28

1.4K 269 6
                                    

"Aku akan membunuhnya." Ucap Douma dengan menekankan nada bicaranya disetiap kata.

[Name] terdiam sebentar. Gadis itu menatap manik kuning keemasan milik Douma. Kedua matanya memicing dan kedua sudut bibirnya tertarik berlawanan arah membentuk sebuah seringaian yang sama seperti Douma sebelumnya.

Douma ikut memicingkan kedua matanya. 'Apa yang sedang gadis ini pikirkan?' Batin Douma.

"Yah, silahkan."

Kata-kata itu membuat Douma kembali menyeringai. Tapi kali ini lebih lebar.

"Apa kau tidak keberatan, Sakura-chan?"

"Aku sama sekali tidak keberatan." Jawab [Name] dengan santai. Gadis itu membalikkan badan hingga yang Douma lihat adalah punggungnya.

"Apa tidak masalah? Kau akan kehilangan temanmu nantinya."

"Aku tidak masalah." [Name] mengedikkan bahu.

"Lagi pula kau tidak akan bisa membunuhnya, Douma-san." Ucapan [Name] membuat Douma tersentak. Wajahnya yang semula tersenyum jadi menampilkan ekspresi datar.

"Apa maksudmu, Sakura-chan?"

"Douma-san tidak akan bisa membunuhnya. Maksudku, untuk seorang iblis yang selama hidupnya hanya memakan manusia yang berjenis kelamin perempuan saja. Untuk apa kau membunuh seorang manusia laki-laki, jika kau tidak akan memakannya?"

[Name] membalikkan badannya menghadap Douma. Diakhir kalimat, ia menyeringai senang saat melihat rahang Douma yang mengeras. Seringaian itu pun tak luput dari penglihatan Douma. Douma tak menyalahkan perkataan gadis itu.

"Kalau begitu, aku akan meminta tolong pada Akaza untuk membunuhnya." Ucap Douma dan lagi [Name] kembali menyeringai.

"Untuk apa Akaza-san membantumu? Bahkan kalian saja tidak pernah akur satu sama lain. Akaza-san tidak akan sudi untuk membantu orang yang selalu menganggunya."

Ketika [Name] membalas perkataannya, entah kenapa Douma merasa seperti dipojokkan. Douma berpikir, gadis di depannya ini punya sesuatu yang tidak diketahui oleh Douma.

"Aku akan meminta Kokushibou untuk membunuh-"

"Kokushibou-sama tidak akan mau menuruti perintahmu Douma-san." [Name] memotong kata-kata Douma. "Karena Kokushibou-sama hanya akan menuruti perintah Muzan-sama saja."

[Name] menarik unjung lengan kimononya untuk menutupi mulut. Ia tertawa mengejek. Dengan suara yang rendah [Name] berkata, "Menjadi kepercayaan Muzan-sama selama lebih dari seribu tahun membuatku mengetahui semua hal  tentang 12 Kizuki karena aku yang-"

Tanpa suara, Douma sudah mengunci leher [Name]. "Kau benar-benar menarik Sakura-chan."

"Jika kau berkata hal yang sangat benar seperti itu, aku tinggal mengatakan pada Muzan-sama kalau kepercayaannya telah berkhianat." Ucap Douma tepat di telinga si gadis iblis.

"Katakan saja sesukamu. Kau pikir aku tidak bisa menyelamatkan diriku meski aku tidak kuat sepertimu?"

Kata 'menyelamatkan diri' itu terdengar ganjal dipendengaran Douma. Seolah ada maksud tertentu dibalik dua kata tersebut.

"Kau merencanakan sesuatu, Sakura-chan?" Tanya Douma.

"Apa aku terlihat seperti sedang merencanakan sesuatu?" [Name] balik bertanya.

'Gadis ini.' Douma mulai geram. Ia mendongakkan paksa wajah [Name] hingga pandangan mereka bertemu.

"Tidak terlihat." Jawab Douma.

[Name] tetap menyeringai. Seringai di wajah gadis itu membuat Douma menyimpulkan satu hal.

"Setiap kata yang kau ucapkan membuat aku sadar akan sesuatu Sakura-chan."

Douma mengelus pipi [Name] kemudian elusannya berhenti di leher. Lalu kuncian Douma pada leher [Name] dengan cepat berubah menjadi cengkraman yang semakin lama semakin kuat.

"Kau ini adalah gadis iblis yang licik. Aku sadar karena kau selalu menggunakan permainan kata disetiap pembicaraan kita." Ucap Douma semakin mencengkram leher [Name].

"K-kau ak-an di-bunuh o-leh Muzan-sama ji-ka ka-u mem-bunuh-ku, Douma-san." Dengan susah payah [Name] berkata sambil tetap mepertahankan seringaiannya.

"Tch." Douma melepaskan cengkramannya. Ia mendengus.

"Aku akan tetap membunuh temanmu itu dan mengatakannya pada Muzan-sama." Ucap Douma sambil berlalu. Langkah Douma sempat terhenti di ambang pintu.

"Sudah aku katakan. Lakukan saja sesukamu, Douma-san. Aku tidak peduli. Karena kau tidak akan bisa membunuhnya."

••••••••••

"Kau telah menghirup racun yang dikeluarkan oleh patung es milikku."

Douma lihat mata pria yang terduduk di depannya membola. Hal itu membuat seringaian Douma bangkit. 

"Tenang saja. Racun itu tidak langsung membunuhmu. Butuh waktu satu jam untuk racunnya menyebar ke seluruh tubuh." Lanjut Douma.

Douma tidak menduga. Apakah semudah ini ia membunuh temannya [Name]?

"Kupikir kau akan takut. Tapi ternyata kau benar-benar melakukannya ya, Douma-san."

'Suara ini.' Douma melihat [Name] datang dari arah belakang si pria.

"Sudah aku katakan, kau tidak akan bisa membunuhnya, Douma-san." [Name] mengeluarkan sebuah botol suntik.

"Apa itu-"

"Penawar racun." Ucap [Name] dengan santai.

Pria yang mulanya adalah lawan Douma menatap tidak percaya dengan apa yang dikeluarkan oleh [Name]. Sementara Douma menatap tidak suka.

"Darimana kau mendapatkan penawarnya?" Desis Douma. Wajahnya sangat datar. Atmosfer disekitar mereka berubah lebih berat dari yang pertama kali.

"Aku mengambilnya dari tempatmu." Douma menggeram marah.

"Aku meminta izin pada Muzan-sama dan Nakime-san mengantarkan aku kesana. Mudah saja, kan?" [Name] tersenyum miring sambil memutar-mutar botol di tangannya.

Douma sangat marah. Ia telah didahului satu langkah. Saat Douma ingin menggunakan salah satu patung esnya untuk menyerang, [Name] menghentikannya hanya dengan satu kalimat.

"Jika kau membunuhku, Muzan-sama akan marah besar, loh."

Sebelum pergi Douma berkata, "Kau memang sangat licik Sakura-chan. Aku jadi tidak sabar menunggu bagaimana caranya mulutmu itu berbicara di depan Muzan-sama untuk menyelamatkan diri setelah aku melaporkan hal ini."

"Aku pun juga tidak sabar."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Kindness of a Demon ; Sabito x Reader [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang