~Tak Terduga

1.3K 77 18
                                    

Cp'kamis 30 April 2020'
(15:42)
Part sedikit diperbaharui.

Jangan lupa tinggalkan jejak👣

Happy Readings..

***

"Hallo asalamualaikum Ummi. Tadi kak Albi kabarin kalau Ummi telpon?"

"Waalaikumsalam, Aby kamu masuk rumah sakit sayang. Tadi pingsan." Wanita paruh baya di seberang telpon sedikit terisak.

"Apa?! Aby kenapa Mi?!" Perasaanya mencelos.

"Tadi aby mengeluh sakit pada bagian perutnya yang bekas operasi sayang. Jadi Ummi langsung minta tolong santri disini bawa mobil, karna aby kamu pucat sekali terlihat menahan sakit Qillah..."

"Mi sini biar Laila yang ngomong sama Syaqillah." Potong Laila di seberang telpon.

"Hallo Qillah. Kamu nggak usah terlalu cemas yah."

"Iya kak." Jawab Syaqillah lemas.

"Kalau kamu minta ijin pulang bisa tidak?"

Syaqillah berpikir sejenak. Belum lama dia minta ijin pulang, apakah akan diberi ijin lagi baginya pulang untuk lihat keadaan aby?

"Hallo... hallo.. Qillah.. kamu masih disanakan?"

"I.. iya kak, nanti Syaqillah coba yah kak minta ijin."

"Soalnya dari kemarin Aby ngomong suruh telpon kamu terus, kalau bisa di usahain yah Qillah?" Ujar Laila penuh harap.

"Iya kak Qillah bakal usahain kak. Qillah mau siap-siap sholat ashar dulu yah kak, salam buat ummi. asalamu'alaikum."

"Ya udah, wa'alaikumsalam."

Tut.. tut..

Telpon terputus.

Syaqillah terdiam dengan perasaan berkecamuk masih menggenggam handphone milik kakak angkatnya yaitu kak Albi.

"Ya Allah, apalagi ini? Masalah datang silih berganti. Aku bahkan belum menyelesaikan masalahku dengan Naila, dan ini kabar yang lagi-lagi menguji imanku supaya lebih bersabar dengan banyak mengingatmu. Aby sakit? Apa bekas operasinya terbuka lagi sampai-sampai Ummi bilang aby merintih sakit? Aku harus minta ijin pulang! Tapi aku bingung harus bilang apa sama pak Yai karna belum lama aku baru pulang juga?" Batin Syaqillah menerawang menatap langit.

Pandangannya mengabur dan pelupuk matanya sudah siap tumpah. Iya, dia mulai terisak. Sangat pelan yang mungkin hanya dia yang mendengarnya. Kepalanya tertunduk menghadap tanah.

Untung dia ada di belakang perumahan ustad dan ustadzah yang jarang santri berlalu lalang. Sehingga tidak akan ada santri yang mendapatinya menangis.

"Dek? Udah selesai bicara sama ummi?"

"Iya kak sudah. Ini kak, makasih." Syaqillah memngembalikan handphone itu dengan wajah menunduk.

"Loh kamu kenapa?"

"Ng.. nggak papa kak." Jawabnya masih dengan wajah menunduk.

"Nggak papa kok nangis gituloh Qillah?"

"Aby sakit kak. Mau minta ijin pulang takut dimarah sama pak Yai karna 2 minggu lalu baru pulang kak." Jujurnya pelan.

"Yah jelasin toh, nggak mungkin kalau Abah Yai nggak ijinin kalau kamu jelasin." Tutur Albi menenangkan.

"Tapi kak..?"

"Qillah..? Kamu kan belum coba. Kakak yakin kok kamu bakal di ijinin pulang. Nggak ada salah nya di coba lagi."

CINTA DI LANGIT PESANTREN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang