Happy Reading:).....
Iris mata coklat gelap laki-laki berkulit putih itu menatap dalam pada manik abu-abu milik gadis di depannya. Seperkian detik mereka tetap diam dan hanyut dalam tatapan mereka yang saling mengunci.
Yang terdengar hanyalah deru napas halus mereka dan juga bisa dirasakan degup jantung keduanya.
"Aku cinta sama kamu. Aku serius cinta sama kamu."
Kalimat itu akhirnya meluncur bebas dari bibir Mark setelah beberapa saat yang lalu hanya diam seraya menatap gadis di depannya.
"Aku tau kamu nggak akan percaya sama aku gitu aja. Tapi sekarang aku nggak bohong," kata Mark lagi.
Setelah beberapa detik tatapannya terkunci pada manik coklat milik Mark, Wendy akhirnya kembali tersadar dan memalingkan muka ke arah lain.
"Kalo kamu tau aku nggak akan percaya, kenapa masih ngomong? Jangan ngomongin ini lagi," ucap Wendy masih enggan menatap ke arah laki-laki di hadapannya.
Mark diam selama beberapa saat. "Tapi aku harus ngomongin ini sama kamu. Terserah kamu mau percaya apa enggak, aku cuma mau bilang kalau aku kalah sama taruhan ini." Mark menjeda ucapannya.
"Aku diminta buat bikin kamu jatuh cinta sama aku, tapi malah aku yang jatuh cinta sama kamu."
Wendy masih diam. Masih tak mau menatap wajah Mark. Bukan tak mau sebenarnya, hanya saja dia terlalu takut ketika maniknya bertubrukan dengan manik coklat gelap milik Mark yang meneduhkan, dia akan kembali jatuh. Hatinya akan langsung kalah dalam sekejap. Dia tidak ingin hal itu terjadi lagi.
"Wen, lihat aku. Aku minta maaf karna awalnya aku bohongin kamu," pinta Mark penuh penyesalan. "Aku yang salah. Aku emang brengsek dan seharusnya aku emang nggak pantes bisa dapetin kamu."
"...tapi kamu sadar nggak? Kamu satu-satunya perempuan yang berhasil bikin laki-laki brengsek ini jatuh cinta," tukas Mark.
Wendy masih bergeming. Setiap kalimat yang keluar dari bibir Mark terdengar jelas menyeruak ke indra pendengarannya. Dia memilih diam untuk membiarkan laki-laki itu mengatakan apa yang ingin dikatakan. Agar semuanya cepat selesai dan dia bisa cepat pergi.
Karena sejujurnya dia mulai lemah kembali ketika berhadapan dengan laki-laki tersebut.
"Wen, tolong lihat aku sekali aja," pinta Mark. Nada suaranya lembut dan memohon. Dia merasa tak bisa apa-apa ketika Wendy tidak mau menatap ke arahnya.
Wendy menghembuskan napas pelan. Perlahan mengarahkan pandangannya pada wajah yang selama ini terus menghantui kepalanya.
"Apa yang kamu lihat aku nggak tulus?" tanya Mark. "Aku minta maaf. Aku udah hianatin kamu, tapi.." ucapan Mark terpotong.
Tiba-tiba saja dia tidak bisa melanjutkan ucapannya. Seketika Wendy kembali memalingkan wajah. Terlalu lama bertatap muka sangat tidak baik untuk hatinya.
Mark ikut mengalihkan pandangan. Laki-laki berambut coklat itu mendengus pelan.
"Oke, aku nggak akan maksa kamu buat percaya sama apa yang aku bilang. Seenggaknya sekarang aku lega kamu ada disini dan kamu mau dengerin aku," ucap Mark.
KAMU SEDANG MEMBACA
When You Love Someone[✔️]
Teen FictionAda tiga hati yang jatuh cinta. Namun salah satunya harus terluka. [Completed] ©2019 ©2020 i n d a s h a a