Ketemu

31 3 0
                                    

Minggu terakhir di kelas 11 untuk Wirya adalah minggu - minggu yang penuh dengan banyak tanda tanya dan kekhawatiran. Kelas 12 merupakan tahun terakhir di jenjang pendidikan wajib sekolah. Rasanya belum siap untuk melihat universitas yang gedungnya menjulang - julang, begitupun dengan pergaulannya, tinggi. Wirya takut untuk menyadang gelar mahasiswa, ia tidak siap bertemu dengan dunia baru yang asing.

Orangtuanya tahu betul kegelisahan anaknya ini. Mereka tidak memaksa Wirya untuk mendapatkan universitas yang terkenal. Mereka memberikan kebebasan untuk Wirya, apakah ingin melanjutkan kuliah atau memang ingin terjun di dunia musik, itu tidak masalah karena kesuksesan tidak hanya lahir pada yang bergelar sarjana.

"Setiap orang punya jalan suksesnya masing - masing. Kalau kamu memang ingin mendalami musik, silahkan. Mama sama Papa dukung."

"Terimakasih Ma, Wirya ke kamar dulu ya."

Wirya tahu Ayahnya ingin sekali Wirya melanjutkan kuliah di universitas negri yang selalu disanjung - sanjungnya, terlebih saudara sepupunya; Sammy sudah berhasil menjadi mahasiswa disana. Meski orangtuanya memberi kebebasan, Wirya tetap ingin menunjukan kesungguhan hatinya membahagiakan mereka. Karena untuk saat ini, hanya itu yang dapat ia lakukan untuk membanggakan kedua orangtuanya, terutama Papa.

Besok hari Jumat, sepertinya SMA6 akan memulangkan murid - murid lebih awal karena senin yang akan datang adalah Ujian Nasional. Wirya berencana untuk membeli buku – buku persiapan ujian. Ia tahu waktu yang dijalani itu sangat cepat berlalu, makanya ia nggak mau menyia - nyiakan setiap detik yang ia punya.

"Mengeluh pun akan sia - sia. Disaat lu ngeluh, di saat itu pula waktu lu terbuang percuma."

Itu adalah salah satu kutipan motivasi dari Aa Sega.

Wirya selalu curhat dan minta pendapat ke Sega. Karena menurutnya "mau cerita kesiapa lagi?"

Memang Sega adalah orang yang tepat untuk dijadikah tempat berkeluh kesah. Saran - sarannya sangat membantu, kata - katanya juga penuh motivasi. Itu adalah alasan kenapa Wirya lebih betah curhat ke Sega daripada ke abang - abangnya yang lain.

Mungkin untuk orang sejenis Brian lebih nyaman mencurahkan kegundahan hatinya ke Jazlin.  Jazlin dan Brian memiliki tipe - tipe yang sama. Sama - sama santai, sama - sama buaya dan sama - sama dablek.



Sama - sama jomblo. hiyaaa :P

-

-

-

Jumat pagi yang indah diawali dengan kerja bakti.

Tidak ada murid yang senang dengan salah satu program sekolah ini. Jika kebersihan belum tertanam pada pribadi masing - masing, susah.

Wirya yang belum sarapan pun memilih untuk ke kantin daripada kerja bakti.

"Dev." Sapa Wirya ketika melihat Devran sedang menyandarkan kepalanya sambil memeluk daun pintu kelas X MIPA 1.

"Ehh Bang Wirya." Jawab Devran sambil membenarkan posisi tubuhnya.

"Abang - abang, biasanya juga Wirya Wirya aja lu."

"Ehehehe mau kemana Bang?"

"Kantin. Temenin yuk."

"Es teh tapi ya."

"Bawel. Ayo ah."

Yayyyyyyhhh

Mereka sekarang sudah duduk berhadapan ditemani satu mangkuk siomay dan satu gelas es teh di masing - masing hadapannya.

"Rejeki anak sholeh." Ujar Devran ketika Wirya akhirnya meneraktrir Devran siomay dan es teh.

"Heh? Ganti nama Dev?"

SMA6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang