"Bang Wirya mau lanjut kemana?"
"Gak tau nih, masih ngambang."
"Tapi mau kuliah? Atau kerja dulu?"
"Kuliah si kayaknya."
Mereka kembali menelusuri lorong demi lorong diapit oleh rak - rak tinggi berisi ribuan kertas. Niatnya memang mencari referensi buku buku ujian tapi nyatanya, terlalu terbawa perasaan.
Keduanya saling melempar tanya sesekali melempar tawa, rasanya tak habis - habis jejeran lorong ini.
"Kita udah muter berapa kali ini, Bang?"
"Eh.. hmmm.." sontak Wirya menyadari bahwa sedari tadi ia memang tidak ada lirik pandang ke rak buku. Semua pandangannya diserahkan untuk perempuan mungil di sampingnya ini.
"Bang Wirya mau nyari buku apa emang?"
"Expresso."
"Expresso mata pelajaran apa?"
"Semua pelajaran UN lah Ray."
"Emang udah ada?"
"Apanya?"
"Bukunya lah Bang."
"Ya nggak tahu, makanya kesini buat nyari terus beli."
"Kenapa gak cari tahu dulu di ig expresso nya, mereka udah nerbitin apa belum."
"Oh iya ya, nggak kepikiran sampe sana." Wirya menggaruk kepalanya yang jelas - jelas tidak gatal.
Mereka menghentikan langkah di depan rak bertuliskan "Fiksi Romantis"
"Terus gimana?" tanya Wirya
"Yaudah tanya sama mbak - mbaknya aja yuk, Buku Expresso kelas 12 udah terbit apa belum."
Wirya menganggukan kepalanya sambil melangkah keluar dari lorong rak buku tersebut untuk mencari mbak - mbak toko yang bisa ditanyakan tentang stock buku yang tersedia.
Sudah 10 ubin dilangkahi Wirya tetapi, Raya masih saja diam di tempat awal mereka berhenti, di depan rak buku 'fiksi romantis'.
"RA-" belum habis memanggil satu kata nama Raya, Wirya menghentikan teriakannya dan memutuskan untuk membalikkan badan dan mendekati Raya yang masih mematung disana.
Bukan pilihan yang tepat untuk menepuk pundaknya. Wirya benar - benar tak ingin mengganggu Raya, padahal Raya hanya berdiam diri menghadapkan pandangannya ke satu buku yang terpajang di dalam rak buku 'fiksi romantis'.
Melihat Raya sedekat ini, ada degupan yang terlalu keras memicu keringat Wirya perlahan muncul dan menetes. Ini bukan degupan seperti saat Ujian Matematika, ini bukan degupan saat razia rambut di sekolah, ini bukan degupan saat dipanggil BK. Ini, sangat meriah.
Jatuh cinta.
Wirya kembali medekatkan wajahnya ke sisi samping wajah Raya.
"Ray." halus sekali bisiknya.
Entah bagaimana perasaan Raya, sama sekali tak terkejut. Raya merespon santai sambil membalikkan wajahnya dan mendapati wajah Wirya yang belum mundur satu inchi pun dari tempat ia membisikkan Ray.
Alis tebal keduanya yang tak bergerak, tak menunjukan apa - apa. Untuk beberapa detik mereka menyetujui untuk saling tatap, ini syahdu.
Kelopak mata yang tetap terjaga, bibir yang kaku tak bersuara, rongga nafas mereka yang berebut oksigen sampai - sampai saling lempar hembus. Posisi yang tidak baik untuk keduanya. "ini ditempat umum" dalam hati Wirya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SMA6
FanfictionTentang SMA6? Kakak kelas, Adik kelas, Alumni Ekskul paling hitz pada masanya? Band Band apa yang personil nya ganteng ganteng? BAND SMA6!!! Happy reading♡