31

1.4K 248 6
                                    

"Menjadi manusia lagi? Apa maksudmu? Sebenarnya apa yang kau rencanakan?" Giyuu sangat penasaran. Giyuu yakin jika [Name] sedang merencanakan sesuatu.

[Name] memejamkan mata. Ia memikirkan hal ini berkali-kali dan sudah diputuskannya.

"Kau sangat ingin tahu rencanaku, tuan pilar? Baiklah. Kau adalah orang pertama dan satu-satunya yang akan kuberitahu tentang rencanaku." [Name] membuang nafas kasarnya melalui hidung.

"Rencanaku adalah-" Gadis itu sengaja mengantung kalimatnya supaya Giyuu semakin penasaran.

"-memusnahkan Kibutsuji Muzan dan kembali menjadi manusia."

Tik.

Tik.

Tik.

Detik berjalan namun Giyuu hanya diam tidak menanggapi. Ia sedang mencerna perkataan [Name], dan [Name] tahu itu. Jadi ia membuka suara untuk memperjelas perkataannya.

"Apa kau pikir jika aku benar-benar mau menjadi tangan kanannya Kibutsuji Muzan?" Tanya [Name].

Giyuu tersadar dari diamnya. "Jika kau tidak mau, lalu kenapa kau menjadi tangan kanannya?" Giyuu balik bertanya.

"Itu karena aku ingin balas dendam pada orang yang telah membunuh ayahku." Jawab [Name].

"Membunuh ayahmu?"

"Ya, dia membunuh ayahku dan saat itu juga dia ingin membunuhku. Dengan merendahkan harga diri, aku memohon padanya untuk membebaskan dan membiarkan aku hidup. Sebagai gantinya aku berjanji akan menjadi bawahannya." Jelas [Name].

"Aku tidak paham." Ucap Giyuu.

"Itu wajar. Biar aku jelaskan lagi."

[Name] lanjut menjelaskan.

"Saat itu dia mengetahui ada yang berbeda dariku. Aku tidak seperti dia yang sebagai iblis sempurna yang tak bisa berjalan kalau terkena sinar matahari. Untuk membuktikan apakah dia bisa berjalan dibawah sinar matahari dengan memakan dagingku, aku pun mengizinkannya memakan sedikit. Dan ternyata tidak terjadi apa-apa padanya. Dia tetap tidak bisa berjalan dibawah sinar matahari. Karena itu dia percaya padaku dan menjadikanku sebagai tangan kanannya. Lalu-"

"Tunggu dulu." Giyuu menyela. penjelasan [Name]. "Ada yang aneh pada penjelasanmu." Sanggah Giyuu. "Apanya yang berbeda darimu?" Tanyanya.

"Are?" [Name] memiringkan kepalanya. Wajahnya terkesan polos namun ia sedang menahan seringainya.

"Sepertinya aku lupa memberi tahu ini padamu, tuan pilar. Sabito pun juga tidak memberitahumu. Yah, karena aku tidak pernah bertemu denganmu saat siang hari. Mungkin sebab itu kau tidak tahu." Alis Giyuu tertekuk.

'Apa yang dia bicarakan?' Batin Giyuu.

"Aku ini, setengah iblis dan setengah manusia. Jadi aku masih bisa berjalan dibawah sinar matahari. Aku juga bisa memakan makanan manusia. Tapi, khusus untuk daging saja." Mata Giyuu membola.

"Apa maksudmu?"

"Singkatnya, aku ini produk iblis yang gagal atau-"

[Name] mendekatkan bibirnya di telinga Giyuu. Kata-kata dari bisikan rendahnya membuat tubuh Giyuu membeku.

"-iblis yang tidak sempurna."

••••••••••

Reader Pov.

Aku adalah seorang anak dari tabib yang terkenal di tempatku tinggal. Tabib itu adalah ayahku. Ayahlah orang yang telah mengurusku dari aku kecil. Ayah adalah pengganti ibuku yang meninggal tepat setelah melahirkanku.

Aku selalu membantu ayah membuat obat-obatan untuk para pasiennya. Di mataku ayah adalah orang yang sangat hebat. Aku, sangat menyayanginya begitu pula dengan ayah yang sangat menyayangiku.

Suatu hari saat aku menginjak masa remaja, entah karena apa aku mendapatkan penyakit yang mengerikan. Aku tidak pernah tahu penyakit apa itu. Ayah sendiri tidak pernah mau memberi tahukannya padaku.

Aku merasa kasihan pada ayah. Ayah harus berusaha keras untuk bisa menyembuhkanku serta menemukan obat untukku. Sedangkan aku tidak bisa membatunya lagi. Ayah kerja banting tulang dua kali lipat dari biasanya.

Saat itu juga aku mendengar dari ayah sendiri kalau ayah sedang mengurus seorang pasien. Dia pria muda yang tubuhnya lemah dan sakit-sakitan. Ayah menceritakan padaku kalau pasiennya itu menginginkan obat yang bisa memberikan keabadian bagi dirinya. Mendengar itu aku berpikir, 'Dia hanya orang egois yang ingin hidup selamanya', padahal tidak ada yang abadi di dunia ini.

Kesehatanku setiap hari semakin memburuk. Dan ayah belum bisa membuatkan obat yang pas untuk penyakitku. Aku yang tengah sekarat memberikan izin pada ayah untuk memberikan obat yang dibuatnya. Obat untuk pasien egoisnya itu. Walau belum sempurna.

Aku memberi izin agar aku bisa kembali seperti sedia kala. Bisa menolong ayah lagi dan tidak membuatnya susah. Dan setelah diberi obat tersebut, ada yang berbeda dari diriku. Aku bisa memakan daging tapi tidak untuk sayuran. Jika aku terkena luka, lukaku lambat laun akan menutup tanpa diberi obat apapun. Dengan kata lain, beregenerasi.

Dari keanehan diatas tadi, ayah menarik kesimpulan tentang kondisi tubuhku yang tidak biasa. Ayah menamai aku sebagai iblis karena juga aku membutuhkan darah manusia untuk memberikan energi. Dan aku menamai diriku sebegai produk iblis yang gagal atau iblis yang tidak sempurna.

Kalian mau tahu kenapa?

Karena iblis yang hampir sempurna yang memakan obat dari ayahku adalah pasien yang pernah ayah ceritakan padaku dulu.

Pasien itu, kurang lebih punya kondisi tubuh yang sama sepertiku setelah memakan obatnya. Tapi, dia hanya bisa memakan daging manusia. Bukan memakan daging hewan seperti aku. Dan dia tidak bisa berjalan saat siang hari, berbanding terbalik denganku.

Yang sangat mirip dari kondisi tubuh kami adalah, regenerasi luka di tubuh. Hanya saja regenerasi lukanya lebih cepat dari pada regenerasi luka di tubuhku.

Karena dia tidak bisa berjalan saat siang hari itulah dia memarah-marahi ayahku. Dia bilang, dia ingin obat yang membuatnya abadi, bukan obat yang membuatnya menjadi seorang iblis yang menurutnya, tidak sempurna. Padahal ayah bercerita kalau ayah sudah memperingatinya untuk tidak memakan obat itu sebab obat yang ayah buat belum berhasil sepenuhnya. Dia yang dengan egoisnya memakan obat tersebut dan malah menyalahkan ayahku.

Hanya mendengar ceritanya dari ayahku saja, membuat aku tidak suka dengannya. Orang itu seperti tidak tahu berterimakasih, padahal jelas ayah sudah melarangnya. Jadi kenapa dia yang memarahi ayahku atas tindakan egoisnya? Itu salahnya kan karena dia yang sangat egois memikirkan hidupnya saja sementara dia tidak tahu bagaimana perjuangan ayahku yang tidur larut demi membuatkannya obat yang dapat memberikan 'keabadian' tidak berarti.

Suatu hari, aku yang penasaran dengan pasien egois ayahku tersebut, dengan hati-hati aku bertanya namanya pada ayahku.

"Tou-sama." Ayah menoleh dan tersenyum padaku. Ayah mengelus suraiku lembut.

"Ada apa?" Tanya ayah.

"Siapa nama pasien Tou-sama itu?" Ayahku sempat diam dan kembali tersenyum.

"Kibutsuji Muzan."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Kindness of a Demon ; Sabito x Reader [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang