BAB V

59 4 0
                                    

Gazan POV

Mentari pagi telah muncul,cahaya terang mulai masuk ke celah-celah jendela kamar,membuat penghuni bumi memulai aktivitasnya.

Hoaaaam

"Ahh,udah pagi aja,cepet banget si"

Gue merasa lapar ditambah semalem belom makan karena tugas sebagai ketos sangatlah banyak.
Akhirnya gue melangkah menuju dapur karna biasanya Gazen sedang masak-masak.

Tapi setibanya gue di dapur,gue kaget karna melihat kondisi dapur yang sangat berantakan,banyak bungkusan kue dimana-mana,dan Gazen tak terlihat keberadaan nya.

"Lah tumben si Gazen belom keliatan batang idung nya ya"

Akhirnya,gue memutuskan pergi dari dapur dan menuju kamar Gazen.
Beruntung pintu kamarnya tidak dikunci,jadi gue bebas masuk dengan mudah.

"WOII GAZEN KEBO baaaa-----"
"Lah kemana ni bocah main ngilang aja pagi pagi"

Gue menghampiri kamar mandi yang ada di kamar Gazen kali aja dia lagi mandi,tapi nihil tidak ada Gazen disana.

Pandangan gue mengitari ruang kamar milik Gazen dan berhenti pada satu titik,pada tumpukan kertas yang ada diatas meja belajar.

Gue menghampiri beberapa tumpukan kertas tersebut,dan ternyata bukan hanya kertas kosong,dan bukan juga kumpulan tugas,melainkan sederet puisi yang sepertinya Gazen sendiri yang menulis,karna gue hafal betul bentuk tulisan Gazen.Alhasil gue baca puisi tersebut walau gak semuanya,karna banyak banget kertas-kertas puisi.

Kertas pertama

Dia sama sepertiku
Juga lahir dari ramih ibuku
Dia sama sepertiku
Anak laki-laki yang kini tumbuh  seperti diriku

Apakah kita benar benar sama?
Kurasa tidak demikian rupa
Kurasa mereka lebih menyayagi mu
Kurasa papa tidak terlalu menginginkanku

Aku..
Seorang anak yang hanya mendapat kasih sayang dari seorang ibu
Aku...
Seorang anak yang hanya berjuang sendirian demi mendapat yang ku mau

Dia...
Seorang anak yang mendapat kasih sayang full dari kedua orangtua nya yang juga orangtua ku
Dia...
Seorang anak yang dapat dengan mudah memiliki apa yang di inginkannya.

Mereka...
Orang yang sangat ku sayangi
Orang yang sangat ku cintai
Yang sangat berjasa di hidupku ini
Yang kini telah pergi meninggalkan kami

Lembar kedua

Jarum jam masih berdenting
Aku terdiam tak sanggup bergeming
Berdiri ataukah kembali terbaring
Bagaikan kayu yang sudah kering

Jarum jam masih berdenting
Aku masih terdiam berbaring
Meratapi nasib yang demikian menggiring
Menggiringku ke pusatnya, hingga kepala ini pusing

Jarum jam masih berdenting
Aku memberanikan diri untuk berontak
Aku tak mau lagi terdiam berbaring
Karena aku makhluk yang berotak

Lembar ketiga

kenapa harus menangis selama masih bisa tersenyum?
kenapa harus airmata yang keluar saat sedih mulai menyapa?

Lihatlah keluar,
di sana masih banyak yang lebih susah darimu
lihat mereka,
pikirkanlah, sebelum kamu bersedih
selalu bersyukur dengan apa yang kau dapatkan

Lihatlah keatas,,
Masih ada Dia yang setia
Masih banyak doa yang bisa dipanjatkan kala malam tiba

Sudahlah,,
Ini sudah takdirmu
Sudah pula jalan hidupmu
Kau harus melangkah maju
Dan nikmati setiap langkah yang kau ambil.

The Misterious BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang