yang menyusul ke mal dan menemui Win di coffee shop ini.
"Jadi gimana, Pak? Mereka minta saya segera hubungi mereka."
Win menghela napas. Kepalanya terasa penuh. Kok bisa begini ya? Dulu tiga klien Honeymoon Express kabur karena ulah Luke yang menikung dari belakang. Win bisa maklum karena kesalahan bukan berada di pihak Honeymoon Express, tapi yang ini-Foei melaporkan ada dua klien bermasalah. Yang satu baru sampai ke tujuan tapi langsung komplain karena menurut mereka yang mereka dapat di lapangan nggak sesuai dengan konsep yang mereka minta. Yang satu lagi nggak puas dengan detail konsep yang Win buat karena dianggap terlalu standar. Mereka meminta uang mukanya dikembalikan.
"Mereka bilang detailnya, apa yang bener-bener salah sampai mau cancel?"
Foei tampak ragu. Dia berdeham pelan sebelum menjelaskan. "Mm... yang satu, kayaknya Bapak salah baca detailnya. Setelah saya cek datanya, memang tertulis mereka lebih suka tempat modern di tengah keramaian yang dekat ke mana-mana dan nggak suka tempat terpencil yang bernuansa tradisional. Tapi, yang mereka dapat justru kebalikannya. Saya sudah berusaha menjelaskan, tapi... suaminya keburu kesal karena perjalanan lumayan jauh."
Ternyata sefatal itu. Itu betul-betul teledor.
Win terdiam. Love dan Mix di samping Win Cuma bisa diam dengan canggung. Foei cemas melihat wajah gusar Win. Tapi hal seperti ini memang harus dilaporkan langsung pada bosnya.
"Maaf ya, Pak, saya nggak mengecek ulang data dan booking- nya. Karena biasanya kalau Bapak yang pegang nggak pernah ada masalah."
Win seperti tertohok. Foei benar. Selama ini dia nggak pernah mengalami masalah berarti saat mengatur perjalanan bulan madu. Bahkan biasanya dia yang selalu turun tangan untuk membereskan kekacauan stafnya. Win nggak pernah mau mengacaukan sebuah bulan madu.
Bahkan di saat patah hati dan sedih ditinggal Mil begitu aja, dia tetap bisa profesional. Hatinya memang hancur, tapi sepertinya nggak sebegitu hancurnya sampai bisa merusak konsentrasi. Win nggak ngerti. Kenapa kali ini?
"Pak?" panggil Foei, ragu-ragu, melihat kegusarsan Win. "Pak, sekali lagi saya minta maaf karena saya nggak-"
"Bukan salah kamu, Foei," potong Win cepat. "Ini bukan salah kamu," ulang Win menegaskan. "Ini salah saya. Saya yang kurang teliti. Kamu urus saja refund-nya kalau memang mereka nggak mau pakai jasa kita untuk membereskan kekacauan ini. Bagaimanapun kesalahan ini dari pihak kita. Dan yang satu lagi... saya akan coba kontak mereka langsung. Siapa tahu masih bisa minta kesempatan untuk merevisi."
"I-iya Pak. Yang kedua itu, mereka nggak mau yang standar."
Standar. Win nggak pernah menawarkan perjalanan standar saat klien memercayai dia untuk menyusun konsep dan paket utuh. Win selalu bisa mengolah data dari klien dan menjadikan bulan madu mereka indah.
Ada apa dengan Win sih?! Biasanya, apa pun yang terjadi dalam kehidupan pribadinya, nggak akan sampai memengaruhi Honeymoon Express. Honeymoon Express adalah sumber kebahagiaan Win yang utama. "Masih denial juga? Masih ngeles-ngeles bajaj? Nggak mau ngaku aja, menyerah, dan mengibarkan bendera putih?" komentar Mix begitu Foei pamit.
Love mendelik protes. Kalau ada Mix, dia selalu kalah sadis. Moncong Mix kalau bersuara memang bisa begitu sadis dan tak berperasaan.
"Jangan nyambung-nyambungin masalah deh lo, tembem!" desis Win sambil menoel jambul baru di rambut Mix. Entah apa yang ada di pikirannya sampai menyematkan jambul John Travolta dari era film Grease di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HONEYMOON EXPRESS [BrightWin] ✅
FanfictionBright Vachirawit bukan hanya sekedar teman lama, dia adalah laki-laki yang selalu sukses membuat jantung Metawin berdebar tak karuan sewaktu di kampus. Dan setelah sekian tahun, reaksi debar jantungnya masih sama. Tapi lamunan Metawin buyar seketik...