23

1.7K 301 23
                                    

"Aku tidak sedang bercanda ataupun berbohong. Jika aku berbohong, pasti Sabito tidak akan mau didekatku. Kau ini rekannya, kan? Tidakkah kau tau sesuatu tentang kelebihan Sabito?" [Name] menunjuk-nunjuk wajah Giyuu. Entah kenapa jika dilihat dari dekat, wajah Giyuu itu membuatnya kesal sendiri.

Giyuu terhenyak mendengar ucapan [Name]. Kenapa ia tidak terpikir hal ini. Sabito itu punya penciuman yang tajam, ia tidak akan mau mendekati sembarang orang jika orang itu jahat. Itu berarti gadis di depannya--

"[Name]."

Giyuu teringat saat dulu ia diam-diam menguping pembicaraan Sabito mengenai orang yang menyelamatkannya diseleksi akhir pada Urokodaki. Kalau tidak salah, meski sekilas, tadi Sabito memanggil nama gadis ini dengan nama yang sama diceritanya dulu.

'Jadi, dia orangnya?' Batin Giyuu.

Giyuu terdiam. Jika jawabannya iya, ia tidak menduga kalau orang yang menyelamatkan Sabito adalah seorang iblis. Maksudnya, memang ada iblis yang benar-benar ingin menyelamatkan manusia tanpa ada niatan lain?

"Hah." Giyuu menghela nafas. Dijauhkannya wajahnya dari wajah [Name]. Giyuu memandang gadis itu dari ujung kaki sampai ke ujung rambut.

'Kalau dia berpenampilan seperti ini. Mana ada manusia yang sadar kalau dia seorang iblis.' Pikir Giyuu.

[Name] yang dipandangi seperti itu oleh Giyuu merasa aneh. "Hentikan pandanganmu itu tuan pilar. Kau terlihat seperti om-om yang ingin mencabuli seorang gadis." Kata [Name].

"Nandato?!" Giyuu yang ingin mengacak rambut [Name], kedua tangannya ditahan oleh satu tangan gadis itu.

"Jangan kau pikir bisa mengacak-acak rambutku yang sudah rapi ini ya. Kalau kau menyentuhnya, akan aku acak-acak juga rambutmu itu." Ucap [Name].

Baru pertama kali dekat, terlihat sekali kalau mereka berdua tidak bisa akur. Sabito hanya melihat dari jauh saja. Tidak tahu apa yang mereka bicarakan dan kenapa keduanya terlihat ingin menjambak rambut masing-masing. Ingat, Sabito itu anak baik.

Giyuu buang nafasnya kasar. Sama seperti [Name], kalau melihat wajahnya dari dekat membuat Giyuu kesal. Tidak tahu kenapa.

Ditarik Giyuu kedua tangannya dengan kasar. [Name] dengan suka rela melepaskannya. Tangan gadis itu yang satunya sudah tidak perih lagi, tapi belum beregenerasi.

"Sebenarnya apa alasanmu menyelamatkan Sabito, nona iblis?" Tanya Giyuu.

"Ha? Kau tahu darimana aku pernah menyelamatkan Sabito?" [Name] balik bertanya. Alisnya naik sebelah.

"Sabito yang menceritakannya dulu pada Urokodaki-san." Jawab Giyuu.

"Hmm." [Name] meletakkan jarinya di dagu. Berpose layaknya sedang berpikir. Ia menimang-nimang jawabannya.

Sabito adalah manusia pertama yang ditolongnya. [Name] memang merasa simpati pada manusia yang disakiti oleh iblis lain, tapi itu hanya sebatas rasa simpati. Ia tidak merasa empati sama sekali.

Awalnya juga gadis itu menolong Sabito hanya karena rasa kasihannya yang besar. Namun, dari pandangan pertama itu, [Name] merasakan perasaan manusia yang membuatnya sadar kalau mereka itu dua makhluk yang berbeda.

"Kau jangan memberitahu Sabito ya?" Bisik gadis itu. Maniknya melirik-lirik kearah Sabito. Giyuu yang penasaran pun mengangguk sambil ikut-ikutan melirik Sabito.

"Aku melakukan itu karena aku menyukai, Sabito. Aku-"

"APA?? KAU MENYU-" Giyuu spontan berteriak ketika mendengar jawaban gadis iblis tersebut.

"Sst. Sst."

Dengan segera, [Name] menutup mulut Giyuu dengan telapak tangannya. Ia takut Sabito mendengar kata-kata Giyuu selanjutnya. Ditatapnya Sabito yang menatap mereka heran. [Name] berikan senyuman manisnya, tanda tidak ada apa-apa.

'Mereka sebenarnya membicarakan apa?' Tanya Sabito dalam hati.

"Aku tidak tahu kalau suaramu bisa besar seperti itu, tuan pilar." [Name] memandang Giyuu dengan penuh kekesalan.

Setelah tangan [Name] tidak menutup mulut Giyuu lagi. Pria itu lanjut berbicara. "Aku tidak tahu juga kalau kau bisa memberikan lelucon yang sangat luar biasa seperti itu, nona iblis." Balas Giyuu.

"Aku tidak berbohong. Kenapa kau suka sekali mengatakan kalau aku sedang berbohong?!" Kesal [Name].

Pria di depannya ini seperti dapat menarik seluruh kekesalan [Name]. Padahal saat Kagaya dan Urokodaki bertanya padanya dulu, gadis itu tidak merasa kesal. Tapi kenapa saat Giyuu yang bertanya, [Name] kesalnya setengah mati. Atau karena wajah Giyuu yang datar kayak tembok itu penyebabnya?

"Kau menyukai Sabito?" Tanya Giyuu memastikan.

"Aku menyukainya. Kenapa? Aneh ya? Aku sadar. Tapi, aku memang suka pada Sabito."

"Alasannya kenapa?" Terlihat kerutan di dahi Giyuu.

"Karena Sabito adalah manusia pertama yang mengatakan aku sebagai temannya." Pandangan [Name] menyendu. Teringat kalau mereka berbeda dan tidak mungkin bisa bersama. Padahal kenyataannya bisa saja sebaliknya.

Giyuu melihat raut kesedihan itu. Giyuu pikir [Name] tidaklah berbohong. Sabito tidak mungkin salah memilih orang sebagai temannya. Gadis iblis ini memang menyukai Sabito, sahabat Giyuu. Giyuu jadi tidak tega untuk tidak mempercayainya sementara Sabito saja percaya dengannya.

"Baiklah. Aku akan percaya padamu, karena Sabito juga mempercayaimu." Ucap Giyuu berlalu menuju tempat Sabito meninggalkan [Name] sambil melambaikan tangan.

[Name] lihat punggung pria itu. "Oi. Paling tidak ajak aku kesana, tuan pilar." Dikejarnya Giyuu dari belakang.

"Lukamu sudah tidak sakit lagi, [Name]?" Sabito memeriksa lengan [Name].

"Tidak." Jawab gadis itu.

Giyuu terus berjalan melewati Sabito. "Giyuu?" Panggil Sabito.

"Bersenang-senanglah. Aku tidak akan mengganggu kalian kali ini." Balas Giyuu seraya melambaikan tangan. Lalu pria bersurai hitam itu menghilang.

'Kali ini? Berarti besok-besok dia akan datang menganggu?' Batin [Name]. Matanya seketika menyipit tidak suka. Itu tandanya Giyuu akan datang lagi, tapi untuk menganggu [Name] yang ingin bersama Sabito.

'Kusso. Pria itu tidak akan membiarkanku terlalu dekat dengan Sabito.'

Sabito menatap heran kepergian Giyuu. "Apa yang-"

"Sabito." Sabito menoleh pada panggilan [Name].

"Iya?" Tanya Sabito.

"Apa dia orangnya memang semenyebalkan itu?"

"He?"

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Kindness of a Demon ; Sabito x Reader [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang