26

1.5K 262 80
                                    

Terakhir setelah [Name] membulatkan tekad ingin menjadi manusia kembali, Yushiro menertawainya. Pemuda itu berkata, "Dari seribu tahun kehidupanmu, baru saat ini kau ingin jadi manusia lagi? Apa kau sedang bercanda? Candaanmu tidak lucu, kau tahu"

"Aku tidak bercanda. Aku serius" Bantah [Name] saat itu.

"Pasti ada sesuatu yang mendorongmu ingin menjadi manusia lagi"

Tatapan menyelidik Yushiro masih terbayang dikepala [Name].

"Bawahannya Tamayo - san memang mengerikan" Gumam gadis tersebut sambil melemparkan batu kerikil pada permukaan air sungai. Batu yang dilemparkannya memantul sebanyak tiga kali sebelum tenggelam.

"Untung saja aku tidak memberitahukan alasanku yang sebenarnya. Jika ku beritahu, Yushiro pasti akan mengejekku"

Plung

Satu batu lagi tenggelam disusul dengan batu kedua dan ketiga.

Plung

Plung

"Apa sekarang nona iblis sedang bersedih karena tidak berjumpa dengan pujaan hatinya?" Suara baritone menghentikan [Name] dari kegiatan melempar batunya.

[Name] menoleh ke belakang dan dilihatnya Giyuu berdiri sambil melipat kedua tangan didada. Giyuu berdiri dan bersandar pada batang pohon dengan kaki kanan yang tertekuk. [Name] memicingkan mata kemudian tersenyum mengejek.

"Apa tuan pilar sedang tidak ada kerjaan sehingga mendatangi iblis sepertiku? Apa tuan rindu padaku?" Balas [Name] dengan senyuman mengejeknya yang terkembang. Kedua alisnya naik turun.

"Jangan terlalu percaya diri. Dan berhenti tersenyum seperti itu. Kau jadi terlihat menjijikkan"

"Ittai"

Dilempar Giyuu sebuah batu kerikil kecil dan mengenai tepat didahi [Name]. Gadis itu mengusap kasar dahinya yang memerah.

"Kau ini. Jika batu itu mengenai mataku bagaimana?!" [Name] berteriak kesal.

"Kau tidak akan kehilangan matamu hanya karena aku melemparkan batu kecil" Giyuu memasang wajah santai. Tangannya melambung - labungkan batu kerikil.

"Hei. Kau masih bisa memasang wajah santai begitu setelah menyakiti seorang gadis!!" [Name] menunjuk - nunjuk Giyuu.

"Kau bukan seorang gadis. Kau sudah tua. Lebih tua dari moyangnya moyangku" Balas Giyuu.

Urat - urat kekesalan muncul diwajah [Name] karena Giyuu menunjukkan wajah tidak perduli dan terus melambungkan batu ditangannya.

Orang ini. [Name] menggeram dalam hati. Diambilnya batu kerikil dan,

Tuk

[Name] melemparkan batu itu ke arah Giyuu namun Giyuu bisa menghindarinya. Batu yang dilempar [Name] mengenai batang pohon tempat Giyuu bersandar dan memantul kembali mengenai dahi si gadis iblis untuk yang kedua kalinya.

"Ittai"

"Ouhff" Giyuu memberikan tatapan kasihan yang dibuat - buat. Wajah itu justru malah membuat [Name] jadi makin kesal.

"Hentikan wajahmu itu. Kau membuatku semakin kesal"

"Ittai" Giyuu kembali melempar batu kedahi [Name]. Hal itu membuat [Name] sangat kesal.

Gadis tersebut mengambil beberapa batu kerikil dan melemparnya secara brutal ke arah Giyuu. Namun semua batu yang mengarah padanya bisa dihindari Giyuu. Giyuu tersenyum meremehkan.

"Menyebalkan"

[Name] melempar batu kerikilnya lagi dan Giyuu bisa menghindar dengan mulus. Saat giliran Giyuu balas melempar, tiba - tiba Sabito datang dan menginterupsi kegiatan mereka.

"Apa yang kalian lakukan?"

"A-" Giyuu ingin menjawab namun [Name] mendahuluinya.

"Sabito" Rengek [Name]. Gadis itu mendekati Sabito dan membuat wajah puppy eyes. Dia memeluk Sabito sementara Sabito mengernyitkan dahinya bingung. Giyuu hanya memutar bola matanya malas.

"Ada apa?" Tanya Sabito.

"Tuan pilar melemparkan batu kerikil padaku. Batu itu mengenai dahiku. Lihat ini" [Name] menunjukkan dahinya yang merah.

"Kau terlalu berlebihan" Ucap Giyuu.

Sabito melihat warna merah didahi [Name] dan memandang datar kepada Giyuu. "Giyuu kau-"

"Baiklah, baik. Aku yang salah. Aku minta maaf" Ucap Giyuu lagi. Dia mengalihkan wajahnya sambil meminta maaf. Asal kalian ingin tahu, Giyuu tidak mau terkena ceramahnya Sabito.

"Kau seperti tidak ikhlas meminta maafnya. Ulangi" [Name] mendekat ke arah Giyuu dan menunjuk - nunjuk Giyuu yang masih berdiri di tempatnya.

"Aku sudah meminta maaf. Kenapa harus diulangi lagi?"

"Kau mengalihkan wajahmu tadi. Bukan begitu caranya meminta maaf"

"Siapa perduli. Yang penting aku sudah minta maaf"

"Tidak. Aku tidak menerima maaf darimu" [Name] membuang pandangannya dan bersedekap dada. Dan itu membuat Giyuu yang biasanya dingin menjadi panas.

"Kau ini merepotkan sekali. Hanya gara - gara itu saja jadi masalah"

Ini dia.

Jika Giyuu merasa kesal pada gadis iblis di depannya. Tangan Giyuu akan terulur untuk mengacak rambut [Name] yang sudah tertata rapi.

"Jangan menyentuh rambutku"

Dan [Name] akan balas mengulurkan tangan untuk mengacak rambut Giyuu juga. Ujungnya mereka menahan tangan masing - masing seraya memberikan tatapan permusuhan.

Dua orang ini sejak awal bertemu memang tidak bisa akur. Kalau ketemu pasti berakhir dengan adegan tahan menahan tangan untuk melindungi rambut agar tidak disentuh. Entah kenapa jika mereka kesal, keduanya selalu mengincar rambut.

"Hah~" Sabito menghela nafas lelah. Dia sudah sangat lelah melihat adegan kedua sahabatnya yang terus menerus melakukan hal yang sama kalau ketemu.

"Berhenti" Sabito menjauhkan [Name] dan Giyuu.

Saat Giyuu hendak membuka suaranya, burung gagak milik Giyuu mendatanginya dan memberikan perintah misi dari Kagaya. Giyuu terpaksa pergi dan meninggalkan [Name] dengan Sabito.

Sabito melihat rambut depan [Name] yang berantakan. Sesaat Sabito tersenyum sambil merapikan rambut [Name] dengan hati - hati.

[Name] memperhatikan Sabito yang tersenyum hangat padanya. Dia sangat menyukai senyuman itu. Dan [Name] jadi ikut tersenyum hangat. Dalam seribu tahun hidupnya menjadi seorang iblis. Ini adalah hal yang tidak pernah dia dapat sebelumnya. Biasanya dulu ketika ayah [Name] hidup, pria itu akan selalu tersenyum padanya untuk menguatkan dirinya.

Tanpa sadar air mata [Name] jatuh dari pelupuknya. Dengan segera Sabito menghapus air mata itu. "[Name] kenapa kamu menangis?" Tanya Sabito khawatir.

"Aku merindukan ayahku" Sabito tidak lagi bertanya. Dia membiarkan gadis itu memeluknya. Sabito mengelus surai panjang [Name] dengan lembut.

"Wah. Dia ternyata punya teman manusia"

Seseorang diam - diam memperhatikan mereka. Orang itu tertawa kecil. Dia menutup mulutnya dengan kipas berwarna emas yang dipegang ditangan kanannya.

"Terlebih lagi temannya itu seorang pemburu iblis"

"Ini, sangat menarik"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tbc

Kindness of a Demon ; Sabito x Reader [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang