7

2K 338 72
                                    

Baru kali ini pria pemburu iblis mencium bau yang sedikit berbeda dari seorang iblis. Baunya seperti bau--

"Kau." Pria itu mulai bersuara. [Name] mendongakkan kepalanya. Menatap pria yang balas manatapnya dengan raut wajah yang tidak terlihat.

"Sebenarnya siapa?" Tanya pria tersebut.

"Aku?" [Name] menunjuk dirinya.

"Iya. Kau, sebenarnya siapa?"

"Seorang iblis." [Name] berucap dengan santai.

"Tidak. Baumu berbeda dari iblis kebanyakan. Seperti bercampur dengan bau manusia."

--manusia.

Nada bicara pria itu menunjukkan ketidakpercayaan pada [Name]. Bagaimana bisa ada seseorang yang bau tubuhnya bercampur antara manusia dan iblis? Ia baru pertama kali mencium bau unik seperti itu.

Meskipun ekspresinya tidak tampak, [Name] tahu, tidak akan mungkin ada manusia, terlebih pria ini yang merupakan seorang pemburu iblis, mau begitu saja percaya dengan perkataan seorang iblis sepertinya.

Ya.

Dia sangat tahu itu.

"Aku baru sadar. Ternyata memang benar. Bau [Name] bercampur. Antara bau iblis dan manusia." Sabito menyahut setelah tangisnya reda. Si pria menatap Sabito.

'Anak ini mempunyai indra penciuman yang tajam juga.' Batinnya.

[Name] mengulum senyum simpul. "Itu karena aku setengah iblis dan setengah manusia." Ucapnya yang lebih ditujukan pada Sabito. Kalimat itu mampu membuat Sabito dan pria bertopeng merah terkejut saat mendengarnya.

"[Name]!!"

Pria bertopeng spontan menarik Sabito berdiri dan menjauh dari tempat si gadis iblis yang baru saja mengungkapkan salah satu fakta dari sekian banyak fakta tentang dirinya. Pria itu memasang sikap waspada.

"[Name]!"

Sabito yang hendak berlari kearah gadis berkimono merah muda pun ditahan oleh si pria pemburu iblis yang belum memberitahukan namanya.

"Jangan dekati dia, nak." Ucap pria itu. Wajahnya yang tertutup oleh topeng membuat [Name] tidak bisa melihat bagaimana ekspresinya sekarang.

"Tapi, [Name] adalah temanku."

[Name] tertegun untuk sesaat. Ia sangat terkejut saat ada seorang anak manusia yang menganggapnya sebagai teman, disaat semua makhluk yang bernama manusia menganggapnya sebagai musuh.

"Tapi, dia juga seorang iblis, nak." Ucap pria itu lagi.

"Aku tidak peduli. Aku ingin-"

"Menjauh atau aku akan membunuh 'temanmu' itu."

Langkah kecil Sabito terhenti ketika melihat pedang si pria pemburu iblis yang sudah berada tepat di leher [Name]. Dengan sekali gerak saja, pedang tersebut bisa memenggal kepala [Name].

"[Name]." Panggil Sabito dengan suara lirih. Maniknya sudah mulai berkaca-kaca. Mungkin ia akan menangis sebentar lagi.

Dengan tenang [Name], menyakinkan Sabito. Seulas senyum kembali terukir di wajahnya yang cantik.

"Tidak apa-apa." Ujarnya pada Sabito seraya mengangguk kecil. Bola mata berwarna [e/c] milik sang gadis iblis menatap pria yang kapan saja siap membunuhnya.

"Aku ingin bertanya beberapa hal padamu." Ujar pria pemburu iblis tersebut.

"Silahkan. Anda boleh mengintrogasiku, tuan."

Pria pemburu iblis memasukkan pedang miliknya kedalam sarungnya. Sabito pun bisa bernapas dengan lega. Pria itu duduk dan mulai mengintrogasi [Name].

"Bisa kau jelaskan mengenai perkataanmu tadi?" Tanyanya memulai sesi introgasi itu.

"Tentang siapa diriku?" Pria itu mengangguk.

"Aku ini memang setengah iblis dan setengah manusia."

'Bau kejujuran.' Gumam pria tersebut dalam hati.

"Bagaimana bisa?"

"Yah." [Name] menggaruk tengkuknya. "Bisa dibilang aku ini produk iblis yang gagal."

"Maksudnya?"

"Maksudnya, ya, itu. Hahaha." [Name] hanya tertawa kikuk. Ia tidak tahu harus seperti apa menjelaskannya. Sedangkan Sabito masih bergeming di tempatnya sembari terus memperhatikan [Name].

"Baiklah, akan aku ganti pertanyaanku. Siapa yang telah mengubahmu menjadi iblis?"

"Ayahku."

"Apa ayahmu juga seorang iblis?"

"Tidak. Dia seorang manusia."

Pria tersebut terdiam untuk beberapa saat. Mencerna apa yang diucapkan oleh gadis di hadapannya. Lalu, ia kembali lanjut bertanya.

"Bagaimana cara ayahmu mengubah dirimu menjadi iblis?"

"Beliau membuat obat."

"Obat?"

"Ya. Obat itu adalah riset yang ayahku buat sendiri, karena dia seorang tabib. Sebenarnya obat itu belum sempurna. Namun, karena saat itu kondisiku sudah sekarat. Beliau yang semula tidak mau memberikan obat itu padaku, akhirnya dengan izinku, beliau memberikan aku obat itu hingga jadilah aku seperti ini. Produk iblis yang gagal karena obat yang belum sempurna." Jelas [Name].

Pria tersebut kembali terdiam. "Ada yang ingin tuan tanyakan lagi?"

"Apa kau tahu bahan-bahan untuk membuat obat tersebut?"

"Aku tidak tahu semua bahannya. Tapi ada satu bahan yang aku ketahui."

"Apa itu?"

"Bunga Blue Spider Lily."

Pria pemburu iblis tercenung. Ia pernah dengar nama bunga tersebut. Apa memang benar kalau bunga itu ada?

"Ada lagi tuan?"

Dengan anggukan kepala pria tersebut kembali bertanya. "Sudah berapa lama kau menjadi iblis?"

"Lebih dari seribu tahun."

'Lebih dari seribu tahun? Yang benar saja?' Batin si pria pemburu iblis.

"Apa kau bisa memakan makanan manusia?"

"Bisa. Tetapi khusus daging saja."

"Apa kau bisa terkena sinar matahari?"

"Bisa."

"Kau tidak akan terbakar?"

"Tidak."

Lagi-lagi pria tersebut terdiam. Gadis di hadapannya ini menjawab semua pertanyaannya dengan jujur. Tidak ada bau kebohongan dalam tiap perkataannya. Terlebih tampangnya yang terlampau santai saat menjawab.

Apa [Name] tidak takut jika informasi yang ia berikan akan dimanfaatkan oleh pihak pemburu iblis? Tentunya gadis itu tidak takut sama sekali. Dalam pikirannya yang sudah ditanamkan oleh sang ayah dulunya, selalulah berkata jujur pada siapa pun meski itu adalah musuhmu.

"Tuan?" [Name] memiringkan kepalanya.

"Ini akan menjadi pertanyaan yang terakhir." Ucap pria tersebut setelah lama dibaluti keheningan. "Apa benar Kibutsuji Muzan adalah pemimpin iblis? Apa kau pernah bertemu dengannya?"

"Iya. Itu benar dan aku pernah bertemu dengannya langsung."

Sekali anggukan kepala dan ukiran senyum simpul di wajah. Sesi introgasi pria pemburu iblis pada [Name], berakhir.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Kindness of a Demon ; Sabito x Reader [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang