Proses Pendewasaan

25 2 0
                                    

-Brian pov-

Setelah melewati UN yang ketiga kalinya, gue harus tetep melewati ujian lagi. Selamat datang kehidupan baru yang katanya sangat menyebalkan.

Iya, proses menjadi dewasa adalah hal yang paling menjengkelkan. Selama ini gue selalu hidup santai tanpa mikir harus apa besok, gue punya orangtua yang bisa memenuhi kebutuhan gue, sekalipun itu gak penting. Lalu setelah ini? Gue harus kuliah dan kerja. Gue gak mau diumur gue yang udah semakin nambah tapi gue masih belom bisa menghasilkan apa apa.

Kenapa gue jadi bijak banget gini ya? Mungkin ini karena gue melihat Bang Jazlin yang udah mulai bisa menghasilkan duit sendiri. Dia bisa sebebas itu dengan hasil kerjanya sendiri. Gue juga mau kya gitu, punya uang sendiri bisa hidup bebas sendiri.

Gue mulai merasa gak nyaman terus minta sama orang tua untuk kebebasan hidup gue. Kemarin setelah pengumuman kelulusan, gue dan temen temen merayakan berakhirnya masa kemeja putih dan celana gombrong abu abu. Iya, masa putih abu abu yang terlalu banyak aturan, terlalu banyak kekangan dan hal hal membosankan yang pada akhirnya menjadi suatu hal yang sulit dilupakan. Manis banget.

Sepulangnya gue dari perayaan kelulusan

"Lah Mas?" Raya yang menyambut gue di depan pintu dengan reaksi panik yang sudah bisa gue tebak.

"Ha? Apa?"

"Gila lu yak?"

"Kenapa"

"Cosplay jadi ayam pilok?"

"Anjir gak ada akhlak nya lu ama yang tua an."

"Ya lagian lu tuh aneh ba— eh ehe mau kemana? Gue belom selesai ngomongnya jangan ditinggal duluuuu"

"Berisik ah, gue mau mandi."

"Aneh banget sih tuh anak warna warni dari ujung rambut sampe ujung kaki."

Gue baru selesai mandi dan masih ngeringin rambut, tiba tiba gue liat Raya misuh - misuh dari dapur

"Kenapa si lu Ray?"

"Mbak yang suka bantu bantu di rumah kok gak dateng - dateng lagi ya?"

"Lah gak tahu gue"

"Yaiya makanya kemana ya? Apa Mama nggak nelpon mbaknya lagi ya?"

"Nggak tau Rayaaaaaaa"

"Tuh kan"

"Apa?"

"Gak ada guna gue bilang sama lu juga. Percuma lu tadi tanya kenapa si lu Ray." Raya sambil menirukan suara gue dengan tambahan bibir yang dimonyong - monyongin.

"Tuh tuh gak ada adab banget sama yang tua."

"Hmm....."

"Telpon Mama gih. Sekalian tanya kapan pulang. Keluar kota udah kayak keluar angkasa, lama amat"

"Ohhh ternyataa"

"Apaan"

"Gue tau gue gak ada adab sama yang tua an itu gara - gara siapa."

"Siapa?"

"Elu! Lu aja gak ada adab ama Mama. Yaudah wajar aja gue jadi begini, punya kakak juga gak ada adab."

Plak

Lemparan handuk basah bekas mengeringkan kepala gue tepat sasaran ke muka Raya.

"Anjirrrrrrrrr MAS IAN!!!!!!!!"

Dan gue pun berhasil melarikan diri dari kejaran Raya yang sudah bersiap untuk menjewer telinga gue atau bahkan mukul lengan.
-
-
-
-Raya pov-

SMA6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang