WYLS #10

742 101 6
                                    

Happy Reading;)

****

Mark Tuan
Mau jalan?

"Kalo mau pergi ya pergi aja kali, Wen. Mumpung lo juga lagi free 'kan?"

Seulgi yang baru saja melintas di ruang depan membuat Wendy tersentak dari lamunannya. Beberapa saat yang lalu dia memang memberitau Seulgi kalau tiba-tiba Mark mengajaknya pergi.

Namun, yang gadis itu lakukan sedari tadi hanya melamunㅡmenatap pesan singkat yang Mark kirimkan beberapa saat lalu tanpa berniat membalas.

Seperti ada yang mengganjal di dadanya.

"Gi," panggil Wendy pelan ke arah Seulgi yang sudah duduk di hadapannya.

"Apaan?"

"Menurut lo, Mark serius nggak sih sama gue? Apa cuma main-main?"

Mendapati pertanyaan seperti itu, Seulgi mengkerutkan dahi. "Kenapa nanya gue?"

"Karna gue pengen tau pendapat lo. Gue takut salah paham soal perasaan dia," ucap Wendy lemah. Jelas sekali ada kecemasan yang tergambar diwajahnya.

"Lo udah tau pendapat hati lo?"

Sontak Wendy tergelak. Sekarang giliran dia yang menatap ke arah Seulgi dengan kerutan dahi. Dia sama sekali tak paham maksud ucapan Seulgi.

"Gini deh, Wen. Kalo hati lo yakin Mark serius sama lo, lo juga harus yakin. Tapi kalo hati lo ragu, ya jangan diterusin. Pendapat gue tuh nggak penting, yang penting pendapat hati lo sendiri," jelas Seulgi berusaha membuat Wendy mengerti.

"Jadi, gimana? Mau lanjut atau stop disini aja?"

Wendy terdiam. Dia sedang berusaha mencerna perkataan Seulgi dan juga sedang berusaha berkomunikasi dengan hatinya sendiri. Dia ingin tau apakah hatinya yakin atau tidak.

Sampai beberapa saat Wendy hanya terdiam. Membuat suasananya hening. Sementara Seulgi nampak menunggu sahabatnya itu memutuskan.

Wendy melirik ke arah ponselnya yang tergeletak diatas meja. Pesan singkat dari Mark masih terpampang nyata disana. Dan lagi, laki-laki itu mengirim pesan.

Mark Tuan
Wendy, mau jalan nggak?
Gue maksa, dan lo nggak boleh nolak.
Sepuluh menit lagi gue sampai depan kosan lo.
Silahkan bersiap-siap tuan putri;)

Setelah membaca rentetan pesan itu, Wendy langsung memutuskan. Detik berikutnya gadis berambut sebahu itu beranjak dari tempatnya duduk.

"Bantuin gue nyari baju yang cocok, Gi."

Mendengar itu, sontak Seulgi melebarkan mata seraya tersenyum puas ketika tau apa keputusan Wendy.

"Siap nyonya!" serunya cepat penuh semangat.

****

Kaki jenjang itu membawa tubuh jangkungnya berjalan ke arah sebuah kos-kosan sederhana yang letaknya jauh dari keramaian. Ada pohon besar rindang yang menutupi rumah sepetak itu.

Laki-laki berambut coklat terang itu memantapkan langkah begitu kakinya telah menginjak lantai teras rumah kos tersebut.

Alih-alih mengetuk pintu atau mengucapkan salam, dia malah berteriak memanggil seseorang yang diyakini penghuni rumah kos tersebut.

"Wenday!"

"Wendy!"

"Oi, pendek! Lo di rumah nggak sih?!"

When You Love Someone[✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang