19

1.7K 316 23
                                    

"Hah. Hah. Hah."

Sabito mengatur nafasnya yang terengah-engah. Ia telah sampai dititik kumpul mereka. Ada beberapa anak yang nampak disana termasuk Giyuu yang sedang berdiri membelakanginya. Sabito akhirnya bisa menyelasaikan tugasnya. Ia lega melihat Giyuu, satu-satunya teman yang selamat, ternyata baik-baik saja.

Setelah nafasnya teratur, Sabito berjalan mendekati Giyuu dan menepuk pundaknya. Giyuu berjengit saat merasakan tepukan di pundaknya. Dibalikkannya tubuh dan melihat Sabito seorang diri dengan haori yang ia pakai kotor disana sini.

"Dimana yang lain?" Tanya Giyuu saat tak ada satu pun temannya yang lain dibelakang Sabito.

Remaja persik itu hanya bisa tersenyum sendu. "Maafkan aku, Giyuu." Katanya.

Giyuu melebarkan matanya. Kalau cuma Sabito yang kembali berarti yang lainnya sudah- -

"Jangan bercanda, Sabito." Ucap Giyuu tidak percaya.

"Maafkan aku." Giyuu menggelengkan kepalanya. Matanya sudah mulai berair.

"Aku tidak bisa menjaga mereka." Sabito menundukkan kepalanya.

"Tidak mungkin."

••••••••••

Semenjak hari itu, Sabito dan Giyuu jarang bertegur sapa. Mereka masih berada di kediaman Urokodaki karena seragam dan pedang nichirin mereka belum diberikan.

Giyuu lebih banyak menghabiskan waktunya dengan melamun. Giyuu masih belum terima jika teman-temannya selain Sabito, mati. Ia juga merutuki dirinya sendiri karena terlalu lemah sehingga harus dilindungi oleh semua temannya. Giyuu menjadi anak yang pendiam mulai saat itu.

Sedangkan Sabito lebih banyak menghabiskan waktu dengan membuat kupu-kupu origami. Kupu-kupu itu akan ia terbangkan dari atas pohon. Sabito biasanya pergi ke tempat batu besar di dalam hutan, berharap agar ia bisa bertemu [Name] disana. Tapi, mereka tak kunjung bertemu sampai saat ini.

Malam ini Sabito pergi ke kamar Urokodaki sambil membawa pedang nichirin milik [Name]. Giyuu yang belum tidur mengikuti Sabito diam-diam.

Remaja itu membuka pintu dengan pelan dan melihat Urokodaki sedang duduk membelakanginya.

"Urokodaki-san." Panggil Sabito.

Yang dipanggil pun menolehkan kepalanya. "Apa apa?"

"Aku ingin membicarakan sesuatu."

Sabito pun masuk dan menutup pintu. Namun tidak sepenuhnya tertutup. Masih ada celah untuk melihat apa yang mereka lakukan di dalam.

Tanpa suara Giyuu berjalan mendekati celah itu dan mengintipnya. Ia mendengarkan pembicaraan Sabito dan Urokodaki.

"Besok pedang nichirinku akan datang. Aku ingin menitipkan pedang [Name] pada Urokodaki-san." Ucap Sabito memulai pembicaraan.

'[Name]? Siapa dia?' Batin Giyuu.

Sabito mengeluarkan pedang itu dari sarungnya. Melalui penerangan di dalam kamar, Giyuu dapat melihat warna pada pedang itu. Merah muda dan putih.

"[Name] meminjamkan pedangnya padaku saat dia tahu pedangku patah." Sabito kembali memasukkan pedang tersebut.

"Dia yang telah menyelamatkanku lagi. Dia datang tepat saat kepalaku hampir dihancurkan." Giyuu tersentak mendengarnya.

"Tapi, dia ditangkap oleh dua orang pilar dan mereka membawanya pergi." Lanjut Sabito.

"Lalu, dimana dia sekarang?" Tanya Urokodaki.

"Aku tidak tahu. Aku tidak bertemu dengannya lagi. Mungkin mereka sudah membunuhnya." Tatapan Sabito berubah jadi kosong.

"Mereka tidak mungkin membunuhnya. Dia itu baik. Kau sendiri yang bilang, kan."

Sabito hanya diam. Kemudian bangkit dari duduknya. "Aku titipkan benda itu padamu Urokodaki-san."

Saat Sabito hendak berbalik, Giyuu buru-buru pergi masuk ke dalam kamar dan menutup seluruh tubuh dengan selimut.

Suara pintu dibuka terdengar. Sabito memandang Giyuu yang berpura-pura tidur dalam selimutnya. Lalu Sabito tersenyum.

'Aku tahu kau mengintip tadi, Giyuu.'

••••••••••

Bertahun-tahun setelah pertemuan kedua Sabito dengan [Name] ia tidak lagi melihat gadis iblis itu. Mereka tidak pernah bertemu lagi selama lebih dari lima tahun ini bahkan hampir sepuluh tahun lamanya.

Sabito sudah menjadi seorang pemburu iblis. Sembari mengerjakan misi, ia akan menyempatkan diri untuk mencari [Name]. Meski hasilnya nihil.

Giyuu kini menjadi seorang pilar air. Ia sempat menolak saat dipilih. Karena menurut Giyuu, Sabito yang lebih pantas menduduki posisi itu. Namun dengan bujukan dan penjelasan dari Sabito, Giyuu pun menerimanya walau masih merasa tidak enakan.

Sabito tidak mempermasalahkan itu. Ia tidak terlalu ingin berada diposisi pilar. Karena yang Sabito inginkan adalah bertemu dengan [Name] untuk mengucapkan terimakasih. Sabito belum sempat mengatakan itu padanya.

Sabito berjalan di atas tumpukan salju. Ia baru saja selesai mengerjakan misi dan ingin cepat-cepat pulang ke rumah untuk menghangatkan diri. Cuaca sangat dingin karena sudah memasuki musim dingin.

Beberapa kali Sabito meniup tangannya dan menggosok-gosoknya agar tetap hangat. Seseorang datang dari arah yang berlawanan sambil melakukan hal yang sama. Karena tidak fokus tubuh mereka bertabrakan, untung saja ia tidak jatuh karena Sabito menahan pundaknya.

"Kau tidak apa-apa? Maaf karena udara dingin aku tidak fokus."

Orang itu, yang merupakan seorang gadis berkimono biru dengan motif bunga camelia putih dan ada jepitan rambut berbentuk bunga sakura di kepalanya, mematung di tempat.

'Kono nioi.' Sabito mengernyit saat mencium bau yang tidak asing.

Gadis itu tidak menegakkan kepalanya dan hanya menunduk dengan kedua tangan yang digenggam. Sabito jadi terheran saat tidak mendapatkan respon.

"Ano-"

Gadis itu mengangkat kepalanya dan lihat betapa keduanya terkejut saat manik mereka saling pandang lagi. Sabito tahu betul wajah gadis ini. Meski penampilannya berubah dengan rambut digerai, tidak digelung lagi. Sabito tidak mungkin lupa dengan paras itu.

Gadis tersebut mengusap-usap pelan wajah Sabito yang lebih tinggi darinya, seperti sedang memastikan sesuatu. Diusapnya bekas luka di pipi kanan Sabito. Kemudian tersenyum hangat membuat Sabito juga tersenyum.

Sabito ikut menggenggam tangan yang masih mengusap wajahnya. Air mata gadis itu lolos terlebih dahulu. Senyumnya semakin merekah.

Mereka saling menangkup wajah masing-masing.

"Mitsuketa." Ucap keduanya bersamaan.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Kindness of a Demon ; Sabito x Reader [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang