Okeee... Win memang setuju akan menangani semua deal bulan madunya Bright dan Nevvy dengan maksimal, tapi... hari ini, awalnya dia mengira dia cukup duduk manis di boncengan motor Ujang dan mengekor di belakang Bright serta seorang penunggang kuda lain yang bertugas mengawal Bright berkuda. Tapiii... Bright memaksa Win naik kuda juga!
Pertama, mereka sudah bayar full package. Kedua, Bright meminta Win ikut berkuda supaya dalam perjalanan mereka bisa sambil mengobrol tentang acara berkuda hari ini. Ketiga—ini alasan paling berpengaruh yang bikin Win akhirnya duduk di atas sadel sekarang—Bright nantangin Win mencoba hal baru.
Bright bilang, "Jangan cuma berani diboncengan motor!"
Dan, yang paling nyebelin, Bright menunjuk seorang nenek bercelana jins ketat yang sedang berkuda di lokasi ranch.
HELOOO!!! Itu nenek kan naik kuda cuma di seputaran dalam area wisata. Nggak bisa dibandingkan dong!
Bright kan berencana berkuda ke hutan pinus segala. Siapa yang tahu kelakuan kuda kalau ketemu hutan?! Bisa aja kan, kudanya mendadak liar. Atau... bagaimana kalau mereka ketemu harimau atau beruang kelaparan? Bisa jadi si beruang atau si harimau berniat menerkam kudanya, dan karena ada Win di punggung kuda, dia jadi ikut diterkam!
Yah, apa pun prosesnya tadi, sekarang Win telanjur duduk di punggung kuda hitam sambil menapaki jalan setapak. Di sebelahnya ada Bright yang menunggangi kuda cokelat yang lebih tinggi daripada kuda Win.
Tadi mereka dapat kursus singkat soal dasar-dasar mengendalikan kuda. Kuda-kuda ini sudah biasa trekking ke gunung, tapi tetap saja, demi keamanan, Ujang dan dua orang dari istal mengawal mereka naik sepeda motor.
Sebagian perlengkapan untuk lunch di gunung sudah dibawa salah satu kuda yang mengawal mereka, dan beberapa perlengkapan dititipkan di motor.
"Bagus banget ya, Win. Nggak kebayang Nevvy bakal seseneng apa kalau bisa ada di sini...," Bright berkata pelan dan takjub. Dia menatap kagum hamparan perkebunan teh di daerah Sukawana tempat mereka berada sekarang.
Bright lalu mengeluarkan gelang hitam emas Nevvy. " Win, bisa pegangin gelangnya nggak, buat difoto? Kang, punten, tolong kasihkan ke Pak Win. Bright mengoper gelangnya pada Win, dibantu salah seorang yang mengawal mereka. Win mengangguk lalu mengangkat gelang itu tinggi-tinggi supaya saat difoto gelangnya terlihat melayang dengan latar belakang perkebunan pinus dan teh.
Win ikut menatap hamparan kebun teh. Memang indah. Belum lagi udara pagi yang dingin dan menghangat karena sinar matahari. Biarpun Win yang mengatur acara ini, tapi dia sendiri belum pernah melakukan ini, jadi dia sama sekali nggak tahu bahwa acara berkudanya akan seindah dan seromantis ini. Dalam bayangan Win, yang bakalan romantis dan cocok dengan tema bulan madu cuma momen piknik di hutan. Dia mengira acara berkuda cuma sebagai pelengkap perjalanan.
"Sabar, Bri.... Nanti kan Nevvy ke sini juga."
Bright nggak menjawab, cuma menghela napas.
"Kang Win, Kang Bright, nanti kita berhentinya di atas sana tuh. Sekitar sepuluh sampai lima belas menit lagi." Kang Asep, si pemandu yang menunggang kuda di depan mereka, menunjukkan jalan sambil menoleh ke belakang.
"Sip, Kang...." Bright mengacungkan jempol.
Nggak lama kemudian, mereka mulai memasuki hutan pinus. Udara langsung terasa lebih dingin karena cahaya matahari hanya masuk dari sela-sela pepohonan pinus yang rimbun.
Win menahan napas. Ini keren banget dan sangat romantis. Dalam hati, Win langsung menandai kegiatan ini untuk dimasukkan ke daftar paket yang akan ditawarkan Honeymoon Express. Untung juga dia dimintai Bright ikut survei.
KAMU SEDANG MEMBACA
HONEYMOON EXPRESS [BrightWin] ✅
Fiksi PenggemarBright Vachirawit bukan hanya sekedar teman lama, dia adalah laki-laki yang selalu sukses membuat jantung Metawin berdebar tak karuan sewaktu di kampus. Dan setelah sekian tahun, reaksi debar jantungnya masih sama. Tapi lamunan Metawin buyar seketik...