16

1.9K 313 124
                                    

Kagaya menampilkan senyumannya. "Sebelum kita bercerita banyak hal. Alangkah tidak sopan jika aku sendiri tidak memperkenalkan diriku."

"Namaku Ubuyashiki Kagaya. Pemimpin pemburu iblis." Ucap Kagaya memperkenalkan diri.

'Jadi, dia pemimpin yang sekarang? Wajahnya tidak beda jauh dengan pemimpin yang dulu.' Batin [Name].

"Suatu kehormatan bisa mengenalmu, Oyakata-sama." [Name] membungkuk hormat. Ia balas tersenyum. Netra gadis itu tertutup rapat untuk sedetik kemudian terbuka lagi.

"Mendiang ayahku, pemimpin yang sebelumnya, beliau pernah bercerita padaku." Kagaya membuka percakapan setelah hening yang cukup lama.

"Beliau berkata bahwa seorang pilar air pernah bertemu dengan gadis iblis yang unik. Nama pilar itu Urokodaki Sakonji." Kedua bola mata [Name] melebar.

'Urokodaki-san? Apa maksudnya-'

"Dan nama iblis itu adalah, [Name]." Si gadis iblis menelan ludah.

"Itu adalah kau, bukan?" Kagaya menunjuk [Name]. Dan gadis tersebut menjawab. "Iya, itu saya."

Kagaya menghela nafas. "Apa anda ingin menangkap saya Oyakata-sama?" Tanya [Name].

"Tidak. Aku hanya ingin menahanmu disini sampai ujian seleksi akhir selesai. Kau tidak masalah, kan?" [Name] mendengus.

"Karena ini salah saya. Saya tidak masalah Oyakata-sama." Jawabnya.

Hening kembali terjadi. Kagaya masih dengan senyumannya dan [Name] dengan segala pikiran yang menuju pada Sabito.

'Apa Sabito akan baik-baik saja? Dia akan selamat kan? Dia pasti bisa kan? Dia tidak akan kenapa-kenapa kan? Sabito tidak mungkin mati kan? Tapi, bagaimana kalau Sabito nanti-' [Name] memejamkan matanya sambil menggelengkan kepala. Menepis semua pikiran negatif. Ia mengepalkan kedua tangannya.

'Sabito pasti selamat dan aku pasti akan bertemu dengannya. Tentu saja.'

"Ada apa?" Suara Kagaya mengejutkan [Name]. Gadis itu membuka kedua matanya dan menatap Kagaya.

"Tidak ada apa-apa." Jawabnya.

"Apa kau mengkhawatirkan temanmu itu?" Tanya Kagaya yang seperti tahu kegelisahan [Name] saat ini.

"Kau tidak perlu khawatir. Kalau kau percaya padanya, dia pasti bisa menyelesaikan tugasnya." Ujar Kagaya.

"Saya percaya padanya Oyakata-sama." [Name] tersenyum.

"Besok, aku akan kembali kesini. Masih ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu." Kagaya mengakhiri percakapan mereka malam itu.

Seorang wanita muda dan cantik datang ke dalam ruangan. Wanita tersebut tersenyum lembut pada [Name] sebentar. Kemudian menuntun Kagaya untuk berdiri dan pergi dari ruangan meninggalkan si gadis iblis yang akan ditahan selama 7 hari kedepan.

•••••••••

"Hah. Hah. Hah." Nafas Sabito terengah-engah. Ia baru saja membunuh iblis tepat saat fajar mulai naik.

Remaja berambut persik itu terduduk. Pedang nichirin milik si gadis iblis, [Name], masih dalam genggaman. Punggungnya ia sandarkan pada batang pohon besar. Merasakan cahaya matahari pagi yang masih belum terlalu panas. Kedua matanya, Sabito tutup menggunakan lengan.

"Melelahkan." Gumamnya.

Sabito berencana untuk mengistirahatkan diri. Karena hari sudah menampakkan sinar matahari, para iblis tidak akan keluar dan datang menyerangnya.

Setelah lama tertidur, Sabito pun bangun. Ia meregangkan otot-ototnya yang tegang akibat tidur dengan posisi duduk.

Matahari sudah berada dipuncaknya. Bayangan tubuh Sabito tak lagi nampak, artinya bayangan itu sejajar dengan tubuhnya. Itu tandanya waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang.

Sabito naik keatas pohon untuk menghindari teriknya sinar matahari di siang hari. Ia duduk di dahan yang besar. Kakinya ia luruskan. Semilir angin menggoyangkan surai persiknya. Rasanya Sabito ingin tertidur lagi.

Tapi, tidak.

Sabito masih terjaga. Ia hanya termenung sambil melihat daun-daun yang bergerak tertiup angin. Tangannya terulur untuk memetik salah satu dari daun-daun itu dan memutar-mutarnya.

"Ini baru hari pertama." Ucap Sabito.

"Masih ada 6 hari lagi."

Sabito menghela nafas. Masih ada 6 hari lagi dan ia sudah kelelahan dihari pertama. Ada sekitar lebih dari 5 iblis yang telah dibunuhnya pada malam tadi. Ia beruntung karena pedang nichirin yang [Name] pinjamkan, ia jadi mudah untuk membunuh iblis-iblis itu.

"[Name] dibawa kemana, ya?" Sabito bertanya pada daun di tangannya.

"Mungkin saja dia sudah dibunuh? Tapi, [Name] itu kan baik. Dia iblis yang jujur. Tidak mungkin dia dibunuh. Ya, dia tidak mungkin mati."

Sabito memperhatikan pedang nichirin milik [Name]. Pedang itu berwarna merah muda dan putih. Warnanya membentang secara horizontal sepanjang bilah pedang. Sabito tersenyum saat mengingat wajah si gadis iblis.

"Pedang ini telah memilih [Name]." Ucap Sabito lagi.

Entah atas dorongan apa, Sabito memetik daun-daun dari pohon dengan semangat. Ia mengumpulkan dedaunan yang dipetiknya lalu membawa daun itu turun.

Dalam setengah hari menjelang malam. Sabito menghabiskan waktunya hanya untuk menata daun-daun yang sudah dipetiknya di atas tanah. Daun-daun itu ditata sedemikian rupa sehingga membentuk sebuah gambar wajah. Walau sangat sulit menata daunnya karena angin yang terus berhembus. Tetapi, Sabito menikmatinya.

"Selesai."

Sabito bertepuk tangan saat ia selesai menata. Dipandanginya lama rupa wajah orang yang dibuatnya. Lalu, senyuman lebar Sabito terkembang. Ia kembali melukiskan wajah di atas tanah menggunakan ranting kayu, tepat disebelah gambar wajah dari daun-daun yang sudah susah payah ditatanya.

Meski tidak terlalu mirip tapi Sabito puas dengan kerjaannya. Ia menuliskan sebuah nama disamping gambar wajah tersebut dengan ranting kayu pula. Satu lagi ia menuliskan sebuah kalimat setelah nama itu.

Sabito terkekeh. Ia melihat langit yang sudah mulai senja. Sebentar lagi matahari akan tenggelam. Dengan artian Sabito pun harus segera pergi melanjutkan ujiannya.

Sabito menatap karyanya dan kemudian berlari kearah timur.

Daun-daun itu berterbangan diterpa angin sore. Menghilangkan gambaran wajah seseorang yang terbentuk sebelumnya. Namun lukisan wajah yang di atas tanah dan tulisan itu, tidak terhapus oleh angin dan masih membekas.

Disana tergambar serta tertulis--

[Name], Anata no daisuki.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Ciee yang hidungnya ngembang lima meter #digampar readers.

Ok.

Jangan lupa vomentnya, ya.

Kindness of a Demon ; Sabito x Reader [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang