PTN

50 13 3
                                    

Hari ini hari sibuk – sibuknya untuk anak kelas 12 MIPA. Semua anak kelas 12 memang lagi disibukan untuk pengisian SNMPTN, dari mulai pengisian data diri sampai sesi foto bahkan ada juga yang berkonsultasi ke BK.

Jazlin merasa aneh melihat Sega duduk sendirian di bangku kantin sambil ditemani Es Teh, karena ini bukan hal yang biasanya terjadi pada Sega. Sega yang tak pernah murung di mata teman – temannya, kini terlihat sangat berbeda, tampak putus asa.

"malu sama ikan teri, melamun aje lu Bang." Jazlin mencoba meruntuhkan keheningan diantara mereka berdua.

"apansi Jaz, lawak lu."

Jazlin tidak enak untuk mencoba tanya keadaannya, mungkin ini masalah pribadi. Jadi, jazlin mencoba untuk diam dan menunggu sampai Sega sendiri yang memutuskan untuk bercerita.

"gue kayaknya mau cari kerja aja deh." satu kalimat pembuka keheningan diantara mereka.

"ngomong apansi lu." Jazlin bukannya benar benar tidak dengar omongan Sega, Ia hanya memastikan apa yang ia dengar itu adalah benar kalimat yang keluar dari mulut Sega. Tidak biasanya anak ini pesimis.

"Jaz, kalo gue gak masuk PTN lewat SNM, kayaknya gue beneran mau cari kerja aja."

"kenapa? Gak mau coba peruntungan di SBM?"

"SBM itu bayar, bukan sepuluh dua puluh ribu. Ratusan Jaz. Gue gak mau bikin Ambu gue tambah pikiran." Jelas sega dengan tatapan sangat pesimis

"eh dulu yang nasehatin gue untuk selalu mikir positif, siapa? elu Ga. Lagian, lo itu mantan ketua osis yang terpilih karena peringkat 2 paralel sekolah. Bukan ngebanggain mantan ketua osisnya, tapi lu harus liat kalo lu itu peringkat 2 paralel. Lu juga selalu masuk 3 besar peringkat di kelas. Ngapain si Ga mikirnya jelek jelek gitu. Gue yang ulangan Bahasa Indonesia nya gak pernah dapet diatas 80 aja, PD. Kita harus percaya sama diri kita Ga, ada keberuntungan di dalam diri kita. Nih camkan prinsip gue, gapapa gak pinter, yang penting beruntung."

Penjelasan Jazlin emang nyeleneh banget, tapi ini cukup untuk membuat pikiran Sega agak lebih segar.

Sekarang keduanya saling memamerkan senyum.

Sebenarnya, PTS atau PTN itu sama aja, masing masing dari mereka pasti punya standar pendidikan. Sega menunjuk PTN sebagai pilihan utamanya Karena ia memikirkan biaya, yang Sega tahu selama ini PTN itu biayanya nggak lebih mahal dari PTS, ada PTS yang biayanya juga bisa dibilang murah, tapi memang aksesnya terlalu jauh untuk PTS yang murah di kawasan tempat tinggalnya. 

"Jaz, lu ditanyain BK tuh, kenapa belum konsul konsul juga ke ruangannya." Sammy yang tiba – tiba muncul di depan meja mereka entah dari kapan. "lu juga Pak." dagunya mengarah ke Sega.

"gue?" tanya Sega memastikan.

"iya, Bapak mantan KETOS."

Jazlin

Hari ini, Kamis 19 Maret 2020. Hari terakhir UN yang ditutup dengan Biologi. Iya, gue ngambil Biologi sebagai Mata Pelajaran yang di UN kan. Bilik waktu masih menunjukkan 00.28.32 yang berarti masih 28 menit 32 detik lagi tapi, gue udah selesai ngerjain semua soalnya. Nggak ada lagi kuning – kuning di nomor soal. Entah karena emang gue cerdas banget atau ini karena gue semangat banget yang udah pengen nyoret nyoret muka mantan. Eh? Tenang tenang gue gak punya mantan kok. Tapi kalau ada yang menganggap gue mantan, itu beda lagi urusannya. Gue sih gak pernah nganggep mereka mantan. Karena kita berawal dari teman, dekat, sangat dekat, kemudian berteman lagi. Jadi gak ada yang gue anggap mantan, semuanya T E M A N. Kenapa jadi ngomongin mantan sih? Balik ke topik lagi.

To Be Honest, se santai santai nya gue, gue juga masih mikirin SNMPTN gue ini, apa iya gue keterima atau nggak. Tapi yaudah gapapalah, PD aja.

SMA6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang