12

1.9K 322 119
                                    

Bruk.

"Aduh."

Sabito mengaduh saat merasakan kepalanya berbenturan dengan benda yang keras. Ia mengelus-elus kepalanya yang terbentur.

"Ah. Kamu tidak apa-apa?" Tanya seseorang pada Sabito.

'Kono nioi.'

"Tidak apa-apa kok." Jawabnya.

'Suara ini.'

"Maaf ya." Orang itu berkata lagi.

Sentuhan di kepala Sabito terasa. Sentuhan yang sama dengan yang dulu pernah ia rasakan. Sangat nyaman sampai membuat Sabito terbuai.

'Rambutnya seperti tidak asing?'

Sabito mendongakkan kepalan dan tebak siapa yang sekarang sedang berdiri di depannya?

Kedua netra Sabito membola. Kimono merah muda dan rambut yang digelung itu. Tanpa perlu menyebutkan namanya, Sabito memeluk orang yang sangat ia rindukan selama ini.

"Sabito."

Orang itu terkejut bukan main. Ia kembali bisa melihat anak kecil yang sekarang beranjak remaja. Sudah berapa tahun sejak saat itu?

Ia pun membalas pelukan itu dan membenamkan kepalanya disurai persik yang sangat dirindukannya. Mengelus surai tersebut dengan sayang.

"Syukurlah Sabito baik-baik saja." Ujarnya.

"[Name] juga kelihatan baik-baik saja."

Sabito melepaskan pelukannya. Iris ungu kelabunya menatap [Name] dengan perasaan lega. Setelah bertahun-tahun penantiannya. Akhirnya sekarang mereka bisa bertemu lagi. Sabito sangat bahagia.

"Sabito, wajahmu kenapa? Apa ini bekas luka? Setahuku dulu kau tidak memiliki bekas luka seperti ini?"

[Name] meraba bekas luka di pipi Sabito bagian kanan. Bekas luka itu memanjang dari sudut bibir hingga kebawah telinganya. Raut gadis tersebut terlihat khawatir.

"Oh, ini bekas luka saat aku berlatih dengan Urokodaki-san,." Sabito menyentuh bekas luka di wajahnya.

"Memang kau berlatih apa sampai dapat luka begini?"

"Berlatih untuk menghindari jebakan yang dipasang oleh Urokodaki-san di dekat gunung," Sabito terkekeh.

"Ya ampun. Lain kali hati-hati."

[Name] menggelengkan kepalanya saat melihat Sabito tersenyum lebar. 'Anak ini masih sama seperti dulu.' Pikirnya.

"Oh ya, Sabito. Kamu sudah bertambah tinggi ya. Setinggi dadaku." [Name] menepuk-nepuk kecil kepala Sabito saat sadar dengan tinggi Sabito yang sudah mencapai dadanya. Sabito pun tertawa dibuatnya.

"Bagus, dong. Aku jadi bisa merasakan lembutnya dada [Name] saat sedang memelukmu."

[Name] merona untuk sesaat. Lalu memukul kepala Sabito. "Ittai." Aduh Sabito.

"Sabito mesum." Ucapnya kemudian mereka tertawa.

••••••••••

Mereka berjalan bersama. Sabito sebenarnya ingin mengajak [Name] ke kediaman Urokodaki namun gadis itu menolaknya. Walau sudah dipaksa pun [Name] tetap menolak. Jadi, Sabito ingin mengajaknya ke tempat batu besar di dekat hutan.

"[Name] tunggu disini ya. Aku akan segera kembali." [Name] mengangguk.

Sabito berlari keluar hutan dan memasuki rumah. Ia mengambil beberapa kertas dan membawanya, tak lupa pula kupu-kupu buatan [Name] juga ikut dibawa.

Kindness of a Demon ; Sabito x Reader [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang