Pensi

16 4 0
                                    

Hari ini, tanggal merah di hari sabtu adalah hal yang paling menyebalkan.

“Kenapa sih tanggal merahnya nggak kemarin aja, apa nggak lusa gitu. Kalo kayak gini kan jadi korupsi.”

“Apaan sih Bang, ngoceh aja lu.”

“Heh! Berani - berani nya lu ya”

“Gak jelas, lagi dapet lu ya?”

“Apple smoothies dong. GC yaaaa sayangggg.”

“Ahhhhh gak mauuu gue belom mandi.”

“Bundaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.”

“AH BACOT! SINI DUITNYA MANAA???”

“Biasa dong gausah nge gas gitu. AHAHAHAHA nih, makasih ya adik ku.”

“Hm.”

Pagi yang suram untuk Devran karena Abangnya yang paling - paling itu. Devran harus mengiyakan permintaan Abangnya agar title bunda tidak diambil oleh Abangnya.

Sepanjang jalan ia terus mengeluarkan umpatan - umpatannya, terkadang ia selipkan “Astaghfirullah Devran, ikhlas ikhlas. Sabar, sabar. Sesungguhnya Allah bersama orang - orang yang sabar.”

Tak terasa ia sudah sampai di gerai minuman itu yang jaraknya bisa ditempuh jalan kaki dari komplek rumahnya. Karena sering beli disana dengan varian yang sama pula, pelayan disana sudah sangat mengenal Devran, begitupun dengan Devran. Bahkan mereka sudah saling follow di Instagram dan Twitter.

“Wihhh masih pagi nih Dev, udah mampir aja.”

“Rejeki dateng tuh Alhamdulillah Bang.”

“Alhamdulillah.”

“Biasa ya bang.”

“Masih satu?”

“Ha?”

“Apple smoothies nya satu gelas aja kan?”

“Iya satu.”

“Kok lu gak pernah beli dua gitu Dev, emang minum sendirian enak ya? Oh iya lupa lu kan emang jomblo ya, udah terbiasa apa - apa sendiri, HAHAHAHA.”

“Yeh bang, ini juga bukan gue yang minum. Apple smoothies yang sering gue beli ini buat abang gue. Bang Jazlin namanya.”

“Ohhhhh jadi lu Dejek ya.”

“Dejek apaan tuh?”

“Adek ojek. Ahahhahaha”

“Sue lu bang.”

“Nih - nih pesenannya.”

“Makasih Bang.”

“DUITNYA MANA?!!”

“Oh iya, kirain gratis.”

“Yeu enak aja lu.”

“Nih, lupa Bang. Maap.”

Selembar uang kertas itupun berpindah tangan. Devran memasukan kembalian uangnya itu kedalam saku celanya, ia lupa ada hp yang juga ia selipkan di sakunya. Sekilas memencet tombol power untuk sekadar mengetahui bahwa hp nya masih menyala. Namun, ada notifikasi panggilan tak terjawab dari Raya. Ia tidak memberhentikan langkahnya, namun ia juga tidak mengabaikan notifikasi itu. Ia lanjutkan langkahnya dengan ritme yang melambat dan mencari kontak Raya dengan cepat - cepat.

“Halo Ray”

“Kemana lu? Gue telpon dari tadi juga.”

“Iya lagi di jalan. Ada apaan?”

“Udah baca WA gue belom?”

“Belom.”

“Yaudah baca.”

SMA6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang